Pemilu Damai

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Kedua kandidat capres yaitu Jokowi dan Prabowo setelah pengundian nomor urut di KPU beberapa hari lalu akhirnya sepakat menyerukan agar pesta demokrasi 2019 tidak direcoki dengan ujaran kebencian dan isu SARA. Artinya, kedua kandidat yaitu Jokowi di nomor 2 dan Prabowo nomor 2 berharap akan terjadi pemilu damai, aman dan tentu sejahtera sehingga tidak ada lagi pengerahan massa secara besar-besaran melalui model kampanye terbuka yang memang rentan terjadi gesekan antar simpatisan, terutama yang terjadi di akar rumput.

Harapan pemilu damai memang sangat diharapkan karena republik ini lelah dengan aksi berbagai kekerasan yang telah terjadi di masyarakat. Betapa tidak, barusan diberitakan kasus pengeroyokan terhadap salah satu suporter yang akhirnya meninggal ditempat dan konsekuensinya PSSI menghentikan sementara liga tanpa batas waktu. Tentu ini harus menjadi warning agar ke depan sepak bola tidak direcoki dengan ulah oknum suporter tapi justru harus mampu menunjukan taji dengan segudang prestasi. Ironisnya, kasus ini tidak berselang lama dari torehan prestasi melalui Asian Games yang sukses mendulang medali. Oleh karena itu, semua harus instrospeksi agar ke depan bisa lebih baik lagi.

Pemilu damai dan pemilu berintegritas seolah menjadi dambaan kita semua karena ada banyak kepentingan dibalik sukses pelaksanaan pemilu itu sendiri. Persepsian yang ada menjelaskan tentang adanya sinergi antara ekonomi – politik dan politik – ekonomi yang kemudian dijabarkan melalui pesta demokrasi 5 tahunan untuk bisa menciptakan suatu tatanan pemerintahan yang demokrastis dan kredibel. Pemahaman ini memberikan suatu gambaran yang sangat jelas bahwa iklim sospol menjadi penentu terhadap keberhasilan dalam menciptakan sinergi antara ekonomi – politik dan politik – ekonomi. Oleh karena itu, beralasan jika tanggung jawab terciptanya pemilu damai dan pemilu berintegritas tidak hanya menjadi milik KPU – KPUD dan aparat saja, tapi justru menjadi tanggung jawab kita semua.

Betapa tidak, jika pesta demokrasi bisa berjalan damai dan berintegritas maka sejatinya ini adalah modal awal yang bagus untuk menciptakan iklim sospol yang kondusif dan tentu ini berpengaruh positif terhadap sentimen pelaku usaha - bisnis secara keseluruhan. Sebaliknya, jika pesta demokrasi dipenuhi riak konflik maka sangat rentan menciptakan kemelut secara berkelanjutan, apalagi jika ada sengketa hasil pesta demokrasi pastilah akan memicu sentimen negatif. Dengan kata lain riak konflik yang terjadi mengancam munculnya keperilakuan wait and see sehingga pelaku usaha – bisnis akan memantau perkembangan yang ada sehingga pilihannya ada dua yaitu kembali normal situasinya atau justru berubah menjadi wait and worry sehingga semakin rentan terhadap potensi iklim kepastian usaha.

Meski pilpres 2019 terjadi rematch antara Jokowi – Prabowo namun situasinya kali ini berbeda karena Jokowi berpasangan dengan Ma’ruf Amin dan Prabowo berpasangan dengan Sandiaga Uno. Jadi, kalkulasi dari kedua kandidat untuk bertarung di pilpres 2019 sama-sama kuat dan memiliki peluang yang sama meskipun akhirnya kemenangan akan ditentukan oleh seberapa besar kamu milenial akan menentukan pilihannya. Oleh karena itu, merebut simpati kaum milenial menjadi penting dan kedua tim sukses pasti akan menyasar kaum milenial. Di sisi lain, menyasar dari kaum emak-emak bukan tidak mungkin juga bisa diperhitungkan karena jumlah kaum perempuan juga signifikan. Hal ini menyiratkan pentingnya menjaga pemilu damai dan berintegritas agar iklim sospol tetap kondusif dan berpengaruh positif terhadap sinergi ekonomi – politik dan politik – ekonomi.

BERITA TERKAIT

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

BERITA LAINNYA DI

Kolaborasi Hadapi Tantangan Ekonomi

Oleh: Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan Proses transisi energi yang adil dan terjangkau cukup kompleks. Untuk mencapai transisi energi tersebut,…

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…