Tambah Armada Kapal - PSSI Targetkan Pendapatan Tumbuh 20%

NERACA

Jakarta – Kembali menggeliatnya industri pertambangan batu bara menjadi berkah bagi perusahaan jasa angkutan pelayaran batu bara untuk memacu pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi. Hal inilah yang dirasakan PT Pelita Samudera Shipping Tbk (PSSI). Setelah mencatatkan pencapaian kinerja keuangan yang cukup di paruh pertama 2018, perseroan menargetkan pendapatan hingga akhir tahun ini tumbuh 20% dibandingkan 2017 yang tercatat senilai US$ 49 juta atau menjadi US$ 58,8 juta setara Rp 710 miliar.

Direktur PT Pelita Samudera Shipping Tbk, Harry Tjhen mengatakan, pertumbuhan pendapatan seiring dengan harga batubara yang diperkirakan tetap stabil di kisaran US$ 80 hingga US$ 100 per metrik ton hingga 2020 mendatang. Selain itu, permintaan ekspor batu bara juga meningkat terutama dari negara-negara di kawasan Asia Tenggara sehingga mendorong pertumbuhan jasa transportasi batu bara milik perseroan.”Jadi kalau kita melihat industri batubara kita cukup stabil mulai 2017 jadi supply dan demand ditopang juga dari banyaknya pembangkit dalam negeri yang akan dioperasikan secara maksimal. Kondisi ini membantu industri batubara, dimana akan dikerjakan oleh perseroan,”ungkapnya di Jakarta, kemarin.

Dirinya juga menambahkan, peningkatan pendapatan tersebut seiring dengan penambahan armada kapal tunda dan tongkang perusahaan menjadi 40 unit pada tahun ini. Selain itu, perseroan juga berencana untuk meningkatkan utilisasi fasilitas pemindah muatan batu bara lepas pantai (Floating Loading Facility/FLF) yang sebesar 90% dari sebelumnya 70%. Kemudian untuk mendukung pertumbuhan kinerja tersebut, perseroan mengalokasikan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$ 29 juta yang saat ini sudah diserap sebesar 43%.

Sedangkan untuk capex tahun ini, seluruh dana berasal dari internal kas perseroan. Termasuk dengan dana dari penjualan salah satu aset FLF perseroan senilai US$ 12 juta.”Alokasi capex masih menggunakan kas internal kami karena masih cukup banyak. Selain itu debt to equity ratio kami juga masih cukup rendah yakni 0,45% pada Juni 2018," ujar Harry Tjhen.

Selain itu, hingga 24 bulan kedepan atau hingga 2020, perseroan juga menargetkan investasi hingga US$ 50 juta untuk menambah diversifikasi usaha bisnis. Salah satunya dengan melirik usaha pengangkutan mineral seperti nikel. Namun, rencana tersebut masih belum dilakukan dalam waktu yang dekat mengingat fokus perseroan saat ini ialah meningkatkan volume pengangkutan batu bara terkait kontrak-kontrak yang telah dibukukan.”Itu pasti untuk diversifikasi, ya mungkin pada 2020 melihat pasar juga. Kalau loan dari perbankan juga bisa didapatkan karena sejauh ini sudah banyak yang menawarkan ke kami," ujar Harry.

 

Jual Asset

 

Hingga Agustus tahun ini, tercatat nilai kontrak yang dibukukan oleh perseroan untuk FLF senilai US$ 7 juta dan Rp 72 miliar serta TNB senilai US$ 1,9 juta dan Rp 289 miliar. Pada tahun ini perseroan menargetkan kontrak senilai US$ 60 juta hingga US$ 65 juta. Sementara berdasarkan keputusan rapat umum pemegang saham (RUPS), perseroan menyepakati penjualan salah satu aset fasilitas pemuatan terapung (floating loading facility/FLF). FLF tersebut akan dijual ke PT Maritim Barito Perkasa senilai US$ 12 juta.

Harry Chan menjelaskan, penjualan aset tersebut bertujuan mengoptimalisasi aset perusahaan. Saat ini utilisasi FLF Pelita Samudera hanya 70% dengan total FLF sebanyak empat unit. “Jika dijual maka utilisasi FLF kami bisa naik menjadi 90%,” katanya.

Disamping itu, lanjutnya, perseroan juga untung dengan penjualan aset tersebut. Pasalnya, selain menambah dana segar, utilisasi FLF milik Pelita Samudera jadi semakin efisien walaupun berkurang menjadi tiga unit. Apalagi sejak 2017, Pelita Samudera memiliki satu floating crane (FC) yang memiliki fungsi kurang lebih sama dengan FLF. Namun, dari sisi biaya floating crane tersebut dinilai lebih efisien.

Perusahaan juga berencana membeli dua paket kapal tunda dan tongkang bekas yang akan beroperasi sebelum memasuki 2019. Untuk perkiraan saja, satu set kapal tunda dan tongkang bekas menurut Harry seharga Rp 40 miliar.

BERITA TERKAIT

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Berkolaborasi Wujudkan Mudik Sehat dan Aman

Budaya mudik di Indonesia jelang libur lebaran selalu menyisakan masalah, khususnya potensi lonjakan volume kendaraan dan angka kecelakaan. Maka tak…

Gandeng Kerjasama Telkom - LKPP Rilis Sistem E-Katalog Versi 6.0 Yang Lebih Responsif

Dalam rangka meningkatkan pelayanan dan transparansi dalam pengadaan barang, Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) bekerjasama dengan PT Telkom Indonesia…

Summarecon Crown Gading - Primadona Properti di Utara Timur Jakarta

Summarecon Crown Gading yang merupakan kawasan terbaru Summarecon yang di Utara Timur Jakarta, kini semakin berkembang. Saat ini sedang berlangsung…