Tekanan IHSG Bersifat Sementara - Pelaku Pasar Diminta Tidak Panik Jual

NERACA

Jakarta – Koreksi indeks harga saham gabungan (IHSG) sejak awal perdagangan hingga penutupan, membuat direktur utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi angkat bicara. Disampaikan Inarno, tekanan yang terjadi pada indeks BEI hanya bersifat sementara dan meminta kepada pelaku pasar tidak panik.

Menurutnya, penurunan indeks ini disebabkan oleh tren negatif di pasar saham sejumlah negara, di antaranya adalah Dow Jones AS dan Hang Seng Hong Kong.  Alhasil, IHSG terkena dampak dari kondisi tersebut.”Ini gejala eksternal di luar dan ini sifatnya hanya sementara. Jadi ini dampak dari luar saja,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Dia menambahkan, saat ini para pemangku kebijakan dan pemerhati pasar masih memandang pasar saham domestik cukup prospektif. Bahkan International Monetary Fund (IMF) masih cukup yakin dengan pereknomian Indonesia."Intinya fundamental kita masih cukup baik, dan IMF juga yakin dengan perekonomian kita," tegasnya.

IHSG BEI ditutup melemah sebesar 117,84 poin atau 2,02% menjadi 5.702,82, sedangkan kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 21,32 poin atau 2,33% menjadi 893,64. Kata analis senior CSA Research Institute, Reza Priyambada, pelemahan bursa saham eksternal memberikan psikologi negatif bagi investor di dalam negeri sehingga cenderung mengambil posisi jual saham.”Pelemahan bursa saham AS berimbas ke Asia, termasuk IHSG,”ujarnya.

Selain itu, lanjut dia, pelemahan IHSG juga dipengaruhi faktor teknikal, dimana sebagian investor memanfaatkan momentum untuk aksi ambil untung. Penurunan IHSG diharapkan hanya bersifat sementara dimana investor hanya untuk melakukan aksi ambil untung. Kepala Riset Valbury Sekuritas, Alfiansyah mengatakan, kenaikan IHSG secara beruntun dalam tiga hari terakhir, serta kekhawatiran peningkatan inflasi menyusul kenaikan bahan bakar minyak (BBM) non subsidi turut membebani pergerakan IHSG.”Diharapkan inflasi tetap terjaga sesuai dengan target pemerintah dalam APBN 2018 sebesar 3,5%," jelasnya.

Sementara itu, frekuensi perdagangan saham pada Kamis (11/10) tercatat sebanyak 374.984 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 11,24 miliar lembar saham senilai Rp7,43 triliun. Sebanyak 78 saham naik, 337 saham menurun, dan 94 saham tidak bergerak nilainya. Bursa regional, di antaranya indeks nikkei ditutup melemah 915,18 poin (3,89%) ke 22.590,85, indeks Hang Seng melemah 926,70 poin (3,54%) ke 25.266,36, dan indeks Strait Times melemah 84,09 poin (2,69%) ke posisi 3.047,39.

Tekanan terhadap IHSG juga terjadi sejak pembukaan perdagangan. Dimana IHSG dibuka melemah 86,67 poin atau 1,49% menjadi 5.733,99. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 bergerak turun 21,59 poin atau 2,37% menjadi 893,38. Kata Alfiansyah, konflik perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok yang kembali memanas menekan bursa saham global.”Trump menyatakan siap meningkatkan tarif impor lebih lanjut terhadap produk Tiongkok," jelasnya.

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…