Pertamina EP dan Chemindo Inti Usaha Jalin Kerjasama - Pemanfaatan CO2

 

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - PT Pertamina EP dan PT Chemindo Inti Usaha bersepakat menjalin kerja sama terkait pemanfaatan off-gas karbondioksida (CO2) yang dihasilkan dari Lapangan Subang, Jawa Barat, melalui Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) CO2. Kandungan CO2 dalam gas yang diproduksi dari lapangan Subang cukup tinggi, yakni mencapai 23 persen sehingga perlu dikurangi agar memenuhi standar gas yang akan dijual ke konsumen.

“Buat kami ini sangat surprise karena inisiasi sudah dimulai sejak bulan Maret 2014 dan kita baru menandatangi Agustus 2018. Ini akan meng-create suatu value dan muncul benefit bagi kedua pihak,” kata Direktur Utama PT Pertamina EP Nanang Abdul Manaf, usai menandatangani Kick Off PJBG CO2 Lapangan Subang dengan PT Chemindo Inti Usaha di Hotel Le Meridein, Jakarta (13/11).

Mengingat produksi CO2 yang relatif banyak, PT Chemindo Inti Usaha selaku perusahaan yang bergerak di pengolahan CO2, menilai hal tersebut merupakan peluang bagi perkembangan usahanya. Induk usaha PT Chemindo Inti Usaha sudah bergerak di bidang distribusi CO2 selama 38 tahun, nantinya juga akan membangun pabrik pengolahan CO2 di Subang. PT Chemindo Inti Usaha ingin mengembangkan pabrik CO2 dengan menggunakan off-gas CO2 removal Pertamina EP Asset 3 Lapangan Subang.

Selain untuk keperluan bisnis, pengolahan gas CO2 tersebut juga bertujuan untuk mengurangi pencemaran lingkungan. Selain itu, PT Chemindo Inti Usaha juga menilai, bahwa sumber CO2 yang dihasilkan Lapangan Subang kemurniannya cukup tinggi. Itulah yang menjadi dasar PT Chemindo Inti Usaha untuk membangun pabrik pengolahan di Subang. “Untuk kapasitas kami rencana sekitar 150 ton per hari. Rencana dalam 18 bulan ke depan sudah akan selesai, kita diberikan target akhir tahun 2020,” ujar Suzanto, selaku Wakil Direktur Utama PT Chemindo Inti Usaha.

Suzanto mengatakan, saat ini kebutuhan terhadap CO2 sedang berkembang. Banyak perusahaan, kata dia, yang memanfaatkan gas CO2 untuk keperluan produksi minuman bersoda, pengelasan di industri otomotif, food processing, dan berbagai keperluan lain. “Untuk sarana distribusi, kita punya divisi tersendiri, dimana kita punya armada distribusi yang cukup kuat untuk mendukung kebutuhan pasar,” terangnya.

Vice Chairman of the Standing Committee on Marine and Fisheries KADIN Indonesia, yang juga Pakar CO2 Wajan Sudjana Sudja, mengatakan bahwa CO2 mempunyai banyak pengaplikasian seperti pengawetan. Untuk produk-produk seperti perikanan dan pertanian misalnya, akan lebih baik jika didinginkan dengan CO2. “Akan menjadi alternatif freezing dengan CO2 di lapangan dibandingkan menggunakan teknologi konvensional seperti pendinginan freon atau amonia yang ada di cold storage saat ini. Saya melihat CO2 ini berpeluang besar untuk mendapat pangsa pasar, tinggal bagaimana mengelolanya,” ujarnya.

BERITA TERKAIT

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…

BERITA LAINNYA DI Ekonomi Makro

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab

Sadari Dampak Negatif Internet, Jadilah Anak Muda Bertanggung Jawab NERACA Malang - Dalam rangka mewujudkan Indonesia Makin Cakap Digital, Kementerian…

Lembaga Rating Pertahankan Peringkat Kredit Indonesia

    NERACA   Jakarta - Lembaga pemeringkat Fitch kembali mempertahankan peringkat kredit atau Sovereign Credit Rating Republik Indonesia pada…

Surplus Neraca Perdagangan Topang Ketahanan Eksternal Ekonomi

    NERACA   Jakarta - Bank Indonesia (BI) menilai surplus neraca perdagangan yang berlanjut pada Februari 2024 menopang ketahanan…