Penuhi Kebutuhan Pekerja, Kemenperin Kembangkan Politeknik STTT Bandung

NERACA

Bandung – Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian, Haris Munandar mengatakan saat ini industri TPT Nasional menghadapi beberapa permasalahan, antara lain membanjirnya produk import tekstil ilegal, pengenaan PPn untuk bahan baku kapas dan ini masih bergantung pada impor, dan ekspor industri TPT yang masih stagnan, serta saat ini masih kurangnya tenaga kerja yang cukup signifikan karena kebutuhan tenaga kerja TPT sebesar 135.000 orang per tahun.

“Untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tersebut, Kementerian Perindustrian melakukan penguatan pendidikan dan pelatihan vokasi bagi industri TPT melalui Pengembangan Politeknik STTT Bandung baik dari segi kapasitas maupun kualitas lulusan karena setiap tahunnya Politeknik STTT Bandung hanya mampu meluluskan 300 lulusan program diploma IV, sedangkan permintaan di industri setiap tahunnya mencapai 500 orang,” ujar Sekjen Kemenperin saat acara wisuda Polyteknik STTT di Bandung, Selasa (6/11).

Haris mengatakan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja tingkat ahli yang mampu melakukan riset dan pengembangan teknologi serta diversifikasi produk tekstil menuju advance textile maka mulai tahun ini telah dibuka Program Studi S2 Rekayasa Tekstil dan Apparel dan bahkan gedung Magister Terapan Teknologi Tekstil telah dibangun dan akan dilengkapi dengan peralatan sesuai standar industri.

“Untuk memenuhi permintaan tenaga kerja di industri tekstil, Politeknik STTT Bandung menyelenggarakan Program D1 dan D2 bidang tekstil dan garmen kelas jarak jauh, bekerjasama dengan asosiasi dan perusahaan industri tekstil yang lulusannya langsung ditempatkan bekerja di industri tekstil baik di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur,” jelasnya.

Menurutnya, mengingat perusahaan TPT banyak yang melakukan relokasi ke Jawa Tengah, utamanya di Solo dan sekitarnya maka untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerjanya, Kementerian Perindustrian mendirikan Akademi Komunitas Industri TPT Program Diploma 2, bekerja sama dengan API Jawa Tengah, Pemerintah Daerah Solo, Politeknik STTT Bandung dan pelaku usaha dan industri TPT yang lulusanya langsung ditempatkan bekerja di industri TPT Solo dan sekitarnya.

“Disamping itu, untuk memenuhi tenaga kerja industri TPT tingkat operator, Kementerian Perindustrian telah menyelenggarakan diklat sistem 3 in 1 (Pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja) untuk tahun 2017 sebanyak 7.764 orang dan pada tahun 2018 sebanyak 11.200 orang dari total diklat 3 in 1 tahun 2018 sebanyak 32.000 orang,” tukas Haris.

Di tempat yang sama, Direktur STTT Bandung, Tina Martina mengatakan tahun ini jumlah lulusan tepat waktu program Diploma IV rata-rata 90,34 %, dan harus kita tingkatkan pada tahun mendatang sampai mencapai 100% sedangkan D 1 lulusan tepat waktu telahmencapai 100 %. Pencapaian ini kami apresiasi baik, meskipun kita tidak boleh lupa, bahwa kelulusan saja belum cukup untuk mengukur keberhasilan pendidikan yang telah kita laksanakan, karena tentu yang lebih penting adalah kualitas lulusan dan keberterimaan lulusan di industri, Zaman semakin maju, saat ini manusia dituntut untuk bisa memiliki keahlian khusus dalam mencari lapangan pekerjaan. Untuk menghasilkan tenaga kerja yang berkualitas salah satunya adalah dengan pendidikan vokasi dual system, yang mana mahasiswanya ditekankan untuk mempunyai keahlian khusus di bidangnya sehingga nantinya mampu menjadi SDM industri yang berkualitas dan mampu bersaing secara global.

Seperti dilansir pada .ristekdikti.go.id, Indonesia memiliki 4.529 perguruan tinggi dan hanya 5,4 persen yang berbentuk perguruan tinggi vokasi / politeknik. Dengan banyaknya pendidikan vokasi di Indonesia, setiap tahun menghasilkan 3,3 juta lulusan sekolah vokasi dan perguruan tinggi hanya mampu menyerap sekitar 1,7 juta orang, sehingga ada 1,6 juta angka yang harus diserap menjadi tenaga kerja. Pemerintah bisa menjadikan negara Swiss, Jerman, Korea Selatan, Prancis dan Austria sebagai contoh negara yang sudah menerapkan Dual Vocational Education and Training (D-VET) secara maksimal dan ampuh mampu mengurangi pengangguran.

Industri TPT merupakan salah satu Industri padat karya berorientasi ekspor yang diprioritaskan pengembangannya agar semakin berkinerja positif dan berdaya saing global. Sebagaimana kita ketahui, Industri TPT memiliki kontribusi yang besar terhadap perekonomian, antara lain. Sebagai jaring pengaman sosial dengan penyerapan tenaga kerja 3,58 juta orang atau sekitar 21,2% dari total tenaga kerja industri manufaktur. Penghasil devisa negara dengan Nilai ekspor TPT sampai dengan triwulan II tahun 2018 sebesar US$ 6,48 miliar US Dollar. Berkontribusi  1,13% terhadap PDB Nasional.

BERITA TERKAIT

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…

BERITA LAINNYA DI Industri

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

Program Making Indonesia 4.0 Tingkatkan Daya Saing

NERACA Jerman – Indonesia kembali berpartisipasi dalam Hannover Messe 2024, acara pameran industri terkemuka yang merupakan salah satu satu pameran…

Le Minerale Favorit Konsumen Selama Ramadhan 2024

Air minum kemasan bermerek Le Minerale sukses menggeser AQUA sebagai air mineral favorit konsumen selama Ramadhan 2024. Hal tersebut tercermin…