BI Diprediksi Naikkan Bunga Acuan Lagi

 

 

 

NERACA

 

Jakarta – Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed berencana untuk menaikkan suku bunga acuannya menjelang akhir tahun ini. Kalangan pengamat menilai, rencana kenaikan bunga oleh The Fed akan dibarengi juga dengan kenaikan bunga acuan di Indonesia. Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto memprediksi Bank Indonesia akan kembali menaikkan bunga sebesar 25 bps sehingga menjadi 6 persen.

Ryan menjelaskan dalam rapat terakhir yang digelar Fed, ia melihat ada kecenderungan bank sentral tersebut menaikkan tingkat bunga. Kondisi ini memaksa bank sentral di negara-negara berkembang melakukan penyesuaian. "Di 23 Oktober lalu, BI menahan suku bunga acuannya di 5,75 persen. Tapi, sepertinya ada kans untuk menaikan 25 bps menjadi 6 persen. Bulan Desember nanti, The Fed hampir pasti,” jelasnya di Jakarta, Kamis (8/11).

Menurut Ryan, Fed perlu melakukan kenaikan bunga lantaran laju inflasi AS meningkat tajam. Tingkat inflasi yang mencapai 2 persen saat ini, dinilai sudah cukup berbahaya bagi negara maju, seperti Amerika Serikat. "Upaya penjinakan inflasi adalah dengan menaikan suku bunga, inflasi di Amerika sudah 2 persen. Itu angka keramat," imbuhnya.

Selain berdampak pada perubahan suku bunga negara-negara berkembang, kenaikan ini juga berdampak pada nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi. Rupiah sempat terdepresiasi hingga di atas 10 persen sepanjang tahun ini, meski kini tengah bergerak menguat. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga kuartal III 2018 tercatat hanya sebesar 5,17 persen. Kondisi ini, menurut dia, antara lain, disebabkan melemahnya nilai ekspor akibat turunnya harga sejumlah komoditas akibat kenaikan suku bunga di sejumlah negara.

Ia menjelaskan harga komoditas antara lain dipengaruhi penguatan dolar AS akibat rencana kenaikan bunga Fed. Akibatnya, ekonomi Indonesia yang bertumpu pada komoditas terganggu. "Karena ekspornya enggak nendang, di sisi lain impornya masih cukup kuat. Ini yang berdampak kepada nilai pertumbuhan ekonomi kita di kuartal III yang cuma 5,17 persen," jelasnya.

Sebagai informasi, neraca perdagangan Indonesia dari Januari hingga September 2018 ini masih mengalami defisit hingga US$3,78 miliar. Meskipun pada September lalu, Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa Indonesia akhirnya mengalami surplus US$0,23 miliar setelah beberapa bulan terakhir terus mengalami defisit.

Di sisi lain, Ia mencermati bahwa kegiatan impor di Indonesia masih relatif kuat karena tingginya permintaan barang-barang di dalam negeri. Hal itu terjadi karena daya beli masyarakat yang masih dapat terjaga. "Jika konsumsi rumah tangga itu tumbuh sampai 5 persen, artinya menunjukkan daya beli masyarakat terjaga dengan baik. Bagi rakyat miskin, mereka banyak dibantu dengan Program Keluarga Harapan (PKH) dan bantuan sosial lainnya," terangnya.  

Ia memprediksi, tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat berada dalam kisaran 5,2-5,3 persen. Salah satu yang patut dicermati adalah perlambatan ekonomi China sebagai mitra dagang utama Indonesia dalam hal ekspor maupun impor. "Setiap perlambatan 1 persen ekonomi Tiongkok, itu akan mempengaruhi perlambatan ekonomi mitranya 0,02 persen. Penting pemerintah untuk mencari pasar-pasar perdagangan lain, misalnya ke daerah Timur Tengah," tutupnya.

 

 

 

BERITA TERKAIT

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Kredit Perbankan Meningkat 12,40%

    NERACA Jakarta – Bank Indonesia (BI) mengatakan kredit perbankan meningkat 12,40 persen secara year on year (yoy) pada triwulan I-2024,…

Bank Saqu Catat Jumlah Nasabah Capai 500 Ribu

    NERACA Jakarta – Layanan perbankan digital dari PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) yaitu Bank Saqu mencatat jumlah nasabah…

Bank DKI Gandeng Komunitas Mini 4WD untuk Dukung Transaksi Non Tunai

    NERACA Jakarta – Bank DKI menggandeng komunitas Mini 4WD untuk memperkenalkan aplikasi JakOne Mobile sebagai upaya mendukung penerapan…