Inovasi Program RISE - Memberdayakan Disabilitas From Zero To Hero

Stigma negatif baik dalam keluarga dan masyarakat masih menghantui penyandang disabilitas. Pasalnya, penyandang disabilitas dianggap sebagai beban, merepotkan, memalukan, tidak berguna. Selain itu terjadi pula penolakan, isolasi dan bahkan dibuang.  Hal inipula yang terbenak Tirto Joyo, penyandang disabilitas tuna daksa, sehingga dirinya berkunci diri di rumah dan hilang semangat hidup. Pada dasarnya Tirto, merupakan lelaki yang memiliki kehidupan normal dan mempunyai impian dan cita –cita layaknya pria seuisanya. Namun kondisi tersebut berbalik menjadi sebuah mimpi hingga sebuah kecelakaan terjadi, di kala dirinya masih duduk di sekolah menengah.

Petaka itu berawal ketika ia “iseng” berolahraga angkat barbel membuat syaraf belakang yang terhubung ke kaki nya rusak dan tidak bisa berfungsi kembali. “Kecelakaan olah raga membuat saya menjadi lumpuh seumur hidup dan menghabiskan waktu serta menjalani hari-harinya di kursi roda,”ceritanya.

Tidak terbesit dalam dirinya akan hidup cacat dan belum siap menerima kehidupan nyata sebagai penyandang disabilitas, membuatnya sangat frustasi selama bertahun-tahun dan kehilangan semangat dalam menjalani hidup. Dukungan dari teman-teman satu sekolahnya tak cukup mampu mengobati kekecewaan atas apa yang menimpa dirinya. Kebebasannya sirna berganti dengan keterbatasan dan hal ini cukup membuatnya merasa telah kehilangan masa depan sehingga ada niatan jahat untuk mengakhiri hidupnya.

Ya, sudah menjadi sifat manusia belum siap dan iklas menerima kondisi yang tidak diharapkan membawa pada tudingan tuhan tidak lagi berpihak. Ratapan itu dirasakan Tirto Joyo (40), dimana selama dua tahun, dirinya meratapi nasibnya dan menumpahkannya melalui tulisan. Hingga di suatu pagi, tanpa sengaja ia mendengar untaian doa sang ibu yang mengharapkan dirinya bisa bangkit dan ikhlas dalam menjalani hidup. Sang ibu sangat mengkhawatirkan kondisi anak sulung dari tiga saudara ini setelah sang ibunda tiada kelak jika masih tetap pada kondisi terpuruk seperti itu. Sebaris kalimat doa tersebut mampu menyulur api semangat yang dulu pernah padam.

Membuktikan masyarakat bila dirinya masih mempunyai potensi untuk bisa mandiri serta tidak menjadi beban orang disekitarmya dan tidak perlu dikasihani, Tirto memulai lembaran baru dengan membuka usaha berbagai komoditas. “Berbagai macam usaha jualan saya lakoni, mulai jualan ikan hias, anak ayam, burung kicauan, hinga mainan anak-anak. Itu semua saya lakukan untuk hidup mandiri dalam membiaya hidupnya sendiri serta istri,”ungkapnya.

Jalan usahanya berjualan tidak selamanya berjalan mulus dan ada kalanya pasang surut karena berbagai kendala, seperti kurang pahamnya manajemen usaha. Tidak mau patah semangat dan ingin membuktikan pada sang Ibu, dirinya masih bisa hidup mandiri, berjualan pulsa juga menjadi pilihannya. “Saya memutuskan untuk berjualan pulsa dengan anggapan usaha ini menjadi kebutuhan semua orang karena tren pertumbuhan pengguna smartphone terus meningkat,”jelasya.

Lagi-lagi, dewi fortuna belum berpihak pada usahanya dan kembali tidak berkembang. Kemudian secerca harapan itupun datang, disaat seorang temannya mengajak untuk mengikuti pelatihan Reach Independence & Sustainable Entrepreneurship (RISE), yakni program pemberdayaan ekonomi untuk komunitas penyandang disabilitas yang dilakukan PT Maybank Indonesia Tbk (Maybank Indonesia) bersama Maybank Foundation. Program RISE merupakan program pembinaan kewirausahaan dan keuangan serta monitoring yang terstruktur kepada penyanadang disabilitas. Tujuan dari program tersebut adalah untuk meningkatkan kapabilitas usaha mereka sehingga dapat meningkatkan dampak positif bagi komunitas sekitarnya sehingga dapat membuka peluang menciptakan lapangan pekerjaan baru baik bagi sesama komunitas disabilitas maupun lainya.

