Sepanjang 2010, Impor Terigu Meningkat 18,8%

NERACA

Jakarta - Impor terigu sepanjang tahun 2010 mengalami peningkatan sekitar 18,8% dibandingkan pada tahun 2009. Saat ini impor terigu Indonesia mencapai 766.280 metrik ton atau mencapai sekitar 17,7% pangsa pasar nasional. Pada tahun 2010 lalu, konsumsi terigu nasional mencapai 4.388.849 metrik ton.

“Pangsa pasar mereka naik 1 persen dari tahun sebelumnya,” terang Ratna Sari Loepis, Direktur Eksekutif Asosiasi Pengusaha Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) di Jakarta, Minggu.

Ratna menjelaskan, seiring pertumbuhan impor terigu, pangsa pasar terigu juga mengalami pertumbuhan sebesar 10,5%, dari tahun 2009 sebesar 3,9 metrik ton menjadi 4,3 metrik ton. “Pertumbuhan ini dinikmati oleh produk impor,” katanya.

Sejalan dengan pertumbuhan produksi terigu nasional, lanjutnya, juga mendongkrak ekspor turunan gandum sebesar 72,3 %. Berdasarkan data Aptindo, pada tahun 2010 nilai ekspor produk turunan terigu sebesar US$ 399.314.066 naik dari tahun 2009 sebesar US$ 288.979.340, dengan perincian sebagai berikut ekspor terigu naik 90% dari  tahun 2009 sebesar US$  8.730.426 menjadi US$ 16.587.810 di tahun 2010.

Sedangkan untuk produk jadi naik sekitar 42% dibanding tahun 2009 yang nilainya sebesar US$ 43.918.562 menjadi US$ 62.726.256 di tahun 2010. Sedangkan produk lainnya naik sebesar 41,1%.

Pertumbuhan industri terigu ini, imbuh Ratna, karena beberapa faktor diantaranya, adanya beberapa kebijakan Pemerintah yang dapat dikatakan menjadi smart barier. Seperti SNI Wajib Terigu, Bea Masuk 5% ditambah lagi BMAD atas terigu impor dari Indian China & Uni Emirat sejak tahun 2006. “Yang menumbuhkan industri tepung terigu nasional baru, dimana pelaku usahanya adalah ex  importir,” terangnya.

Apalagi, industri turunan penggunan terigu seperti biscuit dan mie instan juga mengalami pertumbuhan. “Pertumbuhan UKM & UKM Mikro pengguna terigu tumbuh cukup signifikan, hal ini karena industri terigu dalam negeri aktif membina UKM pengguna terigu (UKM menyerap 70% total domestik) sehingga dapat menumbuhkan 3% sampai dengan 5% pertahun dari 30.000 UKM yang sudah ada saat ini,” terangnya.

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…