Pertumbuhan 2019 Diprediksi Sama dengan Tahun Ini

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi ekonomi Indonesia pada 2019 akan tumbuh hampir sama dengan tahun ini yang diperkirakan oleh bank sentral akan mencapai 5,1 persen. "Kita harapkan dari sisi pertumbuhan ekonomi, itu masih bisa akan tetap tumbuh di kisaran yang lebih sama dengan yang di 2019," kata Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo, kemarin.

BI sebelumnya menyebutkan akan merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi di 2019 sebesar 5,1-5,5 persen. Namun Dody belum mau mengungkapkan angka pertumbuhan ekonomi 2019 secara detil, sebab akan diumumkan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia pada akhir November 2018 ini.

Menurut dia, secara global, pertumbuhan ekonomi dunia pada 2019 mendatang memang masih akan dibayangi oleh ketidakpastian, terutama terkait perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok. Pertumbuhan ekonomi global akan cenderung mengarah ke bawah 3 persen. "Kecuali AS, semua negara mengalami perlambatan ekonomi. Bahkan untuk pertama kalinya China mencatatkan defisit transaksi berjalan dalam 20 tahun terakhir. Ini menggambarkan China mengalami dampak yang kini terjadi terutama dari sisi perdagangan," katanya.

Terkait dengan kebijakan moneter global ke depan, Dody menuturkan saat ini masih menunggu langkah normalisasi oleh Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) yang akan menandakan dimulainya era moneter ketat. "Itu akan berdampak terhadap kebijakan suku bunga di Eropa kapan akan mulai naik, kalau sekarang kan hanya Fed Fund Rate saja. Pada 2019, konteks normalisasi kebijakan suku bunga tinggi itu masih akan terjadi hingga tahun depan," ujarnya.

Pada tahun depan, Bank Indonesia tetap menerapkan kebiijakan moneter ketat yang tentunya akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi, namun hal tersebut dilakukan agar defisit neraca transaksi berjalan tidak semakin lebar dan berdampak negatif terhadap Rupiah. Dody menambahkan, konsumsi domestik masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada 2019 didukung dengan penyaluran kredit perbankan dan non perbankan. "Domestic demand masih akan jadi faktor utama di 2019. Financing untuk 2019 juga masih akan cukup tinggi, tidak hanya yang dari perbankan tapi juga non perbankan," kata Dody.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi Standard&Poor's (S&P) tidak akan jauh di atas 5% pada 2019. Ini karena tiga faktor yang terjadi pada periode tersebut yaitu pemilu, suku bunga tinggi, dan kemungkinan naiknya harga setelah pemilu. Level utang pemerintah yang moderat dan disertai defisit fiskal merupakan faktor pendukung menghadapi kondisi volatilitas eksternal. Berlanjutnya kontrol harga dan sentimen tingkat konsumsi yang lemah setelah pemilu April akan lebih memengaruhi sektor real estat dan BUMN.

Depresiasi rupiah akan menjadi risiko terbatas (contained risk) untuk kualitas kredit korporasi secara sebagian. Sebab, banyak debitur yang merupakan produsen komoditas yang memiliki lindung nilai alami (natural hedge). Karena itu, S&P memprediksi risiko kredit telah terbangun terhadap sekitar US$ 15 miliar utang termasuk utang yang tidak cocok strukturnya (mismatched debt) untuk emiten saham di sektor real estat, transportasi, dan manufaktur.

BERITA TERKAIT

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

Moody's Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia  NERACA Jakarta - Lembaga pemeringkat Moody's kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik…

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan

RKP 2025 Dinilai Sangat Strategis untuk Transisi Kepemimpinan NERACA Jakarta - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan (PPN/Bappenas) Suharso…

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik

BUMN Diminta Gerak Cepat Antisipasi Dampak Geopolitik  NERACA Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir meminta perusahaan-perusahaan…