Minim Ruang Proteksionisme

 

Oleh: Nisfi Mubarokah

Peneliti Internship INDEF

Tidak banyak ruang tersisa bagi proteksionisme di era globalisme ini. Di dunia yang berubah begitu cepat,  memberi batasan akan inovasi merupakan keputusan yang sangat beresiko. Salah satu pendukung globalisasi, Thomas Friedman, mengatakan bahwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan globalisasi, beberapa aturan harus diterapkan seperti penghapusan atau penyederhanaan tarif barang-barang impor dan menghapus halangan-halangan investasi asing.

Menariknya, Amerika Serikat (AS), salah satu negara yang awalnya keras menyuarakan globalisasi saat ini justru tengah berusaha memproteksi negaranya dengan jargon America First karena menyadari bahwa. America First berarti ada upaya untuk memprioritaskan kepentingan nasional dengan menyadari bahwa perdagangan yang sangat bebas tidak sepenuhnya baik untuk Amerika Serikat. Salah satu program turunannya yang terbaru adalah peningkatan tarif bagi beberapa barang tertentu dari Tiongkok yang kemudian dibalas juga oleh Tiongkok dengan meningkatkan tarif barang-barang dari Amerika Serikat. Padahal kebijakan dua negara ini berkebalikan dengan kondisi negara-negara di dunia yang semakin terkoneksi.

Dunia saat ini terkoneksi lebih dari pada sebelumnya. Survey yang dilakukan perusahaan pengiriman, DHL, tahun 2016 menunjukkan indeks keterhubungan global yang diukur melalui aliran perdagangan, modal, informasi, dan orang telah berhasil melampaui puncak keterhubungan sebelum krisis yaitu pada 2007. Keterhubungan global sempat bergerak lebih lambat pasca krisis 2015, tetapi data menunjukkan bahwa dunia delapan persen lebih terkoneksi pada 2015 dibandingkan 2005.

Fenomena terbaru yang menjadi bukti peningkatan keterhubungan konektivitas adalah Korea Utara sebagai satu-satunya negara yang diklaim paling terisolasi sudah mulai memperbaiki hubungannya dengan Korea Selatan. Iran yang bertahun-tahun hidup terkurung karena sanksi Amerika mulai terhubung dengan dunia luar melalui upaya pembangunan jalur pipa trans-Pakistan yang berpotensi dilanjutkan ke Tiongkok atau India. Ini merupakan sebuah optimisme, kenyataan bahwa tidak banyak ruang tersisa bagi proteksionisme walaupun pasti ada sisi kekhawatiran jika akan adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan Tiongkok dan negara-negara besar lainnya.

Dunia sangat khawatir perang dagang yang terjadi antara Amerika Serikat dan Tiongkok bisa berdampak pada negara-negara lain. Contoh awalnya adalah sentimen manufaktur di Singapura yang mulai menurun dan melambatnya ekspor di Jepang. Tidak menutup kemungkinan juga ada dampak negatif bagi Amerika Serikat yang memulai menabuh genderang perang dagang.

Ketakutan tersebut sangat masuk akal mengingat Amerika saat ini seolah-olah menjadi pusat perputaran dunia. Perlu diingat bahwa Amerika bukan aktor yang tidak bisa diganti karena pasar senantiasa menyesuaikan diri.

Proteksionisme yang terlampau jauh hanya akan membuat peran Amerika Serikat tertinggal. Negara lain akan menggantikan peran Amerika di Tiongkok dan sebaliknya hubungan Tiongkok dengan negara lain akan semakin kuat.Bukan tidak mungkin kekuatan yang saat ini hanya tertumpu pada Amerika akan lebih terdistribusi pada masa yang akan datang.semakin kecil dalam kolektivitas ekonomi global.

BERITA TERKAIT

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

BERITA LAINNYA DI

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…