KRAS Rencanakan Akuisisi Pabrik Baja Lokal

NERACA

Jakarta – Dalam rangka ekspansi bisnis dan juga memperkuat pasokan bahan baku serta memangkas ketergantungan impor, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) berencana mengakuisisi pabrik baja lokal sebagai bagian dari ekspansi perseroan pada 2019.

Direktur Utama Krakatau Steel, Silmy Karim mengatakan, telah menyiapkan sejumlah rencana untuk tahun depan. Salah satunya dengan melakukan akuisisi pabrik baja lokal. Sebelum mengeksekusi rencana tersebut, perseroan harus terlebih dahulu menyehatkan keuangan Krakatau Steel. Hal tersebut untuk meningkatkan kepercayaan investor hingga perbankan. “Kami mau ambil pabrik baja yang sudah agak collapse,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Melalui aksi korporasi tersebut, kata Silmy, diharapkan mampu menambah kapasitas produksi perseroan sebanyak 1 juta ton. Namun, pihaknya belum membeberkan jumlah perusahaan dan dana yang akan dikucurkan. Selain akuisisi, Silmy mengungkapkan akan menambah 1 pembangkit listrik tenaga surya mengapung (PLTSM). Nilai investasi yang dikucurkan berkisar US$300 juta—US$400 juta.

Di sisi lain, dia menyatakan optimistis dapat membukukan keuntungan pada 2018. Langkah yang ditempuh salah satunya dengan menggenjot penjualan. Pada Oktober 2018, pihaknya mengklaim pertumbuhan penjualan mencapai 30% secara tahunan. Selain itu, tren harga baja menurutnya tercatat mengalami perbaikan.

Di kuartal tiga, perseroan mengantongi pendapatan US$1,27 miliar. Pencapaian itu naik 22,71% dari US$1,03 miliar pada kuartal III/2017. Perseroan menyebutkan, kenaikan pendapatan bersih ditopang oleh kenaikan harga baja. Selain itu, perseroan juga mencatatkan pertumbuhan penjualan. Secara detail, pada kuartal III/2018, volume penjualan KRAS naik 14,21% secara tahunan menjadi 1,59 juta ton. Kontribusi kenaikan tersebut yakni berkat penjualan baja lembaran panas yang naik 26,60% menjadi 913.619 ton dan produk baja batangan 12,92% 216.378 ton.

Adapun, puncak kenaikan harga hot rolled coil (HRC) terjadi pada awal Juni 2018 mencapai US$740 per ton. Hingga September 2018, rerata harga jual HRC naik 11,85% menjadi US$656 per ton dari US$586 per ton pada periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, KRAS menekan kerugian 51,18% secara tahunan pada kuartal III/2018. Jumlah rugi bersih yang dibukukan turun dari US$75,05 juta pada kuartal III/2017 menjadi US$37,78 juta pada kuartal III/2018.

Selain itu, perseroan sebagai produsen baja dalam negeri juga tengah memperkuat sinergi dengan enam Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk memasok produk baja untuk pembangunan proyek infrastruktur yang dikerjakan pemerintah dan swasta. Enam BUMN Karya yang terlibat dalam sinergi tersebut meliputi PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Hutama Karya (Persero), PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT PP (Persero) Tbk, dan PT Nindya Karya (Persero).

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…