Butuh Teknologi Perbaiki Kesuburan Lahan Masam

NERACA

Jakarta – Kalangan akademisi mengungkapkan kebijakan pemerintah untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam atau lahan baru memerlukan teknologi yang mampu meningkatkan kesuburan tanah sehingga mendongkrak produktivitas tanaman. Dosen Universitas Brawijaya Malang, Dr. Setyono Yudo Tyasmoro pada Forum Group Discussion (FGD) bertema "Pengelolaan Lahan Masam Secara Berkelanjutan" di Malang, disalin dari Antara, di Jakarta, mengatakan, untuk mengisi kebutuhan pangan, pemerintah gencar mencari lahan baru untuk dicetak menjadi sawah (ekstensifikasi), namun kebanyakan merupakan lahan masam.

Sementara itu permasalahan utama pembukaan lahan pertanian adalah tingkat kesuburan yang rendah sehingga menghambat pencapaian target peningkatan produksi pangan. Menurut dia, untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan masam atau lahan baru, teknologi yang sangat mungkin adalah pemberian material kesuburan lahan berupa dolomit. Kebutuhan dolomit pada lahan bukan baru yang ideal adalah 4 ton per hektare. "Peningkatan kesuburan tanah tentu akan berbanding lurus dengan peningkatan produksi dan kesejahteraan petani," kata Setyono.

Sementara itu Guru Besar Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, Prof Dr Ir Syekhfani MS, mengatakan peningkatan kesuburan tanah di lahan sulfat masam sangat mungkin dilakukan dengan memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Antara lain, pertama, untuk meningkatkan pH tanah dilakukan aplikasi unsur Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg). Kedua, meningkatkan ketersediaan unsur hara P dengan aplikasi reaktif pupuk posphat. Ketiga, meningkatkan aktivitas mikroorganisme tanah dengan aplikasi bahan organik, mikoriza, hayati, dan amelioran lainnya.

Kepala Balai Penelitian Tanah, Balitbang Pertanian, Husnain juga mengakui potensi pengembangan lahan untuk pertanian yang belum dimanfaatkan masih cukup besar.Misalnya, lahan rawa dari total luas 34,1 juta hektare potensi untuk pertanian sekitar 20 juta hektare.

Dari luasan itu yang baru dimanfaatkan sekitar 3,68 juta hektare (18 persen), sehingga masih terdapat 16,32 Juta ha (82 persen) yang belum dimanfaatkan. Menurut dia, untuk mengatasi kemasaman tanah perlu dilakukan aplikasi dolomit, sebab, pupuk dolomit tidak hanya mengandung kapur, tapi juga mengandung unsur Magnesium yang cukup tinggi. Selain itu juga perlu diaplikasikan pupuk raw posphat dan bahan organik. "Dari hasil penelitian aplikasi dari kombinasi pupuk dolomit, pupuk Phospat dan bahan organik dapat meningkatkan produksi tanaman di lahan masam kering," katanya.

Dosen Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya lainnya, Syahrul Kurniawan mencontohkan, kunci keberhasilan pengelolaan lahan alih fungsi hutan menjadi kebun karet dan kelapa sawit di tanah masam adalah keseimbangan nutrisi dimana input nutrisi. Dalam hal ini pupuk disesuaikan dengan "output" nutrisi.

BERITA TERKAIT

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…

BERITA LAINNYA DI Industri

NRE dan VKTR Sepakat Kembangkan e-MaaS di Indonesia

NERACA Jakarta – Pertamina New & Renewable Energy ("Pertamina NRE"), subholding PT Pertamina (Persero) yang fokus pada pengembangan energi bersih, dan…

Produksi PHE ONWJ Dioptimalkan

NERACA Cirebon – Tim dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melakukan peninjauan proyek Offshore PT Pertamina Hulu Energi…

Investasi dan Ekspor Industri Mamin Semakin Lezat

NERACA Jakarta – Industri makanan dan minuman (mamin) merupakan salah satu sektor strategis dan memiliki peran penting dalam menopang pertumbuhan…