Bank Perlu Genjot Fee Based Income

 

 

NERACA

 

Jakarta - Industri perbankan disarankan untuk lebih aktif menggenjot pendapatan berbasis komisi (fee based income) dalam meningkatkan laba perusahaan karena belum mencapai ideal jika sebuah negara berkembang seperti Indonesia selalu bergantung pada dominannya pendapatan bunga. "Idealnya, porsi 'fee based income' (pendapatan berbasis komisi) terhadap total pendapatan bank itu di rentang 30-50 persen untuk ukuran 'emerging economy' seperti Indonesia," kata Kepala Ekonom dan Sekretaris Perusahaan BNI Kiryanto, seperti dikutip Antara, kemarin.

Saat ini, lanjut Kiryanto, porsi pendapatan komisi ke total pendapatan bank baru sekitar 25-30 persen. Dengan kata lain, sebanyak 70-75 persennya masih mengandalkan pendapatan dari bunga bersih. Hal itu juga tidak lepas dari korporasi di Indonesia yang masih mengandalkan pendanaan bersumber kredit bank. "Sumber pendanaan dari dunia usaha itu 81 persen dari bank., sisanya dari pasar modal, asuransi, pembiayaan," ujarnya.

Ke depan, pertumbuhan pasar modal sebagai alternatif sumber pendanaan korporasi akan terus menggeliat. Namun, menurut Kiryanto, perkembangan instrumen di pasar modal itu tidak akan membunuh pertumbuhan kredit bank. "Bank nya takut tidak ? Tidak. Justru kalau debitur dapat pinjaman dari pasar modal, berarti dunia usaha bergerak, perusahaan Anda akan bergerak," ujar dia.

Pertumbuhan dunia usaha itu akan mengundang bank untuk memanfaatkan potensi keuntungan dari sumber bisnis lain di dunia usaha selain kredit korporasi, salah satunya pendapatan komisi dari sektor konsumer. Untuk BNI, kata Kiryanto, peningkatan pendapatan komisi juga untuk mensiasati tertahannya kenaikan suku bunga kredit, mengingat permintaan kredit belum sepenuhnya pulih. "jika kita mengacu kepada negara yang sudah maju, sumber pendpatannya bukan lagi hanya mengandalkan bunga, tapi juga komisi. Ke depan, kita juga ingin perbanyak yang komisi," ujar dia.

Misalnya untuk suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR), BNI dalam waktu dekat tidak akan menaikkan suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia telah naik agresif dalam kurun enam bulan hingga 175 basis poin. Pasalnya, perseroan belum melihat kenaikan permintaan riil untuk KPR, sehingga memilih untuk tidak agresif mengeruk keuntungan dari pendapatan bunga dan memilih lebih hati-hati. "Sekarang ini permintaan riil properti masih rendah, apalagi kalo kita naikkan (suku bunga), mana ada yang mau," kata Kiryanto.

Tantangan Perbankan

Disisi lain, industri perbankan punya beberapa tantangan yang mesti dihapi industri ini ke depan dalam hal pengetatan likuiditas. Senior Economist Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero mengatakan, salah satunya adalah penerapan standar Basel III yang akan diterapkan pada tahun 2019 mendatang. “Pertama penerapan Basel 3, perbankan harus memperbaiki pendanaan mereka,” ujar Poltak.

Kemudian, perbankan pun mesti lebih selektif terhadap pendanaan agar tidak menggangu permodalan. Di mana tren pendanaan saat ini cenderung kepada tenor jangka pendek. “ Perbankan harus perbaiki management untuk salurkan pendanaan ke tenor jangka panjang,” tutur Poltak. Tak hanya itu, perbankan juga harus mempersiapkan diri untuk menghadapi pasar bebas ASEAN yang sudah ada di depan mata. Bank-bank nasional harus memperbaiki dan meningkatkan kinerja, terutama dari sisi struktur pendanaan agar mampu bersaing.

Selain itu, tantangan ketiga ada kompetisi pada iklim margin bunga bersih (net interest margin/NIM). “Penurunan NIM masih menjadi tantangan, namun saat ini NIM Indonesia masih tertinggi di dunia. Karena NIM Indonesia 5,5 persen sementara Filipina 3 persen, dan Singapura 1,8 persen jadi kalau ini pasar terbuka 2020 maka derajat penyusutan NIM semakin besar di negara,” tutur Poltak.

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…