Duka Indonesia bagi Lion Air JT 610

Duka Indonesia bagi Lion Air JT 610
Oleh: Ricky Putra Syahreza, Mahasiswa Ilmu Politik di Universitas Padjajaran
Berita duka dunia transportasi udara kembali mengejutkan kita semua, seolah tidak ada henti-hentinya musibah demi musibah melanda negeri ini. Belum lagi duka Lombok dan Palu hilang dari ingatan, kini kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang semakin menambah daftar panjang musibah yang tak berkesudahan di Tanah Air. Air mata Ibu Pertiwi kembali tumpah. Menangisi keperihan para korban, yang diperkirakan sekitar 189 orang.
Pesawat yang mengangkut 180 penumpang tersebut berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pada pukul 06:20 WIB namun beberapa saat setelah lepas landas Pilot meminta untuk kembali ke Bandara karena mengalami gangguan teknis. Akan tetapi saat pesawat berada di atas perairan Karawang, otoritas bandara kehilangan kontak dengan pesawat tersebut. Setelah adanya laporan dari kapal yang melintas dan melakukan penyelidikan, Basarnas RI menyatakan pesawat tersebut jatuh.
Pemerintah merespon musibah tersebut dengan sangat cepat, Presiden RI Joko Widodo langsung memerintah kepada Basarnas, TNI dan Polri untuk segera melakukan pencarian dan pertolongan kepada korban secepatnya.
“Saya mendapat laporan dari Menteri Perhubungan terkait dengan musibah pesawat Lion Air dari Jakarta-Pangkal Pinang. Pagi tadi, langsung saya perintahkan kepada kepala Basarnas yang dibantu oleh TNI dan Polri untuk segera melakukan operasi pencarian dan pertolongan secepat-cepatnya kepada korban.  Saya merasakan kerisauan yang mendalam dari seluruh keluarga korban. Namun kita berharap para keluarga korban bisa tenang, menunggu tim SAR yang saat ini bekerja keras di lokasi kejadian."
Direktur Operasi Basarnas, Bambang Suryo, mengagakan bahwa Basarnas akan terus bekerja selama 24 jam hingga seluruh korban dapat ditemukan. Sebanyak 14 kapal dikerahkan dalam melakukan operasi pencarian di permukaan laut maupun di dasar laut menggunakan alat khusus pendeteksi bawah laut. Barang dan jenazah yang dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang, dikirim ke daratan Jakarta lewat Pelabuhan JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, menduga pesawat Lion Air JT 610 hancur saat jatuh membentur permukaan air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Namun demikian penyebab kecelakaan udara terburuk di Indonesia pada tahun 2018 ini belum jelas karena membutuhkan waktu lama serta penyelidikan dari para ahli untuk mengetahui dengan pasti jatuhnya sebuah pesawat. 
Namun ditengah-tengah kondisi sulit dan suasana duka yang mendalam, hendaknya masyarakat Indonesia jangan mengeluarkan pernyataan spekulasi, analisis, dugaan, penyebab & lain sebagainya mengenai musibah di atas.Karena hal itu hanya akan memperkeruh suasana saat ini.  Mestinya kita memberikan dukungan bagi keluarga korban yang saat ini sedang menunggu kepastian sambil berharap keajaiban.
Masyarakat juga selayaknya tidak sekali-kali menggunggah foto-foto korban di media sosial yang menurut saya sangat tidak etis. Marilah kita menjaga etika bersosial media yang baik dan bermartabat. Bagaimanapun menampakkan tubuh korban yang berlumuran darah, atau terluka bukanlah cara yang tepat untuk meraih simpati. 
Yang diperlukan saat ini adalah dukungan moril kepada pihak - pihak yang terlibat secara langsung ataupun tak langsung dalam musibah ini. Biarkan lembaga khusus bekerja tanpa harus di recoki dengan hal yang tidak perlu. Cukup kita memastikan identitas para korban dari pihak yang berwenang untuk merilis data itu. Begitulah hendaknya kita memberikan support bagi para korban dan keluarga mereka.
Marilah kita menjaga suasana batin bangsa Indonesia yang sedang berduka. Ini adalah duka kita semua. Semoga keluarga korban tabah dan sabar menghadapi musibah ini. Dan kotak hitam pesawat bisa segera ditemukan, sehingga bisa diketahui penyebabnya apakah dari sisi teknis, human error atau sisi lainnya. Dan kiranya musibah ini dapat dijadikan pembelajaran yang sangat berharga dalam mencegah kejadian yang sama terulang kembali di masa sekarang atau pun yang akan datang.

 

Oleh: Ricky Putra Syahreza, Mahasiswa Ilmu Politik di Universitas Padjajaran

 

Berita duka dunia transportasi udara kembali mengejutkan kita semua, seolah tidak ada henti-hentinya musibah demi musibah melanda negeri ini. Belum lagi duka Lombok dan Palu hilang dari ingatan, kini kecelakaan pesawat Lion Air JT 610 rute Jakarta-Pangkal Pinang semakin menambah daftar panjang musibah yang tak berkesudahan di Tanah Air. Air mata Ibu Pertiwi kembali tumpah. Menangisi keperihan para korban, yang diperkirakan sekitar 189 orang.

