Pesatnya kemajuan teknologi informasi saat ini membawa perubahan gaya hidup masyarakat yang menuntut cara kerja yang lebih efisien, cepat dan praktis. Tak ayal, saat ini hampir semua pelayanan dituntut untuk menghadirkan berbasis digital, tidak hanya industri perbankan, multifinance dan asuransi. Namun juga layanan di industri pasar modal. Maka agar industri pasar modal memiliki daya saing tinggi, maka inovasi layanan berbasis digital menjadi mutlak adanya seiring dengan dinamisnya perubahan prilaku masyarakat yang gembar berbelanja online berbasis digital, termasuk juga dalam membeli produk investasi.
Maraknya perkembangan digital ternyata tidak hanya menyemarakkan dunia belanja dan perbankan. Dunia investasi pasar modal pun seakan tak mau ketinggalan. Tidak heran banyak sekali perusahaan manajer investasi merilis produk penjualan reksadana berbasis online yang bekerjasama dengan perusahaan e-commerce. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan berinvestasi dan mendekatkan masyarakat bahwa investasi di pasar modal bisa dilakukan dimana saja dan kapan saja.
Wahyu (23) contohnya, mahasiswa fakultas ekonomi Univesitas Udayana ini telah aktif berinvestasi di pasar modal dua tahun lalu dengan beragai produk investasi, mulai investasi program Yuk Nabung Saham hingga investasi reksadana. Keseriusannya berinvestasi di pasar modal didorong cerita insipiratif kesuksesan investasor di pasar modal. “Saya tertarik cerita sukses orang berinvestasi, seperti Lo Kheng Hong, hanya duduk manis bisa mengasilkan duit ratusan juta dengan menginvestasikan saham di berbagai perusahaan,”ujarnya.
Lo Kheng Hong dulunya hanya berprofesi sebagai seorang pegawai bank sekitar 27 tahun yang lalu, kini Lo memiliki aset saham senilai lebih dari Rp 2,5 triliun. Lo bercerita bahwa dirinya dulu tidak menyiapkan dana apa-apa untuk berinvestasi, sehingga hanya modal seadanya lah yang dia gunakan. Hal ini tidak lepas dari statusnya yang terlahir bukan dari orang kaya raya.
Namun, karena telus belajar tentang pergerakan saham akhirnya Lo yang dulunya merupakan seorang pegawai bank mulai berani untuk melakukan investasi di pasar saham hingga memutuskan untuk keluar dan fokus mengejar keuntungan investasi di pasar saham semenjak saat itu. Dia berpendapat bahwa menjadi seorang investor saham itu bisa membuat kaya, meskipun dia tidur saja, karena dia punya perusahaan publik yang harga sahamnya selalu meningkat dan menghasilkan laba besar.
Ya, cerita kesuksesan Lo Kheng Hong menjadi pemicu Wahyu untuk mantab dan menekuni dunia investasi pasar modal. Namun demikian, sebagai investor pemula, diakuinya masih banyak belajar tentang investasi karena sejatinya investasi tidak hanya sekedar mencari untung semata tetapi mengelola risiko yang ada. Dirinya menyakini, berinvestasi mulai dari investasi saham, emas, properti merupakan cara cepat kaya ketimbang menabung deposito. Menurutnya gaya anak mudah hidup boros dan habiskan uang tanpa perencanaan sudah ketinggalan zaman.
Kata Wahyu, penting mengetahui lebih banyak tentang keuntungan mengatur keuangan secara bijaksana, tentang keuntungan investasi dan merencanakan keuangan secara umum demi masa depan. Kemudian pilihannya jatuh berinvestasi di pasar modal, khususnya di reksadana dan saham karena harganya sudah terjangkau.”Saat ini investasi saham sudah terjangkau, apalagai sudah ada program Yuk Nabung Saham. Dimana dengan uang Rp 100 ribu sudah bisa investasi saham dan reksadana,”ceritanya.
Ketagihan Reksadana
Kemudian lain ceritanya dengan Suci (31), ibu rumah tangga ini cukup aktif berinvestasi di reksadana sejak mengikuti komunitas investasi pemula di kalangan ibu-ibu arisan komplek rumahnya. Awalnya, ada edukasi dari perusahaan manajer investasi tentang produk reksadana yang bekerjasama dengan perusahaan e-commerce. “Melalui pertemuan itu, saya disarankan investasi reksadana yang dapat dijangkau dengan menyisihkan sebagian kecil uang belanja dapur. Sempat berkonsultasi tentang risiko dan keuntungannya, sayapun memberanikan diri. Toh inipun untuk jangka panjang,”tuturnya.
Sebagai seorang ibu rumah tangga yang hanya mendapatkan penghasilan dari gaji suami, Suci merasa terbantu dengan berinvestasi di reksadana. Dia paham bahwa berinvestasi reksa dana adalah seperti menabung tetapi memiliki potensi return yang lebih tinggi dibandingkan dengan hanya menyimpan uang di bank. “Kalau saya hanya taruh di bank, uangnya habis terpotong biaya administrasi, karena uang saya juga tidak banyak,”ungkapnya.
