OJK Yakin Pertumbuhan Kredit 2018, Tidak di 2019

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) meyakini pertumbuhan kredit perbankan kian agresif pada kuartal-IV 2018 sehingga di akhir tahun akan mencapai 13 persen atau melebihi target sebesar 12 persen (tahun ke tahun/yoy). Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso mengungkapkan keyakinan tersebut karena hingga September 2018, pertumbuhan kredit sudah mencapai 12,6 persen (yoy).

"Pertumbuhan kredit sekarang 12,6 persen. Akhir tahun kita harapkan bisa lebih dari itu, bisa 13 persen," ujar Wimboh, seperti dikutip kemarin. Namun di tahun depan 2019, pertumbuhan kredit diperkirakan Wimboh akan sedikit terkoreksi menjadi 12 persen karena dampak dari eskalasi perang dagang global yang akan menganggu kinerja korporasi.

"Kita lebih memperkirakan 12 persen (di 2019) dengan kondisi ekonomi yang kita belum tahu, dan ada dampak dari perang dagang," ujar dia. Meski demikian, indikator perbankan tidak semuanya bertumbuh. Di depan Komisi XI DPR, Wimboh mengakui kondisi penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) atau sumber likuiditas hingga September 2018 ini melambat.

Wimboh menambahkan meski penghimpunan DPK melambat, likuiditas perbankan belum terganggu. Menurutnya, terdapat kelebihan likuiditas sekitar Rp550 triliun dari industri perbankan yang bisa menopang penyaluran kredit. "Likuiditas bank sedikit turun namun dalam kondisi memadai," ujarnya. Sementara rasio kecukupan modal perbankan (capital adequacy ratio/CAR) cukup terjaga di 23,8 persen. Pada 2017, pertumbuhan kredit perbankan hanya 11,5 persen.

Sebelumnya, Kepala Ekonom PT Bank CIMB Niaga Tbk Adrian Panggabean mengatakan, kondisi ekonomi global dan domestik menyebabkan pertumbuhan ekonomi 2019 hanya di bawah 5 persen. "Dari sisi moneter, Bank Indonesia (BI) masih akan menaikkan suku bunga acuan BI 7 days reverse repo rate (7DRRR) menjadi 6,5 persen pada tahun 2019, dari posisi saat ini sebesar 4,75 persen," kata Adrian.

Kenaikan BI 7DRRR tersebut sejalan dengan Federal Open Market Committee Meeting (FOMC Meeting) yang diperkirakan masih akan menaikkan suku bunganya tiga kali pada 2019. Jika BI 7DRRR naik sampai 6,5 persen tahun depan, kata dia, deposit rate dan lending rate juga akan naik walau tidak langsung. "Lending rate akan berkisar 12 persen. Pada saat lending rate 12 persen, apakah loan growth akan naik? Kira-kira growth tahun depan itu more less 8,2 persen," katanya.

Dia menyebut, untuk suku bunga deposito pada bank besar atau buku IV diperkirakan naik sekitar 75 basis poin. Sehingga, suku bunga deposito pada tahun depan diperkirakan berkisar 8,5 persen sampai 8,75 persen. "Buku IV seperti saya (CIMB Niaga) boleh menetapkan suku bunga deposito naik 75 basis poin (bps), kemudian BUKU III bisa naikkan 1 persen, jadi deposit rate itu 8,5 persen maksimum 8,75 persen tahun 2019," lanjut Adrian.

PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk memperkirakan pertumbuhan kredit masih bertahan 13-15 persen (tahun ke tahun/yoy) pada 2019, meskipun pengetatan likuiditas di pasar global diperkirakan masih membayangi. “Rujukan kami tahun ini akan tumbuh di 13-15 persen. Tahun depan, kami proyeksikan masih di sekitar 13-15 persen," kata Direktur Keuangan BNI Anggoro Eko Cahyo, beberapa waktu lalu.

Proyeksi BNI di 2019 terbilang optimistis. Di saat yang sama, bank besar lain merasa perlu menurunkan proyeksi pertumbuhan kreditnya pada tahun depan karena faktor ketidakpastian ekonomi global terutama dampak dari perang dagang AS dan China serta kenaikan suku bunga The Federal Reserve, Bank Sentral AS.Sementara itu PT Bank Mandiri Persero Tbk, bank dengan aset terbesar di Indonesia, memproyeksikan pertumbuhan kredit pada 2019 akan melambat menjadi 11,5 persen dari 11-13 persen di 2018. 

BNI, bank yang mengandalkan pembiayaan di korporasi dan kredit kepegawaian (payroll), merasa yakin pada akhir 2018 dapat mengejar pertumbuhan kredit di 13-15 persen (yoy), mengingat hingga kuartal III 2018, kredit perseroan sudah tumbuh 15,6 persen (yoy).

 

BERITA TERKAIT

Jasa Raharja Berikan Santunan ke Korban Kecelakaan Tol Cikampek KM 58

  NERACA Jakarta – PT Jasa Raharja memberikan uang santunan kepada 12 orang korban kecelakaan Tol Jakarta-Cikampek KM 58 masing-masing…

Spekulasi Pasar Terhadap The Fed Sebabkan Pelemahan Rupiah

  NERACA Jakarta – Ekonom sekaligus Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar AS disebabkan…

Zurich Syariah Optimis Kinerja Asuransi Kendaraan akan Positif Selama Mudik

Zurich Syariah Optimis Kinerja Asuransi Kendaraan akan Positif Selama Mudik NERACA Jakarta - Presiden Direktur PT Zurich General Takaful Indonesia…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Jasa Raharja Berikan Santunan ke Korban Kecelakaan Tol Cikampek KM 58

  NERACA Jakarta – PT Jasa Raharja memberikan uang santunan kepada 12 orang korban kecelakaan Tol Jakarta-Cikampek KM 58 masing-masing…

Spekulasi Pasar Terhadap The Fed Sebabkan Pelemahan Rupiah

  NERACA Jakarta – Ekonom sekaligus Menteri Keuangan (Menkeu) periode 2014-2016 Bambang Brodjonegoro menilai, pelemahan rupiah terhadap dolar AS disebabkan…

Zurich Syariah Optimis Kinerja Asuransi Kendaraan akan Positif Selama Mudik

Zurich Syariah Optimis Kinerja Asuransi Kendaraan akan Positif Selama Mudik NERACA Jakarta - Presiden Direktur PT Zurich General Takaful Indonesia…