Tren Saham IPO Naik Signifikan - OJK Bereaksi Akan Panggil 9 Emiten Baru

NERACA

Jakarta – Guna menciptakan perdagangan harga saham wajar dan transparan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akhirnya turun tangan untuk menerbitkan tren maraknya perusahaan yang dinilai bergerak tidak wajar saat pencatatan saham perdana atau initial public offering (IPO). Oleh karena itu, OJK berencana melakukan pemanggilan kepada emiten-emiten baru yang memiliki kenaikan harga saham tak wajar. Terutama sembilan saham IPO yang masuk ke daftar unusual market activity (UMA).”Hampir semua perusahaan yang IPO, terutama yang kemarin disebutkan ada sembilan yang masuk UMA," kata Hoesen, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK di Jakarta, kemarin.

Namun, dia belum memperoleh laporan mengenai siapa saja yang sudah dipanggil. Sebagai informasi saja, BEI telah memberikan label UMA (UMA) terhadap sembilan saham yang mencatatkan diri di tahun ini. Saham tersebut adalah SOSS, SURE, PANI, DIGI, ANDI, FILM, KPAL, INPS, dan BOSS. Hingga saat ini sudah ada 51 perusahaan baru yang tercatat di BEI tahun 2018. Dari ke-51 perusahaan tersebut, sebagian besar mencatatkan kenaikan saham yang cukup tinggi dalam pencatatan perdana sahamnya.

Sebelumnya, Kartika Sutandi, Direktur CIMB Sekuritas pernah bilang, kenaikan harga saham saat IPO terlalu tinggi, namun mayoritas nilai emisinya kecil dinilai tidak mencerminkan fundamental perusahaan. Namun sebaliknya harga saham mencerminkan fundamental. Ini yang benar. “Tapi, kalau kenaikannya terlalu tinggi, itu jelas tak wajar,"ungkapnya.

Bukan berarti fundamental emiten yang sudah listing itu kurang prospektif. Cuma memang, ada sejumlah indikator yang menjadikan perhelatan IPO menjadi lebih riil.  Pertama, dari sisi nilai emisi. Menurut Kartika, IPO di bawah Rp 3 triliun sejatinya kurang signifikan efeknya terhadap ekspansi. Kadang, kebutuhan pendanaan masing-masing emiten memang berbeda. Jika kondisinya seperti ini, kembali pada kepercayaan diri pemilik perusahaan. "Kalau owner pede fundamentalnya bagus, nilai emisinya besar. Atau, harga pelaksanaannya tidak mepet batas bawah," jelas Kartika.

Sementara Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Laksono Widodo mengatakan, ada beberapa sisi yang akhirnya ditinjau seperti aturan auto reject atas (ARA) terhadap saham IPO yang naik signifikan.”Harga saham IPO memang cukup tinggi kenaikannya. Kami kaji besaran ARA apakah perlu dua kali dari ARA saham normal atau disamakan saja,” ujarnya.

Menurutnya, salah satu penyebab lonjakan ini adalah distribusi saham IPO yang masih salah dan tidak merata, serta diskon yang diberikan terlalu besar di rentang 20% hingga 30%. Terkait masalah distribusi akan diselesaikan dengan teknologi electronic bookbuilding (EBB). Setelah implementasi EBB, diharapkan kenaikan saham IPO hanya akan ada di rentang 10% sampai 30%. Terkait tingkat kesuksesan saham IPO yang semakin tinggi persentasenya maka semakin bagus, menurut Laksono jika kenaikannya masih di kisaran 10% sampai 30%, IPO masih dalam kategori sukses. “Jika di atas itu (lebih dari 30%) maka distribusinya salah,”kata Laksono. 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…