Investasi Energi, Jepang Minta Regulasi Diperbaiki

 

 

NERACA

 

Jakarta – Managing Director The Energy Conservation Center Japan (ECCJ), Masahide Shima menyatakan bahwa banyak investor asal Jepang yang tertarik berinvestasi di Indonesia khususnya dibidang energi. Namun, Masahide mengatakan regulasi di Indonesia terkadang memberatkan bagi investor sehingga hal itu menjadi pertimbangan. 

“Harga beli perlu jadi perhatian pemerintah Indonesia. Karena di Jepang ada harga beli energi yang tetap dan itu memberikan kepastian kepada investor. Akan tetapi regulasi di Indonesia lebih berat, karena banyak investor yang tertarik berinvestasi di Indonesia akan tetapi ketika mulai hitung-hitungan dan itu akan susah masuknya,” ungkap Masahide kepada wartawan disela acara Japan-Indonesia Business Forum for Energy Efficiency, Conservation and Renewable, Jakarta, Rabu (14/11).

Menurut dia, dahulu Jepang cukup aktif untuk memberikan dana dalam mengembangkan proyek energi di Indonesia. Namun, sekarang ia belum melihat adanya program tersebut. Sehingga Masahide meminta agar Indonesia fokus untuk menyiapkan dari sisi Sumber Daya Manusia (SDM). Sementara itu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menawarkan Jepang berinvestasi di sejumlah proyek Energi Baru dan Terbarukan atau EBT di Indonesia. Salah satunya adalah investasi di proyek Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM, Harris mengatakan, saat ini sudah ada satu proyek PLTB yang terbangun yaitu PLTB Sidrap dengan kapasitas 75 Megawatt. Kincir angin listrik pertama di Indonesia ini pun mendorong proyek serupa di berbagai wilayah Indonesia. “Ini juga yang menjadi penggerak sehingga pembangkit angin lainnya sudah mulai merencanakan. Saat ini ada 22 upcoming proyek dan kapasitasnya besar," kata Harris.

Ia mengungkapkan, 22 proyek tersebut berada di berbagai lokasi di Indonesia dengan total kapasitas keseluruhan akan mencapai 1.377 MW. Di antara lokasinya meliputi Sukabumi, Banten, Yogyakarta, Jawa Timur, NTT, NTB hingga Maluku. Sekarang semakin banyak yang minat di sini (PLTB) dan diharap Jepang bisa mempercepat realisasi pembangunan EBT di Indonesia," katanya di hadapan peserta forum.

Ia mengungkapkan, tantangan saat ini dalam pembangunan PLTB adalah pembiayaan yang murah dan akses yang mudah. Selain itu juga ada aspek teknologi dan ada isu intermitten (tergantung cuaca atau angin) sehingga diperlukan penanganan yang bagus



BERITA TERKAIT

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini

Pemeran Bangkok RHVAC dan Bangkok E&E 2024 akan Tampilkan Inovasi dan Teknologi Terkini NERACA Jakarta - Bangkok RHVAC 2024 dan…

Defisit Fiskal Berpotensi Melebar

    NERACA Jakarta - Ekonom Josua Pardede mengatakan defisit fiskal Indonesia berpotensi melebar demi meredam guncangan imbas dari konflik Iran…

Presiden Minta Waspadai Pola Baru Pencucian Uang Lewat Kripto

  NERACA Jakarta – Presiden RI Joko Widodo meminta agar tim Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan kementerian…