Kampanye Simpatik

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

 

Drama politik melalui kampanye nampaknya semakin memanas dan kedua kubu saling serang untuk menjelekan yang lainnya dan berusaha meraih simpati publik. Hal ini jelas menjadi sesuatu yang ironi di tengah upaya membangun komitmen kampanye simpatik. Padahal, beberapa waktu lalu kedua kandidat berusaha meyakinkan publik untuk bisa meraih simpati dengan janji akan melakukan kampanye simpatik. Sayangnya, janji itu tidak bisa ditepati karena faktanya kedua kandidat saling serang, saling sindir dan saling fitnah, termasuk misal dengan keluarnya cibiran tentang sontoloyo, tampang Boyolali dan genderuwo. Terlepas dari maksud dibalik makna ucapan tersebut, pastinya hal ini telah memperkeruh suasana dan situasinya akan menjadi panas.

Kampanye hitam, ujaran kebencian dan cibiran dalam kampanye sejatinya memang ada  dampak terhadap lawan politik dan juga si pengucap sendiri. Betapa tidak, di era global information society maka semua bisa memilih dan memilah informasi yang ada. Terkait hal ini maka ujaran kebencian bisa menjadi bumerang dan sebaliknya kampanye santun justru akan bisa mendulang suara yang signifikan. Oleh karenanya perlu kehati-hatian jika ingin menyampaikan kebencian, terutama di era kampanye yang semakin sensitif saat ini dan apalagi melibatkan massa dalam jumlah yang banyak.

Sisa waktu menjelang pilpres seharusnya kedua kandidat belajar bijak dari keperilakuan sejumlah kandidat ketika bertarung memperebutkan suara untuk menang. Betapa dalam konteks persaingan yang semakin ketat maka model – pola komunikasi, termasuk juga di komunikasi politik perlu seksama mencermati audiens yang menjadi target. Pemetaaan juga perlu dilakukan, baik dengan survei atau riset kecil-kecilan sehingga bisa dipantau tingkat penerimaan dari semua audiens yang ada. Upaya ini sejatinya untuk mereduksi berbagai kemungkinan ancaman yang terjadi. Oleh karena itu, beralasan jika kampanye adalah upaya persuasif untuk mencari dan menarik simpati publik. Jika kampanye tidak berhasil menarik simpati maka bisa disebut kampanyenya gagal.

Memang tidak mudah untuk mencari dan menarik simpati publik melalui kampanye. Hal ini perlu dicermati oleh kedua kandidat yang di tahun 2019 akan melakukan rematch sehingga akan teruji siapa yang sejatinya menjadi pemenang sejati dalam duel pilpres. Relevan dengan hal ini maka mulailah untuk mereduksi berbagai ujaran kebencian yang dalam 2 bulan terakhir terjadi di masyarakat. Ujaran sontoloyo, tampang Boyolali dan genderuwo harus diakhiri karena faktanya ini sangat tidak mendidik, sementara masih ada banyak kreativitas yang belum bisa digali untuk menebar pesona, mencari suara dan menarik simpati publik. Artinya pertarungan kedua kandidat perlu dilakukan secara lebih santun dan sopan sehingga kemenangannya bisa elegan.

Waktu yang akan membuktikan bagaimana dampak dari ujaran kebencian yang telah terlanjur beredar sementara di sisi lain perlu kearifan dalam mensikapi hal ini sehingga ke depan kampanye simpatik bisa benar-benar terealisir. Pemilu seharusnya memang menggembirakan dan menimbulkan efek positif, bukan justru dibumbui dengan beragam ujaran kebencian seperti yang telah terlihat beberapa waktu ini

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…