Tiga Penyebab Rupiah Menguat

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengungkapkan tiga penyebab nilai tukar rupiah menguat dalam waktu relatif cepat, atau dalam kisaran dua pekan terakhir, dari level Rp15.200 per dolar AS ke saat ini di kisaran Rp14.600 per dolar AS. Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo, kepercayaan investor global meningkat karena indikator ekonomi domestik yang membaik seperti laju inflasi hingga Oktober 2018, dan realisasi pertumbuhan ekonomi domestik kuartal III 2018.

Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III sebesar 5,17 persen secara tahunan (year on year/YoY), yang utamanya didorong oleh konsumsi rumah tangga. Sementara, inflasi di Oktober 2018 sebesar 0,28 perseN secara bulanan (month to month/MtM) atau 3,16 persen (YoY) yang berarti berada di bawah sasaran inflasi.

"Pasar yakin terhadap kebijakan-kebijakan perekonomian yang diterbitkan saat ini," ujarnya, seperti dikutip Antara, kemarin. Lebih lanjut, menurut Perry, penyebab kedua penguatan rupiah dalam beberapa waktu terakhir adalah pemberlakukan pasar valas berjangka untuk domestik atau Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF).

Operasional DNDF mulai efektif pada 1 November lalu. Perry mengklaim pasokan dan permintaan di pasar DNDF sudah berjalan baik dengan total transaksi selama sembilan hari berjalan mencapai 115 juta dolar AS. "Pemantauan kami soal DNDF berkembang dengan cukup baik. Pasokan dan permintaan berkembang. Sehingga menambah pendalaman pasar," ujar dia.

Sebagai gambaran, sesuai tujuannya, pemberlakuan Domestik NDF dapat membuat pasar keuangan domestik berkembang sehingga pasar NDF di Luar Negeri kurang diminati. Sebelum terdapat Domestrik NDF, pasar NDF di Luar Negeri yang begitu volatil menjadi salah satu penyebab melemahnya nilai tukar rupiah di pasar domestik.

Penyebab ketiga adalah meredanya perang dagang antara AS dan China menyusul rencana pertemuan Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping di perhelatan G-20 pada akhir November 2018 ini. Pertemuan itu diklaim untuk membahas solusi perang dagang antara dua negara yang telah terjadi sejak awal tahun. Semua pelaku pasar keuangan global kini menanti perkembangan dari rencana pertemuan pemangku kebijakan paling berpengaruh di dunia itu.

Berdasarkan catatan Antara, rupiah mulai menunjukkan tren penguatan pada akhir Oktober 2018 dan hingga Jumat ini pukul 14.00 WIB, rupiah di pasar spot diperdagangkan di Rp14.681 per dolar AS. Meski demikian, pada perdagangan Jumat ini di spot, rupiah menunjukkan tren pelemahan, menjelang pengumuman defisit neraca transaksi berjalan domestik pada Jumat sore.

Pengamat pasar uang Bank Woori Saudara Indonesia Tbk Rully Nova mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah relatif wajar setelah dalam beberapa hari sebelumnya cenderung mengalami penguatan. "Pergerakan rupiah dalam hariannya akan bervariasi seiring sentimen yang beredar di pasar. Kemungkinan pelemahan rupiah saat ini karena faktor ambil untung," katanya.

Ia menambahkan angka defisit transaksi berjalan pada triwulan III 2018 yang meningkat menjadi sebesar 8,8 miliar dolar AS (3,37 persen PDB), lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya turut berdampak negatif bagi pergerakan rupiah. Ia meyakini pelemahan rupiah cenderung sementara di tengah kondisi ekonomi nasional yang relatif cukup stabil di tengah ketidakpastian perekonmian dunia. "Para pelaku pasar sepertinya juga tetap memandang positif perekonomian Indonesia," katanya.

 

 

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…