Pertemuan IMF -WB Momentun Perkenalkan Produk UMKM Nasional Dikancah International

Pertemuan tahunan IMF – World Bank (WB)  yang berlangsung di Nusa Bali harus bisa menjadi momentum memperkenalkan produk  usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) nasional dikancah International.

Hal itu diungkapkan oleh Febri Wibawa Parsa, Ketua Koperasi Jasa MSP, penyelenggara ap meran tersebut menyatakan acara tersebut sebagai wadah untuk memamerkan ragam produk UMKM dari berbagai daerah di Indonesia

“lewat MSP Expo Amazing Bali yang berlangsung 10 Oktober sampai 14 Oktober 2018. Sebagai wadah memperkenalkan produm UMKM nasional.  Seperti dari Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta dan tidak ketinggalan Bali. Ada 350 UMKM dari ragam bidang bisnis seperti kerajinan, fesyen, kuliner dan pertanian yang terlibat di pameran tersebut. 

Ia berharap, peserta pertemuan IMF dan Bank Dunia yang lebih dari 15.000 tamu  tertarik bertandang ke sana. "UMKM yang hadir sudah kami kurasi dengan baik sehingga produk yang ditampilkan punya nilai jual yang tinggi," katanya.

Selama lima hari pameran, Febri menargetkan nilai transaksi yang bisa tercapai adalah sebesar Rp 3 miliar sampai Rp 5 miliar. 

Sedangkan, Ketua Dewan Pembina Koperasi Jasa Mitra Sarana Perjuangan (MSP), Emir Moeis mengatakan Koperasi Jasa MSP terpanggil untuk terlibat dalam penguatan ekonomi kerakyatan, salah satunya dengan menggelar MSP Expo secara rutin. “Kami juga aktif melibatkan para UMKM potensial di Tanah Air untuk mengikuti ajang pameran di luar negeri seperti di Rusia, Tiongkok, Jepang, Jerman, Belgia dan Timur Tengah. Kami memiliki misi membawa UMKM Indonesia naik kelas,” ujar Emir.

Saat ini, Koperasi Jasa MSP telah membina sekitar 5.000 UMKM dari seluruh Indonesia. Melalui wadah Asosiasi Kelompok Usaha Rakyat Indonesia (Akurindo).

Sebelumnya,  Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertemuan IMF-WB akan berdampak positif bagi Indonesia. Dampak tersebut meliputi, dampak langsung hingga tidak langsung.

Untuk dampak langsung adalah banyaknya pembangunan infrastruktur yang berdiri menjelang event IMF-World Bank 2018. Dirinya merinci ada beberapa proyek infrastruktur yang siap diresmikan jelang event Annual Meeting IMF-World Bank, dari mulai Underpass Ngurah Rai, Patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) hingga Pelabuhan Tanjung Benoa.

Selain itu, para pelaku UMKM juga akan terkena dampak dari adanya event tersebut. Bagiaman tidak, para delegasi yang datang ke Bali tentunya akan mencari oleh-oleh khas Indonesia dan itu bisa menjadi peluang bagi pelaku UMKM untuk meraup keuntungan dari event ekonomi terbesar di dunia tersebut. "Terakhir kita ingin dampak ini semaksimal mungkin. Ini kembali kepada panitia nasional. Bagaimana pengeluaran peserta lebih banyak lagi," jelasnya.

Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, mengungkapkan manfaat nyata Indonesia sebagai tuan rumah pertemuan internasional IMF- WB  2018 di Bali. Menurutnya, bukan soal ekonomi saja yang akan mendapatkan dampak positif dari perhelatan ini, citra Indonesia di mata 189 negara pun menjadi lebih baik dan bisa menjadi negara yang memberikan pengaruh pada suatu pemikiran di kancah global.

"Jadi ini memupuk suatu reputasi negara kita menjadi negara well governance yang dikelola dengan baik, well manage yang di-manage dengan baik, untuk negara yang memiliki prestasi kita juga punya pengalaman yang bisa dibagikan kepada negara lain," kata Sri Mulyani.

Sedangkan dari sisi ekonominya, Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini mengungkapkan tanah air bisa mendapatkan dana sekitar Rp 1,1 triliun atau lebih besar dari anggaran yang dikeluarkan.

Keuntungan itu didapat dari para tamu yang membawa keluarganya dan menghabiskan banyak uang di Bali, mulai dari pembayaran sewa hotel, hingga membeli produk UMKM di Bali.  "Jadi bicara tentang manfaat banyak sekali, yang sifatnya intangible (tak berwujud), nggak bisa diraba namun real yaitu reputasi, nama baik, image, posisi Indonesia," jelas dia.

"Ada juga manfaat yang sifatnya tangible, seperti kita belajar, kita bisa mendevelopment instrumen menghadapi bencana yang sering terjadi di Indonesia, di mana infrastruktur bisa kita presentasikan sehingga investor bisa lebih familiar kenal dan mereka tahu policy yang mendukung itu, sehingga menarik lebih banyak capital inflow di Indonesia, apalagi banyak kasus sekarang ini," tandasnya.

BERITA TERKAIT

Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital

  Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital NERACA Jawa Tengah - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian…

Pahami Etika Bermedia Digital dengan Bijak Tanggapi Komentar Negatif

  Pahami Etika Bermedia Digital dengan Bijak Tanggapi Komentar Negatif NERACA Malang - Dalam rangka kampanye Indonesia Makin Cakap Digital,…

Perkuat Tim, SiCepat Ekspres Siap Hadapi Lonjakan Paket Ramadan

  Perkuat Tim, SiCepat Ekspres Siap Hadapi Lonjakan Paket Ramadan  NERACA Jakarta - Memasuki bulan Ramadan tahun 2024, SiCepat Ekspres…

BERITA LAINNYA DI Keuangan

Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital

  Cara Melestarikan Budaya Lokal di Era Digital NERACA Jawa Tengah - Dalam rangka program Literasi Digital di Indonesia, Kementerian…

Pahami Etika Bermedia Digital dengan Bijak Tanggapi Komentar Negatif

  Pahami Etika Bermedia Digital dengan Bijak Tanggapi Komentar Negatif NERACA Malang - Dalam rangka kampanye Indonesia Makin Cakap Digital,…

Perkuat Tim, SiCepat Ekspres Siap Hadapi Lonjakan Paket Ramadan

  Perkuat Tim, SiCepat Ekspres Siap Hadapi Lonjakan Paket Ramadan  NERACA Jakarta - Memasuki bulan Ramadan tahun 2024, SiCepat Ekspres…