Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Oleh: Fauzi Aziz

Pemerhati Ekonomi dan Industri

 

Berbicara tentang pengelolaan kebijakan ekonomi, hampir semua negara membutuhkan kondisi perekonomian yang stabil dan tumbuh. Namun faktanya dewasa ini yang cenderung terjadi adalah ketidakstabilan dan pertumbuhan ekonomi yang lambat. Ada paradoks dihadapi oleh dunia dalam perekonomian.

Segala macam penelitian dan sudah banyak dibuat analisisnya tentang kondisi perekonomian yang eksis dewasa ini, yang pada akhirnya kita dihadapkan pada satu premis umum bahwa stabilitas dan pertumbuhan ekonomi ibarat sekeping mata uang logam yang perlu dikelola dengan cara seksama dan penuh tanggung jawab.

Karena ekonomi menyangkut kebutuhan hajat hidup orang banyak di seluruh dunia. Semua negara di dunia memerlukan rakyatnya hidup sejahtera dan makmur. Sehingga diperlukan ekosistem yang bisa menjaga stabilitas dan sekaligus menciptakan pertumbuhan.

Teori ekonomi sudah berkembang sedemikian rupa, tapi teori tentu mempunyai keterbatasan untuk mengatasi masalah ekonomi. Sebab itu, sebagai satu contoh kecil, Masyarakat Ekonomi ASEAN atau Masyarakat Ekonomi Eropa, selalu menempatkan tiga pilar utama dalam pembentukannya, yaitu pilar politik, ekonomi dan budaya.

Pilar politik dihadirkan karena ada kepentingan politik yang cenderung tidak sama. Pilar ekonomi juga dihadirkan karena di situ banyak kepentingan ekonomi yang platform dasarnya cenderung berbeda. Begitu pula pilar budaya jelas antar negara punya budaya yang tidak sama.

Ketiga pilar itu yang sejatinya memberikan kontribusi besar pada penciptaan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi dunia. Kalau ketiga pilarnya tidak kuat menopangnya  hampir dapat dipastikan kondisi perekonomian cenderung tidak akan pernah stabil dan sulit untuk tumbuh dengan cepat. Apa yang kemudian muncul ke permukaan dan mendunia adalah  bahwa dunia kini menghadapi ketidakpastian. Sampai seluruh media global mengatakan bahwa yang pasti adalah ketidakpastian itu sendiri.

Karena semua tersirep oleh kondisi semacam itu, maka stabilitas dan pertumbuhan ekonomi tersandera dalam ekosistem ketidakpastian. Apa yang kemudian terjadi? Tentu ada dua kondisi yang terbentuk yaitu, stabilitas menjadi sesuatu yang relatif kondisional dan cenderung hanya berlangsung sesaat. Di lain pihak, pertumbuhan ekonomi tetap harus dikejar, tapi harus dibayar mahal karena ekosistemnya tidak mendukung akibat sudah terlanjur berisi faktor ketidakpastian.

Prediksi, proyeksi, dan asumsi menjadi sangat mudah sekali diubah karena ekosistemnya berubah. Contoh, hanya belakangan ini saja APBP-P bisa dilakukan sampai 3 kali dalam setahun. Ini menandakan bahwa stabilitas ekonomi secara global sangat volatile dalam intensitas yang tinggi. Dampaknya secara makro dapat dibaca dalam dua hal pula, yaitu : pihak otoritas moneter dan fiskal menghabiskan waktu paling banyak untuk menjaga stabilitas ekonomi. Di lain pihak pertumbuhan ekonomi harus ditahan agar tidak overheating karena sekali memanas biaya pendinginannya tidak murah.

BERITA TERKAIT

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…

BERITA LAINNYA DI

Ekspor Nonmigas Primadona

Oleh: Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan Neraca perdagangan Indonesia kembali mencatatkan surplus pada periode Februari 2024 sebesar USD0,87 miliar. Surplus ini…

Jaga Kondusivitas, Tempuh Jalur Hukum

  Oleh: Rama Satria Pengamat Kebijakan Publik Situasi di masyarakat saat ini relatif kondusif pasca penetapan hasil Pemilihan Umum (Pemilu)…

Perspektif UMKM di Ramadhan

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Memasuki pertengahan bulan suci Ramadhan seperti ini ada dua arus perspektif yang menjadi fenomena…