Batik dan Kompetisi Era Global

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi., Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Setiap tanggal 2 Oktober ditetapkan sebagai Hari Batik Nasional sesuai Keppres no. 33 Tahun 2009 sebagai implementasi dari penetapan Unesco dalam Fourth Session of The Intergovermental Committee di Abu Dhabi 2 Oktober 2009 lalu. Hal ini secara tidak langsung menjadi peluang bagi Indonesia pada umumnya dan produsen – sentra industri batik nasional untuk berkembang, utamanya memasuki pasar global industri konveksi. Di sisi lain, ancaman batik made in Cina penting untuk diwaspadai, terutama mengacu fakta penetrasi batik made in Cina di Indonesia di pasar domestik. Harus diakui bahwa industri made in Cina sangat kompetitif, termasuk industri tekstil dan produk tekstil yang dihasilkan sehingga ini menjadi ancaman bagi batik nasional karena ini menjadi product form competiton secara frontal.

Fakta kompetisi tersebut memang harus disadari karena daya saing adalah potensi riil agar menang. Di sisi lain, perhatian pemerintahan Jokowi terhadap Cina saat ini juga semakin besar sehingga hal ini jelas menjadi tantangan yang sangat berat ketika made in Cina dari industri tekstil dan produk tekstil akan semakin membanjiri pasar domestik. Artinya, industri batik nasional pasti akan berkompetisi. Lalu, apa yang bisa dipetik dari kasus batik made in Cina? Bagaimana implementasi Hari Batik Nasional mampu untuk mengangkat kesejahteraan di sentra industri batik, termasuk relevansinya untuk mampu menumbuhkembangkan industri kreatif berbasis batik lokal?

Realita Kompetisi

Yang menjadi persoalan sebenarnya terfokus pada bagaimana memahami kondisi dalam pasar global. Artinya, memang diakui bahwa produk-produk buatan Cina memiliki nilai keunggulan kompetitif dalam bentuk harga yang relatif lebih murah dengan sisi kualitas yang relatif baik. Akibatnya, produk-produk buatan Cina sukses membanjiri pasar dunia termasuk Indonesia. Padahal, penetrasi dari produk-produk buatan Cinta itu mayoritas adalah home industry dan sama kasusnya seperti yang banyak dilakukan di Indonesia. Konsekuensi dari membanjirnya produk Cina di pasaran dunia, maka banyak pengusaha kecil - menengah, terutama skala home industry yang kalah bersaing dan bangkrut. Oleh karena itu pemerintah, baik pusat dan utamanya di daerah sentra industri batik sangatlah perlu melakukan berbagai persoalan yang ada agar ke depan batik tidak kalah bersaing dengan batik made in Cina pada khususnya.

Kompetisi batik di pasar global memang tidak bisa lagi dihindari sehingga penetapan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional semestinya bisa memacu rasa cinta kepemilikan terhadap motif-motif batik lokal pada khususnya dan batik nasional pada umumnya agar nasib para pengrajin batik, utamanya batik tulis dapat terjaga, syukur bisa sejahtera lagi. Di sisi lain, penumbuhkembangkan industri kreatif berbasis batik di berbagai daerahpun juga bisa digencarkan karena industri batik bersifat padat karya sehingga hal ini mampu mereduksi kemiskinan, selain meningkatkan pendapatan masyarakat di sentra batik. Jadi ini menjadi PR dan tantangan bagi kepala daerah yang kemarin menang di pilkada.

Fakta lain yang harus juga menjadi perhatian adalah keberlangsungan industri batik di daerah. Tidak bisa disangkal bahwa sejumlah daerah memiliki corak batik yang khas dan tentu ini menjadi daya saing tersendiri untuk berkompetisi. Ironisnya, perlindungan terhadap corak batik tersebut masih sangat lemah sehingga pembajakan motif batik saat ini hampir jamak terjadi. Oleh karena itu, perlu membangun kesadaran kolektif agar hak cipta batik bisa diimplementasikan secara konkret sehingga motif dan corak batik yang ada di berbagai sentra industri batik mampu terjamin nilai jualnya. Hal ini menjadi kian penting karena mata rantai dari industri batik sangat kompleks dan Solo menjadi salah satu bukti sentra industri batik yang mampu menggerakan sektor riil.

Industri Terpuruk

Persoalan yang juga perlu dicermati terkait peringatan Hari Batik Nasional kali ini yaitu mahalnya bahan baku sehingga berpengaruh terhadap biaya operasional. Kondisi makro ekonomi setahun terakhir kian tidak kondusif dan nilai tukar rupiah juga berpengaruh terhadap geliat industri batik di daerah. Bahkan, isu perumahan sejumlah pekerja pasca lebaran semakin mengerdilkan nyali bertahan hidup di tengah himpitan biaya produksi, tidak hanya di sentra industri batik, tapi juga terjadi di beberapa industri nasional. Oleh karena itu, kondisi ini perlu dikaji, apalagi daya beli kini juga semakin rendah sehingga berpengaruh terhadap kelangsungan industri nasional. Bahkan, paket kebijakan ekonomi yang dikeluarkan Presiden Jokowi belum efektif memacu geliat ekonomi, sementara di sisi lain akumulasi hutang luar negeri semakin bertambah. Belum lagi iklim sospol yang kian memanas menuju pilpres 2019 sehingga perhatian pemerintah terpecah.

Dibalik penetapan 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional, pastinya penetrasi batik made in Cina di pasar Indonesia bukan tidak mungkin akan terus meningkat setiap tahunnya sehingga industri batik nasional harus melakukan strategi persaingan yang lebih jitu agar mampu bersaing, tidak hanya dengan batik made in Cina, tetapi juga batik printing dari negara-negara lain.

Oleh karena itu, membanjirnya batik made in Cina di Indonesia bisa dianggap sebagai ancaman yang bisa mematikan industri kerakyatan, terutama di sektor perbatikan pada khususnya dan industri garmen pada umumnya. Intinya, memang harus belajar dari Cina mengapa semua produknya bisa murah, sekalipun itu adalah bentuk industri rumah tangga atau home industry, termasuk untuk industri batik. Sebab itu, sejumlah daerah yang dikenal sebagai sentra industri batik harus bangkit memacu daya saing agar bisa tetap bertahan di tengah kondisi makro ekonomi yang meredup.

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…