Pemburu Rente: Ketamakan atau Imajinasi?

 

Oleh: Sarwani

Lonjakan saham Mahaka Media berhenti di harga Rp195, menyusul keputusan Bursa Efek Indonesia menghentikan perdagangan saham perusahaan milik Erick Thohir yang pada minggu pertama bulan ini ditunjuk menjadi Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Joko Widodo – Ma’ruf Amin.

Jika tidak dihentikan oleh BEI, harga saham Mahaka Media akan terus meroket. Terbukti dari dua kali penghentian sementara perdagangan sahamnya, tidak ada tanda-tanda kenaikan harganya surut. Begitu dibuka kembali perdagangannya, langsung melonjak 35 persen. Entah sampai batas berapa harga saham itu berhenti naik, tidak ada yang bisa memprediksi.

Sebelum Erick Thohir jadi ketua TKN Jokowi-Ma’ruf, harga saham perusahaannya tidak beranjak dari Rp50 per saham. Meski murah, tidak ada yang tertarik untuk mengoleksi. Tidak ada jual beli. Jadilah ia saham tidur, tidak ada pergerakan, mentok di posisi paling bawah. Bahkan saat dia jadi Ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018, tak ada pengaruh kepada harga saham perusahaannya.

Kenaikan harga saham Mahaka Media sudah mencapai 300 persen. Beruntung mereka yang membeli saham pada saat harga Rp50. Mendadak mereka jadi orang kaya baru (OKB). Dengan modal Rp1 miliar, uangnya beranak jadi Rp4 miliar, bertambah Rp3 miliar hanya dalam waktu kurang dari 2 minggu !!!. Sang pengganda uang Dimas Kanjeng pun tak mampu menyaingi.

Investor yang datang belakangan tidak mau kehilangan kesempatan meraup untung. Meski harga sudah tidak murah lagi, mereka masih bisa membeli di harga Rp75, Rp100, Rp150. Para pemburu rente terus memperebutkan saham ini dengan keyakinan harganya masih akan naik lagi.

Di tengah kelesuan investasi, saham Mahaka Media seperti oase yang mengisi dahaga mereka akan imbal hasil yang menggiurkan dibandingkan pilihan lain seperti deposito, reksa dana atau obligasi yang menawarkan imbal hasil yang ‘pruden’, sementara dolar AS yang sempat menjadi sasaran perburuan pun belakangan mulai melunak.

Bisa juga motifnya karena kondisi ketidastabilan ekonomi. Nila tukar rupiah yang terus melemah akan meningkatkan inflasi. Mereka merespon dengan memburu saham yang memberikan capital gain tinggi untuk mengkompensasi nilai uang yang merosot.

Saham tidur umumnya jadi sasaran empuk para spekulan. Jika pandai menebak arah pergerakan, tidak jarang dapat meraih keuntungan berlipat ganda. Gaya mereka seperti petinju, hit and run. Dikenal juga dengan julukan jibur, untung jigo (Rp50) ngabur. Tidak perlu tahu isi perut perusahaan, sepanjang saham perusahaan itu memberikan keuntungan, akan terus diburu.

Dalam informasi publik yang disediakan oleh bursa, terlihat jelas Mahaka Media sedang merugi. Pada semester I tahun ini masih mencatatkan rugi bersih Rp7,32 miliar, karena turunnya penjualan bersih sebesar 33,18 persen dari Rp135,24 miliar menjadi Rp90,36 miliar. Sepanjang tahun lalu perusahaan yang listing di BEI pada 2002 ini menderita kerugian Rp27,78 miliar.

Meski masih merugi, para pemburu rente ini mungkin berspekulasi mengenai prospek Mahaka Media yang bakal moncer setelah Erick Thohir menjadi ketua TKN Jokowi – Ma’ruf. Perannya sebagai ketua kampanye sejalan dengan bisnis inti perusahaannya yang bergerak di bidang media dan informatika. Ia akan ikut menikmati kue belanja iklan Pilpres dan Pileg 2019. Perusahaan yang menginduki koran Republika itu bakal kebanjiran order.

Semua itu hanyalah ramalan, bisa benar bisa juga meleset. Yang jelas tidak berdasarkan analisis mengenai fundamental perusahaan. Warren Buffett, seorang pialang terkaya di dunia dan pemilik Berkshire Hathaway menjauhkan diri dari meramal bursa, menghindari membeli atau menjual saham berdasarkan opini orang. Sebaliknya, ia berusaha menganalisis prospek bisnis jangka panjang perusahaan yang dibelinya.

Orang bisa memprediksi tren pasar seperti juga orang bisa memprediksi ke mana arah seekor burung akan terbang ketika meninggalkan pohon. Tapi itu hanya menebak-nebak, bukan analisis. Kalau sampai membeli saham hanya karena peramal mengatakan saham itu punya valuasi yang rendah, Buffett mengingatkan, mereka akan mengalami masalah.

Namun ketamakan telah menguasai rasionalitas. Rasio harga terhadap laba, perolehan laba, proyeksi laba per saham dan banyak alat analitis lain sepertinya tidak relevan bagi para spekulan. Atau mereka merasa sedang membelakakan mata dan membuka imajinasinya melebihi batas analisis teknikal. (www.watyutink.com)

 

BERITA TERKAIT

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…

BERITA LAINNYA DI Opini

Pembangunan Infrastruktur Demi Tingkatkan Kualitas Hidup Masyarakat Papua

  Oleh : Damier Kobogau, Mahasiswa Papua tinggal di Surabaya   Pemerintah terus berkomitmen membangun Papua melalui berbagai pembangunan infrastruktur…

Pembangunan Fasilitas Pendukung Salah Satu Kunci Kesuksesan IKN

  Oleh : Rivka Mayangsari, Peneliti di Lembaga Studi dan Informasi Strategis Indonesia   Pembangunan IKN merupakan sebuah keputusan sejarah…

Presiden Terpilih Perlu Bebaskan Ekonomi dari Jebakan Pertumbuhan 5% dengan Energi Nuklir Bersih

    Oleh: Dr. Kurtubi, Ketua Kaukus Nuklir Parlemen 2014 – 2019, Alumnus UI Bencana Alam yang banyak terjadi didunia…