Pesawat yang mengangkut 180 penumpang tersebut berangkat dari Bandara Internasional Soekarno Hatta pada pukul 06:20 WIB namun beberapa saat setelah lepas landas Pilot meminta untuk kembali ke Bandara karena mengalami gangguan teknis. Akan tetapi saat pesawat berada di atas perairan Karawang, otoritas bandara kehilangan kontak dengan pesawat tersebut. Setelah adanya laporan dari kapal yang melintas dan melakukan penyelidikan, Basarnas RI menyatakan pesawat tersebut jatuh.

Pemerintah merespon musibah tersebut dengan sangat cepat, Presiden RI Joko Widodo langsung memerintah kepada Basarnas, TNI dan Polri untuk segera melakukan pencarian dan pertolongan kepada korban secepatnya.

“Saya mendapat laporan dari Menteri Perhubungan terkait dengan musibah pesawat Lion Air dari Jakarta-Pangkal Pinang. Pagi tadi, langsung saya perintahkan kepada kepala Basarnas yang dibantu oleh TNI dan Polri untuk segera melakukan operasi pencarian dan pertolongan secepat-cepatnya kepada korban.  Saya merasakan kerisauan yang mendalam dari seluruh keluarga korban. Namun kita berharap para keluarga korban bisa tenang, menunggu tim SAR yang saat ini bekerja keras di lokasi kejadian."

Direktur Operasi Basarnas, Bambang Suryo, mengagakan bahwa Basarnas akan terus bekerja selama 24 jam hingga seluruh korban dapat ditemukan. Sebanyak 14 kapal dikerahkan dalam melakukan operasi pencarian di permukaan laut maupun di dasar laut menggunakan alat khusus pendeteksi bawah laut. Barang dan jenazah yang dievakuasi dari lokasi jatuhnya pesawat di perairan Tanjung Karawang, dikirim ke daratan Jakarta lewat Pelabuhan JICT 2 Tanjung Priok, Jakarta Utara.

Ketua KNKT, Soerjanto Tjahjono, menduga pesawat Lion Air JT 610 hancur saat jatuh membentur permukaan air di perairan Tanjung Karawang, Jawa Barat. Namun demikian penyebab kecelakaan udara terburuk di Indonesia pada tahun 2018 ini belum jelas karena membutuhkan waktu lama serta penyelidikan dari para ahli untuk mengetahui dengan pasti jatuhnya sebuah pesawat.

Namun ditengah-tengah kondisi sulit dan suasana duka yang mendalam, hendaknya masyarakat Indonesia jangan mengeluarkan pernyataan spekulasi, analisis, dugaan, penyebab & lain sebagainya mengenai musibah di atas.Karena hal itu hanya akan memperkeruh suasana saat ini.  Mestinya kita memberikan dukungan bagi keluarga korban yang saat ini sedang menunggu kepastian sambil berharap keajaiban.

Masyarakat juga selayaknya tidak sekali-kali menggunggah foto-foto korban di media sosial yang menurut saya sangat tidak etis. Marilah kita menjaga etika bersosial media yang baik dan bermartabat. Bagaimanapun menampakkan tubuh korban yang berlumuran darah, atau terluka bukanlah cara yang tepat untuk meraih simpati.

Yang diperlukan saat ini adalah dukungan moril kepada pihak - pihak yang terlibat secara langsung ataupun tak langsung dalam musibah ini. Biarkan lembaga khusus bekerja tanpa harus di recoki dengan hal yang tidak perlu. Cukup kita memastikan identitas para korban dari pihak yang berwenang untuk merilis data itu. Begitulah hendaknya kita memberikan support bagi para korban dan keluarga mereka.

Marilah kita menjaga suasana batin bangsa Indonesia yang sedang berduka. Ini adalah duka kita semua. Semoga keluarga korban tabah dan sabar menghadapi musibah ini. Dan kotak hitam pesawat bisa segera ditemukan, sehingga bisa diketahui penyebabnya apakah dari sisi teknis, human error atau sisi lainnya. Dan kiranya musibah ini dapat dijadikan pembelajaran yang sangat berharga dalam mencegah kejadian yang sama terulang kembali di masa sekarang atau pun yang akan datang.

BERITA TERKAIT

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pertahankan Sinergitas dan Situasi Kondusif Jelang Putusan Sidang MK

  Oleh: Kalista Luthfi Hawa, Mahasiswa Fakultas Hukum PTS   Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) tengah menarik perhatian publik menjelang putusan…

Pemerintah Bangun IKN dengan Berdayakan Masyarakat Lokal

  Oleh: Saidi Muhammad, Pengamat Sosial dan Budaya   Pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur bukan hanya tentang…

Ekonomi Mudik 2024: Perputaran Dana Besar Namun Minim Layanan Publik

    Oleh: Achmad Nur Hidayat MPP, Ekonom UPN Veteran Jakarta   Pergerakan ekonomi dalam Mudik 2024 melibatkan dana besar…