Dampak Positif Untuk Indonesia Timur?

International Monetary Fund dan World Bank Annual Meetings adalah pertemuan tahunan yang diselenggarakan Dewan Gubernur World Bank dan IMF pada Oktober 2018 untuk mendiskusikan perkembangan ekonomi dan keuangan global serta isu-isu terkini. Materi diskusi, antara lain outlook ekonomi global, stabilitas keuangan global, kemiskinan, pembangunan, lapangan kerja, perubahan iklim, dan isu global lainnya.

Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Sulawesi Utara (Sulut) Soekowardojo mengatakan dampak langsung dari penyelenggaraan pertemuan tahunan IMF-WB terhadap Indonesia, selain Indonesia semakin dikenal oleh dunia, kepercayaan serta pandangan baik negara-negara dunia terhadap Indonesia, akan semakin kuat.

Hal itu secara khusus karena Indonesia terbukti mampu menyelenggarakan pertemuan besar tingkat dunia yang dihadiri oleh para pemimpin atau kepala Negara anggota IMF-WB.

Selain itu, akan mendorong masuknya modal ke Indonesia yang pada gilirannya akan mendorong kenaikan kapasitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Dampak jangka pendek yang segera dirasakan adalah meningkatnya belanja oleh orang asing di Bali, baik untuk hotel, restoran, transportasi, dan lain-lain. Selama penyelenggaraan acara devisa yang masuk, sektor ekonomi di Bali akan meningkat.

Kehadiran delegasi negara dunia dalam pertemuan tersebut juga menjadi ajang promosi wisata dan potensi ekonomi Indonesia kepada dunia.

Dunia akan semakin mengenal Indonesia, sehingga harapannya mereka juga akan melihat bahwa Indonesia itu tidak hanya Bali, melainkan masih banyak daerah lainnya di luar Bali yang layak untuk dikunjungi sebagai destinasi wisata maupun investasi yang menjanjikan.

Soekowardojo menjelaskan dampak pertemuan itu ke Provinsi Sulut tentunya akan positif, mengingat posisi geografis Sulut yang sama-sama di kawasan timur Indonesia.

Terkait dengan pertemuan itu, katanya, Sulut dapat memanfaatkan kehadiran delegasi negara anggota IMF-WB untuk mempromosikan potensi wisata dan ekonominya.

Harapannya, Sulut akan semakin dikenal, baik oleh wisatawan asing maupun negara-negara yang selama ini belum pernah ke Sulut, serta investor yang hadir di IMF-WB Annual Meeting tersebut. Peluang tersebut tentunya perlu dimanfaatkan dengan baik oleh Sulut untuk mempromosikan "Daerah Nyiur Melambai" itu, baik potensi wisata maupun ekonominya.

Dengan demikian, besar kecilnya dampak IMF-WB Annual Meeting terhadap Sulut dan Indonesia bagian timur secara keseluruhan, tentunya akan sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam menjual dan mempromosikan Sulut kepada delegasi asing pada pertemuan tersebut.

Wakil Ketua Kamar Dagang Industri (Kadin) Sulut Ivanry Matu mengatakan kegiatan internasional IMF-WB Annual Meeting di Bali nantinya sangat bagus bagi daerah-daerah di Indonesia.

Harapan besar Provinsi Sulut, kegiatan tersebut akan berdampak di Sulut ataupun Indonesia timur secara keseluruhan, sehingga pelayanan dan kesiapan harus ditingkatkan.

Ia mengemukakan Sulut yang ditargetkan menjadi lokasi wisata kedua dari Bali akan ikut merasakan dampak positif dari kegiatan internasional tersebut.

 

Momentum Kemajuan

 

Kepala Task Force IMF-WB Annual Meeting 2018 Bank Indonesia (BI) Peter Jacobs mengatakan pertemuan tahunan International Monetery Fund dan World Bank (IMF-WB Annual Meeting/AM) di Bali pada 12-14 Oktober 2018 harus dijadikan momentum untuk mempercepat kemajuan Indonesia.

Perhelatan ekonomi terbesar di dunia itu bisa memberikan banyak manfaat bagi perekonomian Indonesia mulai dari investasi, perdagangan, hingga pariwisata.

Indonesia sebagai tuan rumah harus melihat kegiatan ini bukan hanya pertemuan tahunan IMF-WB, akan tetapi bagaimana bisa mengoptimalkan manfaatnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka pendek maupun panjang.

