Revolusi Pertanian 4.0

 

Oleh: Nailul Huda

Peneliti INDEF

 

Sama seperti revolusi industri sebelumya, revolusi industri 4.0 merupakan suatu peristiwa yang tidak dapat dihindari. Kemajuan mulai dari penemuan mesihn uap, listrik, hingga saat ini penemuan mengenai artificial intelligence (AI), dan revolusi industri selanjutnya bertujuan untuk membantu manusia untuk lebih mudah dalam segala hal. Salah satunya untuk membantu kegiatan perekonomian.

Sampai saat ini, masih sedikit masyarakat Indonesia yang menyadarai bahwa revolusi industri 4.0 juga dapat berjasa dalam sektor ekonomi yang saat ini tidak terlalu disentuh teknologinya, bukan hanya sektor industri manufaktur, perdagangan, maupun jasa perbankan. Sektor-sektor tradisional seperti pertanian juga dapat dikembangkan melalui Revolusi Industri 4.0. Dalam sejarahnya di Indonesia, pertanian kita hanya mentok di tahapan “AgriBisnis” yaitu pengelolaan pertanian mulai dari penyediaan bahan baku, pascapanen, proses pengolahan, hingga tahap distribusi hasil produk pertanian. Maka dengan hadirnya revolusi industri 4.0, dunia pertanian Indonesia harus melangkah lebih jauh daripada model bisnis pertanian saat ini.

Mengacu pada ciri-ciri umum revolusi industri 4.0 dimana berkembangnya Internet of/for Things (IoT), pelaku di industri pertanian seharusnya lebih banyak memanfaatkan internet sebagai basis produksi hingga distribusi. Pasar saat ini tidak harus bertatap muka secara langsung. Pertemuan antara pembeli produk pertanian dan petani dapat dilakukan secara online. Secara langsung, praktik ini memutus rantai distribusi pertanian yang saat ini dinilai terlalu panjang.

Petani juga tidak harus menunggu dan mengandalkan penyuluh pertanian untuk berkonsultasi tentang masalah pertanian. Dengan internet, petani dapat mudah menemukan solusinya. Inovasi di sektor pertanian berupa penemuan varietas-varietas baru produk pertanian perlu disebarluaskan melalui internet tanpa harus menunggu penyuluh pertanian untuk memberikan informasi kepada petani.

Harapan dengan adanya IoT ini kesejahteraan petani akan meningkat secara signifikan. Seperti yang kita ketahui sendiri, petani saat ini jauh dari kata sejahtera karena keuntungan yang diperoleh dari kegiatan pertanian banyak dinikmati oleh trader pertanian (tengkulak dan pedagangan besar). Dengan memutus rantai distribusi, harapannya keuntungan petani akan lebih tinggi.

Pertanyaannnya adalah dengan Sumber Daya Manusia (SDM) pertanian saat ini, apakah hal tersebut dapat terlaksana? Kuncinya adalah peran aktif di lembaga pemerintahan, baik pemerintah pusat, provinsi, kab/kota, bahkan pemerintahan desa harus berperan aktif dalam memeratakan pengetahuan tentang manfaat penggunaan internet dalam bidang pertanian. Peran krusial sebenarnya dapat diberikana oleh pemerintah desa melalui Dana Desa dan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). BUMDes dapat menjadi jembatan penghubung langsung antara industri 4.0 bidang pertanian dengan petani.

Untuk permasalahan permodalan pertanian, pemanfaatan internet melalui financial technology (fintech) dinilai belum layak untuk dimanfaatkan oleh petani, terutama petani gurem. Alasannya adalah bunga dari fintech yang masih terlalu tinggi hingga 30 persen. Namun diakui bahwa fintech dapat memberikan angin segar bagi petani dalam permodalan karena syarat dari fintech yang tidak terlalu sulit seperti perbankan. Dengan demikian, saat ini program kredit pemerintah seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih menjadi pilihan paling rasional bagi petani. Mungkin dengan semakin banyaknya fintech akan menekan bunga dari fintech paling tidak menyamai bunga KUR ataupun program kredit lainnya.

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…