Tirto Joyo menceritakan, setelah mengikuti pelatihan RISE oleh para tenaga dan ahli yang terampil, dirinya memutuskan untuk focus menjual kue basah yang dikelola bersama istrinya namun tidak meninggalkan sepenuhnya usaha jual pulsa. Lambat tapi pasti, usaha kue basahnya laris manis dipasar dan hal ini, diakuinya tidak lepas dari bekal ilmu dan pendampingan yang dilakukan RISE Maybank Indonesia. Pada usaha kue basah tersebut, dirinya menerapkan materi strategi pemasaran yang didapatkan selama pelatihan. “Kita diajarkan penargetan pelanggan yang tepat dengan aktif menawarkan kepada komunitas-komunitas, memberikan tester kepada komunitas-komunitas yang ditawarkan, dan juga termasuk menawarkan usaha secara online. Alhamdulilah berkat pemasaran yang tepat, hasil pun berlipat,”ujarnya.

Selain itu, ia mendapatkan jaringan untuk memulai usaha modifikasi motor roda tiga. Kini dirinya bergabung dengan rekan sesama pelatihan yang sudah memiliki pengalaman dalam menjalani usaha ini. Kini, dia merasakan adanya tambahan penghasilan untuk keluarga kecilnya. Tengok saja, penghasilan perbulannya saat ini rata-rata sudah mencapai Rp 400 ribu perbulan dari sebelum mengikuti RISE hanya Rp 200 ribu perbulannya.

 

 

Mampu Bersaing

 

 

Cerita yang sama juga disampaikan Darwin (47) menjadi penyandang disabilitas polio tidak membuat Darwin berdiam diri. Sebelum mengikuti pelatihan, Darwin berjualan mie ayam yang sudah dijalankan 2 tahun. Akan tetapi karena banyaknya penjual mie ayam di daerahnya, membuat Darwin tidak mampu bersaing dan usaha yang dijalankan tidak dapat berkembang. “Memiliki seorang istri yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dengan dua orang anak yang berkuliah di Universitas Lampung, agak sulit bagi saya untuk dapat memenuhi segala kebutuhan keluarganya dengan kondisi keuangan dan kendala usaha seperti itu,”tuturnya.

Namun semangat pantang menyerah, membawanya pada perubahan dari yang bukan apa-apa menjadi apa2-apa atau from zero to hero. Berawal dari mengikuti pelatihan RISE dari Maybank, Darwin belajar tentang strategi Blue Ocean. Dari strategi tersebut, ia memelajari cara untuk dapat memberi nilai lebih dengan memberikan perbedaan dari usaha yang dijalankannya dengan usaha dari kompetitor. Setelah pelatihan, Darwin membuat keripik pisang yang dijual di warung mie ayamnya. “Tak butuh waktu lama, keripik pisang buatannya menjadi incaran baru bagi pelanggan yang datang ke warung mie ayamnya. Beban keuangannya pun perlahan menjadi teringankan,”tandasnya.

Darwin mempromosikan produk usahanya dengan metode door to-door ke toko camilan di area tempat usahanya. Kini Darwin mempercayakan usaha mie ayamnya untuk dikelola sang istri karena dirinya ingin berfokus pada usaha baru yang dijalaninya sejak 2018, yakni reparasi perbaikan mesin dan body mobil. Disampaikannya, usahan bengkel mobilnya tersebut sangat ramai pelanggan dan bahkan belum selesai satu mobil dikerjakannya, antrian untuk reparasi berikutnya sudah menanti untuk dikerjakan. Dia pun dibantu oleh dua orang pekerja untuk menyelesaikan pesanan reparasinya. “Saya memiliki keyakinan diri bisa memberikannya semangat, yaitu kalau ada niat dan kemauan enggak ada yang enggak bisa, pasti bisa,”tegasnya.

Allhasil, kini kenaikan pendapatan dari usaha yang dijalankannya tersebut digunakannya untuk membiayai kuliah kedua anaknya serta kebutuhan usaha dan rumah tangga. Sama sepert Tirto Joyo dan Darwin, Nurhayati Daulay (63) penyandang disabilitas tuna daksa alumnus pelatihan kewirausahaan pada program RISE Maybank merasakan betul dampak perubahan kehidupan ekonomi dan mentalnya menjadi lebih percaya diri.

