Daripada Pendapatan Bunga, Perbankan Diminta Kejar Fee Based Income

 

NERACA

 

Jakarta - Ekonom senior Bursa Efek Indonesia (BEI) Poltak Hotradero menilai strategi perbankan harus bergeser dari pendapatan bunga menjadi pendapatan jasa (fee based income) dalam menghadapi era suku bunga tinggi saat ini. "Strategi perbankan perlu ke arah sana, karena itu 'income' yang 'robust' terhadap perubahan suku bunga dan lain-lain. Jadi lebih stabil," ujar Poltak di Jakarta, Jumat (26/10).

Poltak menuturkan, marjin bunga bersih(NIM) perbankan di Indonesia memang relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu di sekitar lima persen. Namun, lanjut Poltak, ke depan marjin tersebut kecenderungannya akan terus menurun. "NIM itu kan makin lama akan makin tipis. Sementara pemberlakuan Basel III atau syaratnya 'kan' lebih tinggi. Itu berarti manajemen risiko menjadi lebih ketat, kualitas jaminannya juga harus naik. Ini kan pasti berat bagi perbankan," kata Poltak.

Ia mencontohkan NIM perbankan negara-negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia yang hanya di kisaran 1-3 persen, namun tetap dapat tumbuh dan berkembang dengan baik kendati ada gejola ekonomi global. "Mereka masih bisa berkembang sementara tingkat suku bunganya rendah, 'cost of fund' rendah. Kok mereka bisa? Ya karena pendapatannya berasal dari 'fee based income.' Jadi ke depan, sebenarnya penting bagi bank itu perkuat pendapatan jasa," ujar Poltak.

Menurut dia, ke depannya, bank-bank di Indonesia bisa menjadi "universal bank" dimana bank juga bisa masuk ke asuransi, pasar modal, ataupun lembaga keuangan lainnya, Sehingga akan semakin banyak produk yang bisa ditawarkan kepada masyarakat. "Bank bisa jual produk asuransi melalui bancassurance atau jadi agen penjual atas instrumen reksadana," ujarnya.

Saat ini, tutur Poltak, aset industri reksadana mencapai lebih dari Rp500 triliun. Angka tersebut masih relatif kecil dibandingkan dengan tetangga, sehingga potensi tumbuhnya masih sangat besar. "Dibandingkan Thailand, per kapitanya sudah ekuivalen 1.000 dolar aset 'under management' dari industri reksadana mereka. Kita itu baru 150 dolar. Jadi industri ini masih bisa berkembang delapan kali lipat dari sekarang," ujarnya.

Ia menegaskan, bank-bank masih punya ruang yang besar untuk terus tumbuh dan berkembang. Poltak mencontohkan BCA yang berhasil mengoptimalkan pemasukan dari pendapatan jasa. Namun secara umum, ia menilai masih banyak bank yang belum siap karena keterbatasan sumber daya manusia. "Kembali lagi pada kapabilitas, kapasitas manusia tiap bank itu beda-beda. Beberapa bank mungkin punya kesulitan karena kapasitas mereka belum cukup tinggi," ujar Poltak.

Suku Bunga

Disamping itu, Poltak Hotradero menilai kebijakan moneter Bank Indonesia dalam merespon gejolak ekonomi global dengan menaikkan suku bunga acuan dalam beberapa bulan terakhir sudah cukup agresif. "Kalau dibandingkan dengan negara-negara lain 'peers'-nya Indonesia, Bank Indonesia (BI) itu sudah cukup agresif dan sudah punya 'spread' yang lebar banget," ujar Poltak.

Sejak April 2018, BI sudah meningkatkan suku bunga acuan atau BI 7 days reverse repo rate sebesar 150 basis poin dari 4,25 persen menjadi 5,75 persen. Namun, pada Rapat Dewan Gubernur Selasa (23/10) lalu, bank sentral akhirnya mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di angka 5,75 persen. "Ketimbang setiap waktu harus naikin, lebih baik 'pause' dulu lah, lihat keadaan," kata Poltak.

Selain itu, lanjut Poltak, Bank Sentral Amerika Serikat The Federal Reserve diyakini tidak akan terus menaikkan suku bunganya karena akan memengaruhi pertumbuhan ekonomi di AS sendiri. "Ekonomi AS saat ini sudah memasuki bulan ke 111 ekspansi ekonomi terpanjang dalam sejarah. Jadi mulai ada orang 'betting' nih, kayaknya ekonomi AS gak akan sekuat yang diperkirakan," ujarnya.

 

 

BERITA TERKAIT

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile

CIMB Niaga Permudah Donasi Lewat Octo Mobile  NERACA Jakarta - PT Bank CIMB Niaga Tbk (CIMB Niaga) menjalin kerja sama…

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta

Bank Muamalat Jadi Bank Penyalur Gaji untuk RS Haji Jakarta  NERACA Jakarta - PT Bank Muamalat Indonesia Tbk ditunjuk sebagai…

Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 - Tingkatkan Literasi Keuangan

Tingkatkan Literasi Keuangan Great Eastern Life dan SOS Children's Villages Luncurkan Program Great Collaboration 2024 NERACA Jakarta - Komitmen untuk…