NERACA
Jakarta – Mengantungi dana segar senilai US$ 198 juta dari NFC China, mendorong PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) untuk segera melunasi pembelian 20% saham PT Dairi Prima Mineral (DPM) ke PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) senilai US$ 57,3 juta atau setara Rp 844,31 miliar yang ditargetkan rampung pada 2020.
Sebagai tahap awal, perseroan telah membayar US$ 22 juta sebagai tahap awal pembayaran perjanjian pengalihan hak atas tambang seng tersebut.”Yang US$ 22 juta sudah kami bayarkan di September 2018, jadi sisanya US$ 35 juta akan dilunasi dua tahun kedepan," kata Herwin Hidayat, Direktur Investor Relations BRMS di Jakarta, kemarin.
Dia menambahkan, saat ini DPM resmi dimiliki perseroan dengan kepemilikan saham sebesar 49%. Sedangkan sisanya 51% dimiliki NFC China yang membeli saham DPM senilai US$ 198 juta pada September 2018. Dengan dana divestasi ke NFC China itulah perseroan melakukan pembayaran tahap pertama ke ANTM.”Rencananya nanti harus pakai kas internal sisanya, kami harapkan proyek-proyek kami sudah mulai produksi dan ada cash flow yang masuk untuk pembayaran tersebut," jelasnya
Hingga saat ini, perseroan memiliki tiga tambang melalui anak usahanya yakni masing-masing DPM, lalu tambang emas PT Citra Palu Minerals (CPM) dan PT Gorontalo Minerals yakni tambang tembaga dan emas. Untuk DPM, telah memperoleh izin produksi dari pemerintah pada Desember 2017 dengan masa produksi selama 30 tahun. Areal tambang ini memiliki sumber daya sebanyak 35 juta ton biji.
Disebutkan, total anggaran belanja modal (capital expenditure) untuk DPM yakni US$ 350 juta hingga US$ 400 juta yang diperkirakan. Sedangkan tambang emas CPM memiliki cadangan bijih sebesar 3,9 juta ton dan tambang PT Gorontalo Minerals memiliki cadangan bijih 105 juta MT. Sebagai info, perseroan bakal menerima dana segar senilai US$ 198 juta dari NFC China, kompensasi atas pelepasan 51% kepemilikan saham di DPM pada September 2018.
Kata Herwin, perolehan dana tersebut, beban keuangan dan bunga (utang) perseroan kini menjadi US$ 29,96 ribu hingga kuartal III-2018. Nilai ini turun 99,5% signifikan dibandingkan pada kuartal III tahun lalu senilai US$ 6,72 juta."Hutang ke Credit Suisse AG sudah lunas senilai US$ 107,18 juta. Tinggal hutang-hutang dengan pihak ketiga," ungkapnya.
Tercatat, BRMS tercatat masih memiliki utang kepada PT Bank Muamalat Tbk senilai US$ 141,63 ribu atau Rp 1,98 miliar. Ini merupakan pinjaman yang diterima perseroan pada 2011 yang hingga saat ini belum lunas. Selain itu, perseroan memiliki utang senilai US$ 1,08 juta kepada PT Bank Bukopin Tbk (Bukopin) dengan menandatangani perjanjian kredit dalam jangka waktu 60 bulan.
Sementara itu, perseroan masih memiliki utang senilai US$ 53,99 juta kepada Wexler Capital Pte Ltd sebagai pihak kreditur utama selain Credit Suisse AG. Herwin menambahkan, saat proses negosiasi masih terus dilakukan dengan kedua belah pihak untuk penyelesaian kewajiban tersebut. Dengan penambahan modal baru tersebut, per September 2018 total kas perseroan mencapai US$ 26,9 juta atau meningkat 412% dibandingkan dengan total kas per September 2017 senilai US$ 5,24 juta.
Disamping itu, perseroan masih memiliki sisa dana senilai lebih dari US$ 20 juta yang akan dipakai untuk pengembangan dan modal kerja bagi tiga anak usaha.
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…
NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…
Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…
NERACA Jakarta - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…