Reformasi Struktural Ekonomi, Mulai dari Mana?

Oleh: Pril Huseno

Mencermati pelemahan rupiah yang (kembali) terjadi dan semakin melebarnya current account deficit (CAD) Indonesia, suara-suara agar Indonesia segera melakukan reformasi struktural ekonomi semakin sering digaungkan.

Hal itu tidak terlepas dari data kinerja fundamental perekonomian Indonesia yang diperoleh ketika mengakhiri kuartal ke III-2018. Fundamental ekonomi yang dicerminkan dari potret neraca pembayaran (neraca transaksi berjalan – CAD dan neraca transaksi modal dan finansial), tercatat kurang menggembirakan.

Pada kuartal ke III-2018 kemarin, diketahui bahwa CAD semakin melebar menjadi -3,37 persen dari PDB atau sebesar -8,85 miliar dolar AS dan selama 9 bulan tahun 2018 CAD minus sebesar 22,6 miliar dolar AS atau 2,86 persen dari PDB.

Neraca transaksi berjalan yang merupakan alat ukur untuk perdagangan internasional mencakup transaksi barang, jasa, pendapatan (faktor produksi dari aset dan tenaga kerja), dan juga transfer uang. Jika neraca transaksi berjalan suatu Negara mengalami defisit maka berarti negara itu telah menjadi peminjam neto dari Negara-negara lain, dan membutuhkan modal atau aliran finansial untuk membiayai defisit.

Ditilik dari data yang ada pula, rupanya defisit current account sudah terjadi sejak triwulan IV-2012 sebesar minus 2,65 persen PDB. Dalam defisit current account 2018 (-22,591 miliar dolar AS), diantaranya terdapat defisit pada transaksi jasa dan pendapatan primer Indonesia yang terjadi sejak 2007 lalu, dan berlangsung sampai sekarang. Pada 9 bulan tahun 2018, defisit transaksi jasa tercatat sebesar -5,559 miliar dolar AS dan pendapatan primer minus 24,081 (Anthony Budiawan,2018).

Selain CAD melebar, nilai mata uang rupiah yang melemah beberapa hari lalu ke level Rp14,896 kembali menguat ke level Rp 14,594 per dolar AS (16/11), setelah BI menaikkan lagi suku bunga acuan menjadi 6 persen pada (15/11).

Langkah BI menaikkan sukubunga diperkirakan untuk meredam gonjang ganjing rupiah dan berharap kurs rupiah tetap berada di bawah level psikologis Rp15,000 per dolar AS.

Pergerakan ekonomi global, rupanya memaksa otoritas moneter untuk selalu waspada menjaga fluktuasi rupiah yang tak kunjung stabil, karena pengaruh ketergantungan dari perekonomian global. Negara-negara emerging market kini menjadi amat tergantung dari perkembangan perekonomian global khususnya Amerika Serikat (AS), dan mewaspadi terjadinya capital outflow.

Menilik perkembangan yang terjadi, tidak berlebihan kiranya suara-suara yang menyatakan perlunya suatu reformasi struktural ekonomi untuk pembenahan total perekonomian Indonesia.

Pertanyaannya, mau dimulai darimana? Bagaimana agar Indonesia dapat lebih mandiri dan tidak selalu bergantung dari situasi perekonomian global, atau minimal dapat lebih tahan jika terjadi guncangan?

Pekerjaan memperbaiki struktur perekonomian, tentu harus dimulai dari kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan devisa dari hasil ekspor sehingga angka ekspor bisa lebih tinggi dari angka impor. Jika kegiatan produksi yang dihasilkan dari industri manufaktur tidak bergerak alias stagnant atau mendem, maka bisa dipastikan Negara itu akan kesulitan membiayai operasional pembangunan dan akan terpaksa berhutang.

Apalagi jika yang terjadi adalah kondisi deindustrialiasi, maka keadaan akan semakin serius dan berdampak multiplier pada sektor konsumsi, pemerimaan Negara (pajak) dan tenaga kerja. Langkah apa yang harus segera dilakukan? (www.watyutink.com)

BERITA TERKAIT

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…

BERITA LAINNYA DI Opini

Tidak Ada Pihak yang Menolak Hasil Putusan Sidang MK

  Oleh : Dhita Karuniawati, Penelitti di Lembaga Studi Informasi Strategis Indonesia   Mahkamah Konstitusi (MK) mengumumkan hasil sidang putusan…

Investor Dukung Putusan MK dan Penetapan Hasil Pemilu 2024

  Oleh: Nial Fitriani, Analis Ekonomi Politik   Investor atau penanam modal mendukung penuh bagaimana penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi Tetap Tinggi di 2024

  Oleh : Attar Yafiq, Pemerhati Ekonomi   Saat ini perekonomian global tengah diguncang oleh berbagai sektor seperti cuaca ekstrim,…