Melakoni bisnis jahitan sejak tahun 1989, kini orderan jahitannya makin kebanjiran order hingga membuka kursus menjahit di rumahnya di Medan, Sumatera Utara. Bagi Nurhayati pribadi, pelatihan kewirausahaan yang diikutinya memberikan manfaat kepadanya, khususnya dari sisi motivasi. “Di tengah usia saya yang semakin lanjut usia apalagi saya juga tidak menikah, pelatihan tersebut terus memotivasi saya untuk terus  mandiri dan tidak menyerah pada keadaan. Dengan keterbatasan yang ada, pelatihan tersebut juga mengajarkan saya kiat-kiat berwirausaha seperti membuka usaha lain selain usaha jahitan, menyarankan untuk tetap memberikan kursus menjahit kepada warga sekitar, dan menyisihkan pendapatan untuk ditabung di bank.

“Syukurlah, ada peningkatan pendapatan yang saya peroleh setelah bergabung dalam program RISE ini. Sebelumnya rata-rata pendapatan Rp 1,1 juta. Tetapi sekarang bisa mencapai Rp 3,5 juta,”ungkapnya.

Dari Bandung, salah seorang peserta pelatihan program RISE, Arga Bisma (21 tahun) menyampaikan berterima kasih kepada Maybank Indonesia dan Maybank Foundation karena mendapatkan berbagai ilmu baru terkait pemberdayaan ekonomi bagi penyandang disabilitas seperti dirinya,”Banyak sekali ilmunya, senang banget bisa dapat ilmu baru. Tadi juga diajarkan bagaimana caranya teknik memasarkan yang bagus dengan memanfaatkan media sosial," kata Arga yang berjualan Madu.

Peserta lain, Erlina, perempuan 39 tahun asal Cimindi, Kota Cimahi, Jawa Barat ini optimistis ilmu yang diberikan dalam pelatihan Program RISE tersebut akan semakin memajukan usaha kue kering miliknya.”Tadi diajarkan strategi pemasaran yang baik, mencari pelanggan yang besar. Pokoknya banyak ilmu baru yang bermanfaat bagi saya," kata Erlina yang sehari-hari menitipkan dagangan kue keringnya di warung-warung dekat rumahnya.

Ketua CSR & Maybank Foundation, Juvensius Judy Ramdojo mengatakan, pemberdayaan ekonomi merupakan salah satu fokus kegiatan CSR Maybank Indonesia. Maybank Indonesia secara konsisten memberikan perhatian kepada individu maupun komunitas wirausaha penyandang disabilitas dengan berbagai program yang bertujuan untuk meningkatkan semangat pantang menyerah, percaya diri serta meningkatkan keterampilan dan kapasitas usaha,”Kami berharap program ini dapat membangun dan meningkatkan kapabilitas usaha mikro-UKM sehingga dapat memberikan dampak positif bagi komunitas di sekitarnya," kata Juvensius.

Dengan peningkatan kapabilitas usaha, para penyandang disabilitas bukan hanya dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi sesama komunitas penyandang disabilitas tetapi juga dapat mempekerjakan orang lain, termasuk dari masyarakat marjinal di sekitarnya sehingga dapat memberikan "multiplier effect" bagi masyarakat di sekitarnya.

BERITA TERKAIT

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…

BERITA LAINNYA DI CSR

Peduli Lingkungan - SML Resmikan SVM, Penukar Sampah Botol Plastik

Wujudkan komitmen bisnis berkelanjutan dan ramah lingkungan, Sinar Mas Land (SML) melalui Living Lab Ventures (LLV) menggandeng Plasticpay, sebuah startup…

Semarak Halal bil Halal - FIFGroup Berbagi Kebahaagiaan Bersama 35 Panti Asuhan

Setelah perayaan hari raya Idul Fitri 1445 Hijriah, penting untuk tetap menghidupkan semangat kebaikan dan saling berbagi kepada sesama. Dalam…

Gen-Z dan Milenial Pilar Penentu Pengelolaan Hutan Lestari

Generasi muda yang masuk dalam kelompok umur Gen-Z dan Milenial dinilai memiliki kreativitas dan penuh dengan gagasan inovatif serta mampu…