Pembiayaan BTPN Syariah Tumbuh 21%

 

 

 

NERACA

 

Jakarta - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah (BTPN Syariah) mencatatkan pembiayaan pada kuartal III 2018 sebesar Rp6,96 triliun atau tumbuh 21 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya, sementara total asetnya meningkat 32 persen menjadi Rp11,30 triliun.

Pertumbuhan pembiayaan yang di atas rata-rata industri perbankan ini tetap diiringi kualitas pembiayaan yang sangat baik di mana tercatat rasio kredit bermasalah atau non performing financing (NPF) sebesar 1,56 persen, kata Direktur Utama BTPN Syariah Ratih Rachmawaty dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (19/10).

Untuk pendanaan, kata Ratih, BTPN Syariah menggalangnya dari golongan dan keluarga sejahtera, yang kemudian seluruhnya disalurkan kepada keluarga prasejahtera produktif. Dalam hal ini Financing to Deposit Ratio (FDR) berada di posisi yang optimal sebesar 96 persen.

Adapun rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR), menurut Ratih, sebesar 39,7 persen, serta laba bersih setelah pajak sebesar Rp698 miliar, atau tumbuh 49 persen dibandingkan periode yang sama pada 2017. Sementara dana pihak ketiga (DPK), katanya, satu-satunya bank di Indonesia yang memfokuskan diri melayani keluarga prasejahtera produktif ini, juga tumbuh sebesar 18 persen mencapai Rp7,25 triliun dibanding posisi September 2017 sebesar Rp6,17 triliun.

BTPN Syariah yang memiliki total jumlah nasabah lebih dari 3.3 juta di mana 100 persen nasabah pembiayaannya adalah perempuan prasejahtera produktif, juga melakukan pengukuran dampak sosial bagi nasabah pembiayaannya menggunakan Poverty Probability Index (PPI) dari Innovations for Poverty Action (IPA). "Senang rasanya melihat persentase anak nasabah kami yang bersekolah terus meningkat dan probabilitas kembali ke garis prasejahtera menurun," kata Ratih.

Dalam kesempatan sebelumnya, Wakil Direktur BTPN Syariah Mulia Salim menyebutkan bahwa BTPN Syariah memilih untuk tidak merevisi RBB. "Kami akan terus memanfaatkan momentum target yang sudah bagus ini. Kami tidak ada perubahan RBB (rencana bisnis bank) yang sudah disampaikan kepada Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan," ujarnya.

Anak usaha dari BTPN ini menargetkan nasabah perempuan prasejahtera. Sepanjang semester I-2018 bank dengan kode sandi saham BTPS ini sudah melayani 3,2 juta nasabah aktif. Mulia menyatakan bisnis BTPN Syariah cocok mengimplementasikan BTPN Wow. Sehingga pihaknya tengah mengembangkan digital banking ini. Mulia menyatakan tidak membutuhkan biaya dana yang besar, lantaran infrastruktur digital banking sudah dimiliki oleh PT Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN).

BERITA TERKAIT

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy NERACA Jakarta - Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian bumi menjadi komitmen bersama untuk mencapai…

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy

AIA Hadirkan Buku Polis Digital ePolicy NERACA Jakarta - Kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian bumi menjadi komitmen bersama untuk mencapai…

BSI : Komposisi Pembiayaan EV Capai Rp180 Miliar

    NERACA Jakarta – PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) mencatat komposisi pembiayaan kendaraan ramah lingkungan atau kendaraan listrik…

LPPI : Perempuan dalam Manajemen Berpengaruh Positif ke Kinerja Bank

  NERACA Jakarta – Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) menemukan bahwa peran perempuan dalam jajaran manajemen puncak berpengaruh positif…