RI-Afghanistan Dorong Industri Tingkatkan Kerja Sama B2B

NERACA

Jakarta – Indonesia dan Afghanistan mendorong peningkatan kerja sama business to business (B2B) antara pelaku industri kedua negara. Kemitraan ini diyakini mampu memacu pertumbuhan ekonomi yang sama-sama menguntungkan sehingga membawa dampak kepada kesejahteraan masyarakat.

“Yang paling penting kami dorong B2B untuk saling melihat potensinya. Namun, mereka melihat bahwa pengembangan industri di Indonesia relatif lebih unggul dibandingkan mereka. Mereka pun ingin belajar membuat kebijakan industri,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto seusai mendampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla bertemu dengan Kepala Eksekutif Pemerintahan Afghanistan Abdullah Abdullah di Istana Wapres, Jakarta, disalin dari siaran resmi, pekan lalu.

Menurut Menperin, dari pertemuan tersebut, Pemerintah Afghanistan mengharapkan perlakuan khusus terhadap komoditas mereka yang diekspor ke Indonesia. "Mereka merasa kalau produknya masuk ke Indonesia tidak mendapat treatment khusus, itu menjadi sulit bersaing," ujarnya.

Airlangga menyebutkan, Afghanistan mempunyai potensi bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industri farmasi di Indonesia. “Jadi, melalui hilirisasi, industri kita meningkatkan nilai tambah bahan baku tersebut. Selain itu, Afghanistan juga merupakan produsen essential oil yang cukup besar,” tuturnya.

Di samping itu, Pemerintah Afghanistan juga berharap kepada investor Indonesia dapat meningkatkan investasi di sana. “Dalam waktu dekat, kedua negara akan melakukan capacity building terlebih dahulu. Kemudian, nanti ditingkatkan ke level investasi dan kunjungan ke Afghanistan,” imbuhnya.

Menurut Airlangga, Pemerintah Afghanistan telah mengambil langkah reformasi untuk meciptakan iklim usaha yang kondusif. Oleh karenanya, pelaku bisnis Indonesia perlu melihat peluang ekspansi ke negara tersebut. “Yang masih potensial, antara lain sektor agrikultur, proyek infrastruktur, eksplorasi mineral, tekstil dan aneka, serta sektor industri kecil dan menengah,” ungkapnya.

Sebaliknya, Menperin mengundang pelaku bisnis Afghanistan agar meningkatkan penanaman modal di Indonesia khususnya di industri manufaktur. “Selain itu termasuk jasa perawatan untuk mendukung proyek infrastruktur di dalam negeri. Kerja sama ini akan menempatkan Indonesia sebagai partner utama di Asia Tenggara untuk memenuhi kebutuhan pembangunan ekonomi Afghanistan,” paparnya.

Dalam bidang perdagangan, Afghanistan menempati urutan ke-113 dalam statistik ekspor Indonesia ke dunia dengan total nilai ekspor pada tahun 2016 sebesar USD16,22 juta, meningkat menjadi USD20,18 juta pada tahun 2017. Sementara itu, Afghanistan telah berinvestasi di Indonesia untuk sektor industri kimia dasar, barang kimia dan farmasi, logam dasar, barang logam, mesin, serta elektronika dengan 16 proyek senilai USD90,5 ribu.

Pada kesempatan berbeda, Menperin menyampaikan, kemitraan Indonesia dan Korea Selatan terus berkembang secara progresif dan semakin luas ruang lingkupnya. Kerja sama khusus di sektor strategis, termasuk industri, telah disepakati oleh kedua pemimpin negara pada November 2017 guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan bagi kedua negara.

“Kunjungan kenegaraan Presiden Joko Widodo ke Seoul bulan lalu, juga membuka peluang yang lebih besar untuk memperkuat kerja sama yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak di berbagai bidang, seperti penerapan industri 4.0,” ujarnya ketika mewakili Pemerintah Indonesia pada National Day & Armed Forces Republic of Korea di Jakarta, Selasa (2/10).

Airlangga menjelaskan, Korsel merupakan mitra utama bagi Indonesia dalam berkolaborasi di sektor industri, investasi dan perdagangan. “Kerja sama yang terjalin dapat mendorong industri manufaktur nasional untuk lebih meningkatkan nilai tambah bahan baku dalam negeri melalui hilirisasi sekaligus penambahan terhadap penyerapan tenaga kerja lokal,” tuturnya.

Nilai investasi Korsel terus meningkat sehingga menempati peringkat ketiga terbesar di Indonesia. Hingga pertengahan tahun ini, nilainya telah mencapai USD1,15 miliar, sementara tahun 2017 sebesar USD2,2 miliar. Perusahaan-perusahaan Korsel di Indonesia telah menyerap sebanyak 900 ribu tenaga kerja lokal.

Potensi perdagangan kedua negara juga masih cukup besar. Tahun 2017, neraca perdagangan RI-Korsel mengalami surplus sebesar USD78 juta dari total nilai perdagangan yang mencapai USD17 miliar. Diproyeksi nilai perdagangan kedua negara semakin meningkat dengan target sebesar USD30 miliar tahun 2022.

BERITA TERKAIT

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…

BERITA LAINNYA DI Industri

Tingkatkan Ekspor, 12 Industri Alsintan Diboyong ke Maroko

NERACA Meknes – Kementerian Perindustrian memfasilitasi sebanyak 12 industri alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam negeri untuk ikut berpartisipasi pada ajang bergengsi Salon International de l'Agriculture…

Hadirkan Profesi Dunia Penerbangan - Traveloka Resmikan Flight Academy di KidZania Jakarta

Perkaya pengalaman inventori aktivitas wisata dan juga edukasi, Traveloka sebagai platform travel terdepan se-Asia Tenggar hadirkan wahana bermain edukatif di…

HBA dan HMA April 2024 Telah Ditetapkan

NERACA Jakarta – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah resmi menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) untuk…