Para peserta IMF-WB Annual Meeting, meliputi Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral dan 189 negara anggota IMF, akademisi, "think tank", anggota parlemen, lembaga swadaya masyarakat, dan media.

Disamping pertemuan Dewan Gubernur WB dan IMF, diselenggarakan juga pertemuan Development Committee (DC), International Monetary and Financial Committee (IMFC), sejumlah kegiatan lain, seperti seminar pemuda, lokakarya terkait teknologi, dan konferensi pers.

Pertemuan dengan rangkaian kegiatan yang diselenggarakan itu dengan jumlah total peserta diperkirakan mencapai 15.000 orang.

Di antara negara ASEAN-5, Indonesia dan Malaysia merupakan dua negara yang belum pernah menjadi tuan rumah IMF-WB Annual Meeting, sedangkan Filipina, Thailand, dan Singapura sudah terlebih dahulu mendapat kepercayaan sebagai tuan rumah pertemuan itu, pada 1976, 1991, dan 2006.

Padahal, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dan kawasan yang stabil dan menjadi salah satu kekuatan ekonomi global, sudah semestinya Indonesia diberi kesempatan untuk menunjukkan kapabilitas dan kepemimpinannya dengan menjadi tuan rumah pertemuan tersebut.

Kegiatan ini, katanya, merupakan kesempatan yang sangat penting bagi Indonesia, karena dengan kehadiran otoritas dan pelaku sektor keuangan dan negara anggota lMF-WB (Gubernur Bank Sentral dan Menteri Keuangan dan 189 negara), peran Indonesra sebagai tuan rumah menjadi sangat strategis.

Peran strategis Indonesia itu, katanya, pertama, karena jumlah peserta dan berbagal rangkalan pertemuan ini diperkirakan mencapai 15.000 orang berasal dari berbagai negara.

Selain itu, peserta pertemuan merupakan pejabat pembuat kebijakan dari berbagai negara serta pimpinan perusahaan dan investor terkemuka, sehingga menjadi ajang yang sangat strategrs untuk mendorong dialog, promosi, dan keputusan investasi.

Kegiatan ini disebut sebagai salah satu pertemuan keuangan terbesar di dunia sehingga perhatian dunia ekonomi akan tertuju pada negara penyelenggara pertemuan.

Kondisi ini menjadi kesempatan untuk meningkatkan persepsi positif Indonesia dan menunjukkan kepada dunia bahwa lndonesia merupakan negara yang aman, mempunyai infrastruktur dan fasilitas yang baik, serta stabilitas makroekonomi yang terjaga.

Selain itu, kehadiran 15.000 orang ke Indonesia tentu mampu mendongkrak penerimaan devisa yang berasal dan sektor transportasi, akomodasi, termasuk belanja, juga menjadi momentim strategis untuk mempromosikan keindahan pariwisata Indonesia, tidak hanya Bali, tetapi juga berbagai destinasi wisata lain yang menjadi unggulan.

Keberhasilan Indonesia sebagai tuan rumah kegiatan ini menunjukkan kepemimpinan Indonesia di kawasan, khususnya peran aktif dalam mendorong citra ASEAN sebagai salah satu penggerak utama perekonomian dunia.

Penyelenggaraan IMF-WB Annual Meeting 2018 akan memberikan potensi penerimaan devisa dari kehadiran dan aktivitas tambahan dari seluruh peserta sebelum, selama, dan setelah kegiatan tersebut.

Potensi penerimaan devisa diperkirakan minimal Rp725 miliar sepanjang pelaksanaan kegiatan, mengingat kehadiran peserta, baik delegasi maupun turis, yang dapat mencapai 15.000 orang. (ant)

 

BERITA TERKAIT

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…

BERITA LAINNYA DI

Jurus Jitu Selamatkan UMKM

Jurus Jitu Selamatkan UMKM  Pelaku UMKM sebenarnya tidak membutuhkan subsidi bunga. Yang sangat mendesak diperlukan adalah penguatan modal untuk memulai…

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020

Tegakkan Protokol Kesehatan di Pilkada 2020 Dalam konteks masih terjadinya penularan dengan grafik yang masih naik, sejumlah pihak meminta pemerintah…

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah

Jangan Buru-Buru Menutup Wilayah Strategi intervensi berbasis lokal, strategi intervensi untuk pembatasan berskala lokal ini penting sekali untuk dilakukan, baik…