Inflasi Bayangi Selebrasi Akhir Tahun

Oleh: Sarwani

Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) menyampaikan sejumlah analisis dan catatan kritis mengenai kemungkinan  inflasi pada akhir tahun yang disebabkan oleh gejolak harga pangan.

Lembaga ini mencatat setiap menjelang akhir tahun acap kali harga pangan mengalami lonjakan. Dalam delapan tahun terakhir, inflasi pada bulan Desember untuk bahan makanan selalu lebih tinggi dari inflasi umum. Harga bahan pangan biasanya mulai merangkak naik di bulan November, sebelum mencapai puncaknya pada bulan Desember.

Kondisi tersebut membuat capaian inflasi volatile food (barang bergejolak) pada Oktober 2018 sebesar 0,17 persen pada bulan berjalan  tidak cukup menjadi indikasi akan stabilnya harga pangan hingga penghujung tahun. Justru,  volatile food biasanya mengalami deflasi pada bulan Oktober.

Penyebab utama inflasi pangan di akhir tahun umumnya adalah momentum hari raya keagamaan dan libur akhir tahun. Namun, apa pun penyebabnya yang diperlukan masyarakat adalah kepastian akan stabilnya harga-harga.

Oleh karena itu, pengambil kebijakan tidak dapat terus berlindung dengan alasan kedua momen tersebut secara terus-menerus. Harus ada keseriusan dari pemerintah untuk memutus siklus dan mencari solusi agar harga pangan di akhir tahun lebih terkendali. Potensi surplus beras yang menjadi penyumbang bobot terbesar dalam komponen inflasi, sebesar 2,85 juta ton tahun ini harus dipastikan dapat meredam gejolak inflasi pangan.

Namun apakah pemerintah dapat menjamin hal  ini terjadi? Masalahnya, inflasi harga yang diatur Pemerintah (administered price) dan inflasi barang bergejolak kerap menjadi pemicu lonjakan inflasi di Indonesia, tidak hanya harga pangan.

Pemicu melonjaknya inflasi harga barang yang diatur pemerintah biasanya dipicu oleh kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik (TDL). Sementara inflasi barang bergejolak kerapkali terjadi ketika permintaan bahan pangan dan makanan jadi mengalami lonjakan menghadapi hari raya Idul Fitri dan akhir tahun, yakni Natal dan Tahun Baru.

Jika melihat faktanya pada tahun ini, inflasi dipicu oleh mulai naiknya inflasi inti dan inflasi barang bergejolak. Depresiasi nilai tukar rupiah mendorong tingkat inflasi inti. Ketika rata-rata nilai tukar rupiah melonjak pada bulan Juli menjadi Rp 14.414 per dolar AS, inflasi inti ikut melonjak ke level 0,41 yang merupakan angka tertinggi sepanjang Januari -  Oktober 2018. Inflasi barang bergejolak terutama terjadi karena lonjakan beberapa komoditas bahan pangan.

Hingga Oktober 2018, inflasi harga yang diatur pemerintah memang bergerak relatif rendah dan stabil, karena pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi dan TDL,  sehingga inflasi harga yang diatur pemerintah bergerak lebih stabil dan lebih rendah dibandingkan dengan 2017.

Namun untuk bahan makanan dan makanan jadi seperti beras, daging, daging ayam ras, telur ayam ras, dan bumbu dapur yang menjadi  pemicu langganan inflasi barang, bergejolak. Pada  2018, beras menjadi polemik tersendiri karena data pangan yang tidak akurat, sementara harga telur dan daging ayam ras  terus mengalami peningkatan sejak Mei  hingga puncaknya terjadi di bulan Juli 2018 yang disebabkan kurangnya pasokan.

Melihat kecenderungan yang terjadi, bukan tidak mungkin akhir tahun akan diisi dengan berita-berita mengenai inflasi. Tetapi apakah pemerintah sudah mengantisipasi hal ini? Jika sumbernya  ada pada pangan, apa yang seharusnya dilakukan pemerintah?

Apakah pemerintah harus melakukan impor agar dapat mengendalikan inflasi? Tapi jika ini dilakukan bukankan akan makin memperbesar defisit transaksi berjalan? Di sisi lain, diperkirakan akan terjadi surplus beras, namun apakah ini menjadi jaminan inflasi terjaga?  Bagaimana jika datanya tidak akurat? (www.watyutink.com)

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…