Teknologi Tepat Guna dan Manajemen Risiko

 

Oleh: Achmad Deni Daruri, President Director Center for Banking Crisis

 

Pada galibnya, teknologi tepat guna biasanya diterapkan untuk menjelaskan teknologi sederhana yang dianggap cocok bagi negara-negara berkembang atau kawasan perdesaan yang kurang berkembang di negara-negara industri maju. Bentuk dari "teknologi tepat guna" ini biasanya lebih bercirikan solusi "padat karya" daripada "padat modal". Pada pelaksanaannya, teknologi tepat guna seringkali dijelaskan sebagai penggunaan teknologi paling sederhana yang dapat mencapai tujuan yang diinginkan secara efektif di suatu tempat tertentu. Surplus tenaga kerja harus dapat dimanfaatkan oleh teknologi ini dan bukan sebaliknya. Dengan mengamati bentuk piramida penduduk (serta bentuk piramida penduduk dari waktu ke waktu), banyak informasi yang didapat mengenai struktur kependudukan sebuah wilayah. Dengan begitu memudahkan suatu negara untuk menentukan tujuan dalam penerapan teknologi.

Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010, persentase penduduk 5 tahun ke atas berpendidikan minimal tamat SMP/Sederajat sebesar 40,93 persen. Artinya, penggunaan teknologi yang intensif akan tenaga kerja dengan pendidikan minimal SMP akan beresiko menyebabkan pengangguran bagi penduduk lainnya yang persentasenya sebesar sekitar 59 persen. Ehrlich meramalkan adanya bencana kemanusiaan akibat terlalu banyaknya penduduk dan ledakan penduduk dengan kualitas Pendidikan yang rendah. Model transisi demografi dapat digunakan untuk memprediksi penurunan tingkat kelahiran apabila suatu masyarakat menjadi semakin kaya, namun beberapa data yang baru dikumpulkan tampaknya membantah hal ini, karena tingkat kelahiran dapat kembali meningkat setelah tingkat kemajuan tertentu telah tercapai.

Selain itu, dalam jangka panjang, transisi demografi akan dihentikan oleh tekanan evolusi yang menghasilkan tingkat kelahiran dan kematian yang lebih tinggi. Pada tahap keempat dalam model tersebut, surplus tenaga kerja sudah tidak ada lagi sehingga teknologi tepat guna yang diperlukan adalah teknologi padat modal namun demikian manajemen resiko memiliki resiko kegagalan dalam dua tipe. Tipe pertama adalah kecepatan teknologi padat modal dalam mengisi defisit tenaga kerja. Tipe kedua adalah kegagalan dalam membaca masa depan dimana surplus tenaga kerja kembali tercipta. Tingkat kelahiran dapat menurun hingga mengakibatkan penurunan jumlah penduduk, seperti yang terjadi di Jerman, Italia, dan Jepang. Hal ini mengancam industri-industri yang bergantung kepada pertumbuhan penduduk.

Selain itu, penuaan generasi yang terlahir pada tahap kedua menjadi beban ekonomi bagi populasi pekerja yang semakin menyusut. Beberapa ahli menambahkan "tahap kelima" sebagai tahap ketika tingkat kelahiran berada di bawah tingkat yang diperlukan untuk tetap mempertahankan jumlah penduduk suatu masyarakat. Beberapa ahli lain mendefinisikan tahap kelima sebagai tahap peningkatan kembali tingkat kesuburan. Menghadapi situasi ini maka manajemen risiko perbankan harus mengaitkan variable teknologi dengan variable dalam model transisi demografi.  Piramida kependudukan Indonesia termasuk tipe ekspansive. Ini tercermin dari pola piramida yang melebar di bagian bawah dan cembung di bagian tengah yang merupakan penduduk usia muda. Sementara di bagian atas yang merupakan penduduk usia tua meruncing.

Dengan jumlah penduduk usia 0-4 tahun yang terbanyak, yakni mencapai 23,85 juta. Implikasinya Indonesia akan tertawan oleh teknologi yang padat modal. Pendekatan manajemen risiko yang menggunakan beberapa variable berkembang menggunakan metode risiko fisika yaitu sebuah teori yang menggambarkan gaya fundamental elektromagnetisme, gaya lemah, gaya kuat, dan juga partikel dasar yang membentuk seluruh benda. Berkembang antara 1970 dan 1973, teori ini merupakan sebuah teori medan kuantum yang konsisten dengan mekanika kuantum dan relativitas khusus. Sampai saat ini, hampir seluruh uji eksperimen dari ketiga gaya yang dijelaskan oleh Model Standar bukanlah sebuah teori lengkap dari interaksi fundamental, terutama dikarenakan teori ini tidak menjelaskan gravitasi.

Penggunakan teori fisika dalam manajemen risiko tidak kalah dibandingkan dengan penggunaannya dalam ilmu ekonomi. Penelitian mutakhir fisika partikel difokuskan pada partikel sub-atomik, termasuk unsur atom seperti elektron, proton, dan neutron (proton dan neutron sebenarnya partikel gabungan yang terdiri dari quark), partikel yang dihasilkan oleh proses radioaktif dan hamburan, seperti foton, neutrino, dan muon, serta berbagai partikel eksotis. Fisika teori mencoba membuat dunia mengerti dengan membuat model kenyataan, digunakan untuk merasionalisasikan, menjelaskan, dan memperkirakan fenomena fisika melalui "teori fisika". Meliputi model matematika dan abstraksi fisika di dalam usaha untuk menjelaskan data eksperimen yang diambil dari alam semesta. Inti pusatnya adalah fisika matematika, meskipun teknik konseptual lain juga digunakan. Tujuannya adalah untuk merasionalisasi, menjelaskan dan memprediksi fenomena fisika.

Kemajuan sains secara umum melekat pada hubungan antara studi eksperimen dan teori. Penerapannya dalam ilmu ekonomi dan manajemen risiko adalah dengan model gravitasi dimana variable teknologi dan non teknologi seperti jumlah dan kualitas penduduk dapat dilihat bukan hanya pengaruhnya tetapi juga tingkat risikonya. Bruce Blonigen misalnya membuktikan bahwa data yang tersedia masih belum mencukupi sehingga risiko kesalahan dalam membaca apa penentu pergerakan teknologi melalui foreign direct investment masih relative besar! Chakrabarti 2001 juga membuktikan bahwa factor penentu foreign direct investment antara negara masih fragile secara statistik. Teknologi tepat guna masih merupakan konsep yang terus berkembang karena faktor demografi masih merupakan variabel penting dalam perekonomian yang ternyata terus bergerak dinamis.

 

BERITA TERKAIT

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…

BERITA LAINNYA DI Opini

Bansos Pangan atau Beras oleh Bapanas dan Bulog Langgar UU Pangan dan UU Kesejahteraan Sosial?

  Oleh: Anthony Budiawan, Managing Director PEPS (Political Economy and Policy Studies) Presiden Joko Widodo memutuskan perpanjangan pemberian Bantuan Sosial…

Pembangunan Papua Jadi Daya Tarik Investasi dan Ekonomi

  Oleh : Clara Anastasya Wompere, Pemerhati Ekonomi Pembangunan   Bumi Cenderawasih memang menjadi fokus pembangunan yang signifikan di era…

Pastikan Stabilitas Harga dan Stok Beras, Pemerintah Komitmen Ketahanan Pangan

  Oleh : Nesya Alisha, Pengamat Pangan Mewujudkan ketahanan pangan di Indonesia sangat penting karena memiliki dampak besar pada stabilitas…