Mengenali Penggunaan Jarum pada Prosedur Facial

Baru-baru ini, seorang warganet membeberkan bahwa dirinya tertular virus HIV setelah melakukan prosedur facial. Dia berbagi cerita melalui akun Instagram @catwomanizer milik seorang aktivis kesehatan seksual, Andrea Gunawan.

Tak ayal, akibat pengakuan itu, muncul kekhawatiran serta beragam pertanyaan seputar keamanan prosedur facial.

Istilah facial sering digunakan untuk rangkaian perawatan dengan tujuan membersihkan wajah melalui pengangkatan komedo dan lapisan kulit mati. Prosedur itu biasa dilakukan di sejumah klinik kecantikan.

Dokter spesialis kulit dan kelamin, dr Jonathan Raharjo Subekti, mengatakan bahwa setiap tempat perawatan memiliki pelayanan dengan cara yang saling berbeda. Ada klinik yang melakukan ekstraksi komedo dengan alat serupa sumpit besi dengan ujung bulat. Ada pula yang menggunakan mesin mikrodermabrasi.

Sementara itu, penggunaan jarum untuk prosedur facial, kata Jonathan, hanya dilakukan untuk kasus tertentu seperti mengatasi jerawat pada wajah.

Namun, proses mengeluarkan jerawat besar pun tak dilakukan sembarangan. Prosedur itu kudu dilakukan oleh tenaga medis bersertifikasi. "Soalnya proses itu meliputi membersihkan wajah menggunakan jarum suntik steril disposable untuk membuka jalan keluarnya isi jerawat. Kemudian, dilakukan penekanan menggunakan 'cotton buds' atau ekstraktor khusus yang steril," papar Jonathan dikutip dari CNNIndonesia.com.

Jonathan menegaskan, peralatan harus berada dalam kondisi steril atau baru untuk menghindari infeksi dan penularan bakteri, virus, serta kuman yang tertinggal pada alat. Selain itu, kebersihan alat juga kudu dilakukan demi menghindari efek berupa munculnya jerawat baru yang bisa menimbulkan luka saat pecah. Luka terbuka rentan menjadi jalan masuk penularan hepatitis dan HIV.

Lantas, apa yang harus diperhatikan saat melakukan prosedur facial? Jonathan memberikan beberapa tips agar orang bisa melakukan facial dengan aman tanpa tertular penyakit.

1. Pastikan tempat tersebut memiliki izin atau bersertifikasi.

2. Tenaga medis yang melakukan harus memiliki sertifikat kompetensi yang tepat.

3. Kebersihan tempat tersebut terjaga dengan baik.

4. Memiliki mesin sterilisasi alat seperti autoclave, UV, dan lain-lain.

5. Tenaga medis atau staf tempat perawatan selalu mencuci tangan sebelum tindakan.

6. Apabila menggunakan alat baru yang masih disegel, biasanya tenaga medis akan menunjukkan pada klien sebelum membukanya.

7. Apabila ada yang tidak jelas mengenai obat atau alat yang digunakan, tanyakan kepada tenaga medis yang melakukan tindakan. Jonathan mengatakan, seharusnya tenaga medis harus mampu menjelaskan alat atau obat yang digunakan

 

BERITA TERKAIT

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

Mengatur Pola Makan Pasca Lebaran, Simak Tipsnya

  Makan makanan ini di Hari Lebaran sebenarnya enak, tapi ingat jangan berlebihan, ya! Pasalnya, mengonsumsi santan dan makanan berlemak…

BERITA LAINNYA DI Kesehatan

Mengenal LINAC dan Brachytherapy Opsi Pengobatan Kanker

Terapi radiasi atau radioterapi, termasuk yang menggunakan Linear Accelerator (LINAC) dan metode brachytherapy telah menjadi terobosan dalam dunia medis untuk…

Masyarakat Diminta Responsif Gejala Kelainan Darah

Praktisi kesehatan masyarakat, dr. Ngabila Salama meminta masyarakat untuk lebih responsif terhadap gejala kelainan darah dengan melakukan pemeriksaan atau skrining.…

Mengatur Pola Makan Pasca Lebaran, Simak Tipsnya

  Makan makanan ini di Hari Lebaran sebenarnya enak, tapi ingat jangan berlebihan, ya! Pasalnya, mengonsumsi santan dan makanan berlemak…