Siapkan Dana Rp 1,25 Triliun - Matahari Kantungi Izin Buyback Saham

NERACA

Jakarta – Berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), para pemegang saham PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) menyetujui melakukan pembelian kembali (buyback) saham sebanyak-banyaknya 7% atau 204,25 juta unit saham dari modal disetor dan ditempatkan milik perseroan.”Pembelian kembali saham perseroan ini merupakan salah satu bentuk usaha perusahaan untuk meningkatkan nilai pemegang saham dan kinerja saham LPFF," kata Richard Gibson, Wakil Presiden Direktur PT Matahari Departemen Store Tbk di Jakarta, kemarin.

Disebutkan, perseroan menyiapkan dana maksimal senilai Rp 1,25 triliun dengan harga maksimal buyback saham dibatasi sebesar Rp 13.330/saham. Hal ini akan memberikan fleksibilitas kepada perseroan dalam mengelola modal untuk mencapai struktur permodalan yang lebih efisien. Sementara itu, Corporate Secretary Matahari, Miranti Hadisusilo menyatakan dana buyback saham tersebut berasal dari kas internal perseroan. Dengan target pembelian kembali saham dilakukan paling lambat 18 bulan kedepan yakni 7 April 2020 mendatang.”Sampai Juni ini kas intrnal kami Rp 2 triliun-an, jadi kami juga melihat bahwa harga saham kita sudah under value. Investor juga banyak yang nanya kenapa tidak buyback saham," ujar Miranti.

Sebagai tambahan informasi, hingga sesi II perdagangan kemarin harga saham LPFF tercatat meningkat 3,47% dengan volume perdagangan sebanyak 1,55 juta unit saham senilai Rp 10,35 miliar. Selain itu, perseroan juga menyampaikan rencana membuka satu gerai baru di akhir tahun ini. Sebelumnya Matahari Department Store tercatat telah membuka dua gerai. 

Kata Miranti Hadisusilo, rencananya perusahaan akan membuka satu gerai lagi yang berlokasi di Gresik, Jawa Timur. Dimana untuk membuka satu gerai kira-kira modal yang harus dikeluarkan Rp 25 miliar sampai Rp 30 miliar. Saat ini total gerai yang dimiliki perusahaan sebanyak 155 gerai yang tersebar di 74 kota di Indonesia. Dua gerai terbarunya resmi dibuka pada semester I-2018 lalu di Mamuju Sulawesi Barat dan Cilegon Banten.

Tahun ini, Matahari Department Store mengalokasikan anggaran belanja modal atau capital expenditure (capex) sebesar Rp 400 miliar hingga Rp 500 miliar. Jumlah tersebut lebih besar dibandingkan realisasi capex tahun lalu, Rp 323 miliar. Di paruh pertama 2018, LPPF mengumumkan mencatatkan laba bersih (net income) sebesar Rp 1,35 triliun, meningkat 0,5% dari semester I-2017. Sementara itu, perseroan meraih penjualan kotor (gross sales) sebesar Rp 10,37 triliun, naik 3,5% dibandingkan semester I-2017 sebesar Rp 10,02 triliun.

Sejalan dengan itu, perseroan membukukan pendapatan bersih (net revenue) Rp 5,92 triliun atau naik 3,1% dibandingkan semester I-2017. Perseroan mengklaim pencapaian semester I-2018 menunjukkan pentingnya mengutamakan kepuasan pelanggan sebagai bagian dari strategi perseroan.

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…