Awalnya, dia menyampaikan minatnya kepada sang suami, Hendra. Tidak mendapatkan respons positif, perempuan ini nekad maju terus. "Saya naik angkot sendirian ke bank-bank untuk mendapat informasi tentang reksa dana."ceritanya. Di sebuah bank nasional, dia mendapati bahwa setoran pertama untuk investasi reksadana ternyata minimal Rp5 juta. Karena tidak memiliki uang sebanyak itu, dia pergi lagi mencari agen penjual lain sampai akhirnya menemukan produk reksa dana dengan batas setoran minimal Rp500.000. Sejak Februari 2014, dia membeli sebuah produk reksa dana yang dikelola manajer investasi terkemuka.
Suci rutin top-up, menambah dana investasinya setiap tiga bulan sekali, masing-masing sebesar Rp500.000. Berapa return-nya, semula dia tidak mengetahuinya, hingga dia melakukan penarikan (redemption) pada Oktober 2014. Dan dia pun terkejut melihat hasilnya. Hanya dalam waktu delapan bulan, uangnya telah tumbuh hampir 10%. Di era digital saat ini, akses layanan investasi sudah bisa dinikmati semua masyarakat dari berbagai lapisan. Apalagi, saat ini produk layanan investasi, seperti reksadana sudah hadir berbagai fitur platform di smartphone.
Kata Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Fakhri Hilmi, era digital bisa mendorong peningkatan jumlah investor lebih banyak lagi dari sekarang yang sudah melebihi 1 juta. Sehingga perlu dilakukan sosialisasi ke masyarakat melalui aplikasi digital. Gencarnya ekonomi digital, kata Fakhri, dapat meningkatkan jumlah investor karena Indonesia secara geografis sulit untuk dijangkau semua secara konvensional. "Perkembangan e-commerce, e-payment dan online transaction kita punya. Kita berharap sekali ada kontribusi untuk memberikan kontribusi peningkatan investor," ujarnya.
Menurutnya Fakhri, tingkat ketertarikan masyarakat untuk berinvestasi sangat tinggi, tapi seringkali banyak yang jatuh ke dalam investasi bodong yang bukannya bikin untung malah justru buntung. "Adanya investasi bodong selama ini membuktikan bahwa orang sebenarnya mau investasi, tapi tidak tahu,"ungkapnya.
Sementara Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, Hoesen menambahkan, pengembangan pasar modal yang berupa sistem layanan elektronik dimaksudkan untuk pendalaman pasar modal di masyarakat sehingga akses berinvestasi terbuka luas. Oleh karena itu, dalam rangka mendukung hal tersebut, OJK melakukan otomatisasi layanan dengan teknologi informasi. Hal ini dilakukan untuk memutus keterbatasan akses masyarakat di daerah, khususnya di luar Pulau Jawa.
Selain itu, inisiatif ini juga digunakan untuk menambah jumlah investor, serta agar layanan tersebar di beberapa lembaga seperti Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI), PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Bursa Efek Indonesia (BEI). "Indonesia punya potensi yang bagus, demografi bagus, tapi pasar masih dangkal. Dimana pasar yang dangkal ini berakibat pada tidak stabilnya pasar," kata Hoesen.
Hoesen melanjutkan, keadaan pasar yang dangkal ini membuat investor mudah keluar ketika ada sentimen. Beberapa inisiatif dalam pendalaman pasar antara lain: 1. Electronic registration atau sistem registrasi calon emiten secara elektronik. 2. Reksa dana online, dimana merupakan pengembangan transaksi secara daring oleh manajer investassi dan agen penjual efek reksa dana. 3. Electronik bookbuilding, yang merupakan aplikasi berbasis web yang dapat digunakan untuk mendukung penawaran umum perdana secara elektronik oleh para investor, calon perusahaan tercatat atau emiten, perusahaan efek, OJK, dan manajer penjatahan. 4. Online exam dan sertifikasi. Husein mengatakan, layanan ini bertujuan untuk memudahkan akses masyarakat di daerah khususnya di luar Jawa untuk mendapatkan sertifikasi di pasar modal. Dengan adanya layanan ini, masyarakat dapat dengan mudah melaksanakan ujian profesi WPEE, WPPE, WPPE-P, WPPE-PT, dan WMI. 5. Sprint atau Sistem Perizinan dan Registrasi Terintegrasi. Sistem ini merupakan aplikasi pelayanan perizinan dengan memanfaatkan teknologi informasi. "Sprint digunakan untuk pelaporan dan pendaftaran akun melalui elektronik," ujar Hoesen.
6. Equity crowd funding, merupakan penyelenggaraan layanan penawaran saham yang dilakukan oleh emiten secara langsung melalui sistem elektronik. 7. Simplifikasi Pembukaan Rekening Efek. Layanan ini mempermudah pembukaan rekening Efek dan Reening Dana Nasabah secara elektronik melalui skema KYC Pihak Ketiga. "Ini sedang kami jalankan, kalau tidak salah sedang minta tanggapan dari para stakeholder," tutur Hoesen.
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…
PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk (BTN) menempati posisi Top 3 tempat kerja terbaik untuk pengembangan karir di Indonesia versi…
NERACA Jakarta – Resmi mencatatkan sahamnya di pasar modal, PT Atlantis Subsea Indonesia Tbk (ATLA) membidik pendapatan tumbuh 20% pada…
NERACA Jakarta- Tensi ketegangan politik di kawasan timur tengah menjadi sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa…