Wujudkan Kemandirian Ekonomi Lewat Tenun Alam

Jauh dari sang suami yang merantau ke negeri orang, tentunya memberikan tantangan tersendiri bagi seorang ibu bagaimana menafkahi sang anak dan juga memberikan kasih sayangnya. Meskipun sang suami selalu memberikan kiriman uang tiap bulannya, hal tersebut tentu tidak memberikan jaminan  kebutuhan hidup tercukupi. Apalagi, kerja sang suami di negeri orang hanyalah sebagai buruh migran di Malaysia. Kondisi inilah yang dirasakan Yuliatin, ibu satu anak ini yang harus menanggung peran sebagai sang ayah dan juga peran sebagai ibu. “Sedih kadang, melihat kondisi anak yang jauh dari ayah. Tapi mau bagaimana lagi, ini semua untuk kehidupan anak lebih baik lagi, “ceritanya.

Wanita kelahiran Pelambik, Lombok Tengah ini harus bekerja keras untuk keberlangsungan hidup keluarganya. Awalnya kerja apa saja dilakukan, namun berkat sedikit keahliannya menenun sejak di bangku sekolah menengap pertama (SMP), kegiatan ini menjadi andalannya tanpa harus lagi keluar rumah dan meninggalkan sang anak. “Selama di tinggal suami, saya menekuni tenun ini untuk mencari belanja sehari–hari sebelum dikirimkan uang oleh suami saya,”ungkapnya.

Ya, sejak zaman baheula hingga kini, tradisi menenun merupakan tradisi dari nenek moyong yang dipegang erat oleh masyarakat Lombok, khususnya suku Sasak. Menenun dalam bahasa Sasak disebut sesek. Sesek dilakukan dengan menjalin benang satu demi satu (sak sak). Benang yang sudah terjalin kemudian dipadatkan hingga berwujud layaknya kain dengan cara memukul-mukul alat tenun. Bagi suku Sasak, masyarakat asli yang tinggal di Lombok sejak ribuan tahun lalu, menenun adalah aktivitas wajib bagi perempuan. Keahlian menenun kain dianggap tanda seorang perempuan telah beranjak dewasa dan siap menikah.

Ironisnya, lantaran ketidakberdayaan Yuliatin dalam mengembangkan pemasaran hasil tenunnya, dirinya masih terlilit jebakan para pengempul. Alhasil, upah yang diperoleh tidaklah setimpal dengan lamanya pengerjaan menenun karena dari pihak pengepul juga tidak mau rugi apalagi kalau hasil tenun yang di hasilkan tidak sempurna atau ada cacatnya,”Upah yang saya peroleh pun sedikit sekali. Nyaris kondisi ini membuat saya putus asa,”tandasnya.

Syukur saja, di awal tahun 2017, dirinya ikut bergabung dengan kelompok tenun alam yang ada di desanya yang merupakan bagian dari binaan dari Maybank Fondation. Dari situ disampaikannya, dia banyak mendapatkan pengalaman baru tentang dunia tenun terutama dari tenun alam.”Saya yang hanya lulusan SMP, dulunya tidak pernah keluar dari desa saya, namun sejak bergabung dengan kelompok tenun alam ini, banyak sekali perubahan yang saya sudah alami, saya sudah sering mengikuti pelatihan baik di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten bahkan sampai tingkat provinsi, beberapa bulan yang lalu saya sempat mengikuti pameran tenun yang di adakan di Denpasar, hal yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya,”tuturnya.

Tenun alam merupakan kerajinan khas Indonesia untuk menciptakan kualitas hasil terbaik. Apalagi hal ini banyak dilakukan para kaum wanita pada umumnya. Berangkat upaya memperkenalkan warisan budaya tenun ke seluruh Indonesia dan dunia, serta menciptakan kemandirian ekonomi bagi kau wanita dari hasil menenun, mendorong Maybank Foundation lewat program Women Eco Weavers untuk memperkaya peran strategi kaum perempuan di berbagai komunitas mencapai independensi ekonomi untuk kehidupan lebih baik.

 

 

Pemberdayaan Ekonomi

 

 

Kata Presiden Direktur Maybank Indonesia, Taswin Zakaria, budaya menenun merupakan pekerjaan yang unik dan universal di ASEAN. Namun belum banyak mendapatkan perhatian besar. Apalagi, pekerjaan menenun juga sudah menjadi pekerjaan tulang punggung bagi keluarga. Maka dalam rangka meningkatkan kesejahteraan, Maybank memberikan bantuan berupa keahlian dan termasuk memasarkan produk hasil tenunan. “Maybank Women Eco Weaver menjadi media untuk membantu masyarakat untuk keluar dari kemiskinan dan pemberdayaan ekonomi.”ujarnya.

Dirinya menjelaskan, program “Maybank Women Eco Weaver” merupakan salah satu program utama Maybank yang dirancang untuk mendukung semangat kebersamaan ASEAN dalam melestarikan, melanjutkan dan mendukung teknik pembuatan tenun tradisional dengan fashion modern untuk menghubungkan dan mengidentifikasi nilai kolektif tenun, dengan cara yang ramah lingkungan.

Selain itu, lanjut Taswin, sejalan dengan misi humanising financial services, perseroan memiliki komitmen untuk selalu berada di tengah komunitas serta tumbuh dan berkembang bersama komunitas, termasuk komunitas perempuan pengrajin tenun. Dalam program ini, Maybank memberikan micro financing untuk modal awal serta menyelenggarakan pelatihan secara berkala kepada 400 pengrajin tenun perempuan di 4 (empat) area yaitu, Lombok Timur dan Lombok Tengah di Nusa Tenggara Barat beserta Sawahlunto dan Tanah Datar di Sumatera Barat dalam kurun waktu tiga tahun. Pelatihan diantaranya terdiri dari pengetahuan teknik tenun, proses pewarnaan alami, pemasaran, promosi dan literasi finansial. (bani)

BERITA TERKAIT

Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu

  Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu NERACA Jakarta - Di bulan suci Ramadhan PT Waskita…

50 Tahun Nestle MILO - Donasikan 500 Ribu Gelas MILO Bagi Anak Indonesia

Rayakan hari jadi ke-50 dan juga juga memperingati bulan Ramadan, Nestlé MILO bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan…

Boikot Produk Terafiliasi Israel - Pendapatan Merek Global Makin Tergerus

Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin…

BERITA LAINNYA DI CSR

Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu

  Waskita Gelar Doa Bersama dan Beri Santunan Anak Yatim Piatu NERACA Jakarta - Di bulan suci Ramadhan PT Waskita…

50 Tahun Nestle MILO - Donasikan 500 Ribu Gelas MILO Bagi Anak Indonesia

Rayakan hari jadi ke-50 dan juga juga memperingati bulan Ramadan, Nestlé MILO bekerja sama dengan Foodbank of Indonesia (FOI) mengadakan…

Boikot Produk Terafiliasi Israel - Pendapatan Merek Global Makin Tergerus

Gerakan boikot konsumen muslim sebagai protes atas pembersihan etnis yang dilakukan militer Israel di Gaza, Palestina, bukannya surut malah makin…