Statistik: Data dan Angka

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Hari Statistik Nasional yang diperingati setiap 26 September lalu bertema ‘Dengan Data Tingkatkan Prestasi Bangsa’ dan tema ini mengacu dua persepsian, pertama: terkait dengan optimalisasi pemanfaatan data bagi semua kepentingan dan yang kedua: terkait dengan komitmen untuk memacu prestasi, kinerja dan juga realisasi pembangunan. Hal ini menjadi penting karena kedua persepsian tersebut tidak saja mengacu kepentingan internal tapi juga eksternal. Oleh karena itu, ada salah kaprah yang meyakini bahwa Hari Statistik adalah hari BPS, padahal penetapan Hari Statistik Nasional adalah bersamaan dengan saat diundangkannya UU no.7 Tahun 1960 tentang statistik sehingga penetapan ini bukan hanya menjadi identifikasi dari BPS tapi sejatinya milik semua warga karena statistik itu sendiri adalah penting.

Salah kaprah kedua adalah persepsian bahwa statistik identik dengan data dan angka. Jika dicermati padahal statistik bukan sekedar data dan angka tetapi ada bermacam arti dan makna di balik data dan angka itu sendiri. Oleh karena itu, pengumpulan data jelas menjadi faktor penting sebelum menyusun formulasi statistik. Selain itu, membaca data dan angka juga penting untuk menyampaikan informasi dan juga generalisasi hasil dari statistik tersebut.

Artinya, salah mengumpulkan data maka akan salah menyusun data, begitu juga menarik kesimpulannya dan implikasi publikasinya, termasuk juga ancaman kesalahan dalam generalisasi hasilnya, baik untuk kepentingan publikasi atau lainnya. Hal ini harus dicermati agar publik tidak hanya melihat statistik sebagai kumpulan data dan angka semata, tapi lebih dari itu makna tentang statistik. Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa ilmu tentang statistik memang harus berkembang dinamis seiring juga dengan kebutuhan pendataan secara global.

Pembangunan dan statistik sejatinya memberikan peran yang signifikan bagi penentuan kebijakan dan regulasi untuk kepentingan masyarakat. Paling tidak, realitas bisa dilihat dari kasus statistik kemiskinan, pengangguran, dan pangan. Carut marut pendataan dari hulu ke hilir akan rentan memicu perdebatan dan imbasnya adalah pengambilan model keputusan yang salah sehingga salah pula memformulasikan model kebijakan yang bisa dilakukan oleh pemerintah. Oleh karena itu, statistik dan peran BPS menjadi sensitif di tahun politik. Betapa tidak, ketika BPS menyampaikan data terbaru tentang kemiskinan yang menurun maka berita ini bisa disinyalir oleh kubu oposisi sebagai rekayasa yang menyesatkan demi kepentingan pemerintah untuk menarik simpati publik, terutama ini demi mempertahankan kekuasaan di tahun politik yang menguntungkan petahana.

Bukan hanya data kemiskinan, ketika BPS menegaskan tentang keberhasilan program pembangunan melalui jejaring pembangunan infrastruktur sehingga geliat ekonomi yang ada di daerah perkotaan dan perdesaan berkembang sehingga mampu mereduksi jumlah pengangguran maka data inipun dianggap sebagai manipulasi untuk meraih kekuasaan di periode kedua. Bahkan, ketika kemarin ribut tentang impor beras juga dituding akibat  kesalahan fatal dalam pendataan panen raya, luas areal pertanian dan juga kesejahteraan petani.

Carut marut pendataan dan persepsian yang salah tentang statistik yang hanya diyakini terdiri dari data dan angka maka akan menimbulkan ancaman terhadap arti dan makna statistik. Terkait ini, tahun politik yang kemudian identik dengan survei sejatinya juga merupakan bagian dari pendataan dan juga warna dari statistik. Realitas ini bisa ditunjukan dengan publikasi hasil survei dan juga elektabilitas semua kandidat, baik yang bertarung di pileg atau pilpres pada 2019 mendatang.

Belajar bijak dari sejumlah kasus manipulatif statistik melalui data dan angka maka Hari Statistik Nasional yang diperingati tiap 26 September sangat tepat ketika memilih tema ‘Dengan Data Tingkatkan Prestasi Bangsa’ karena statistik adalah tahapan awal untuk menentukan langkah selanjutnya sehingga ketika langkah awalnya melalui statistik yang terdiri data dan angka salah maka pencapaian hasilnya juga akan salah dan akan fatal.

BERITA TERKAIT

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…

BERITA LAINNYA DI

Iklim dan Reformasi Kebijakan

Oleh: Suahasil Nazara Wakil Menteri Keuangan Sebagai upaya untuk memperkuat aksi iklim, Indonesia memainkan peran penting melalui kepemimpinan pada Koalisi…

Cawe-cawe APBN dalam Lebaran 1445 H

  Oleh: Marwanto Harjowiryono Widyaiswara Ahli Utama, Pemerhati Kebijakan Fiskal   Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi melaporkan kepada Presiden Joko…

Investasi Emas Pasca Lebaran

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Usai lebaran Idul Fitri 1445 H masyarakat Indonesia mulai menjalankan aktifitas kembali seperti biasanya…