Indonesia dan Prancis Jalin Kerjasama Buka Sekolah Programer Gratis

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Komunikasi dan Informatika ( Kominfo), dan Perancis bekerja sama membangun sekolah coding (pemrograman) gratis bernama “L’Académie” di Tanah Air.

Pada nota kerjasama itu turut hadir Menkominfo, Rudiantara; Menteri Ekomoni Digital Perancis, Mounir Mahjoubi; Charles Guinot (Online Pajak); Gita Wirjawan (Ancora); Co-founder L’Académie, Guillaume Catala; serta Oliver Ducourant yang mewakili “42”, sebuah lembaga nirlaba di Perancis yang memiliki konsep belajar untuk diimplementasikan di L’Académie.  

Rudiantara menyambut positif program sekolah pemrograman gratis ini. Dalam beberapa kesempatan, ia kerap mengumbar keinginannya memajukan sumber daya manusia (SDM) Indonesia agar memiliki talenta di sektor digital yang berdaya saing tinggi. “Salah satu pilar ekonomi digital adalah talenta untuk mengisi ekosistem ekonomi digital. Saya mengapresiasi upaya untuk memberikan dukungan penyediaan sumber daya manusia dalam ekonomi digital,” kata Rudiantara.

Menteri yang kerap disapa Chief RA tersebut berharap kerja sama di sektor pendidikan antara Indonesia dan Perancis bisa mempererat hubungan bilateral kedua negara, serta membawa kemajuan bagi masyarakat. “Semoga memberikan kontribusi untuk memperkaya kualitas sumber daya manusia di Tanah Air,” ujarnya.

Gita Wirjawan yang merupakan pelaku penanaman modal, mengatakan L’Académie adalah wujud tanggung jawab dunia usaha dalam meningkatkan ketahanan dan pembangunan ekonomi Indonesia di masa depan. “Saya harap Indonesia akan dikenal sebagai salah satu pemasok programmer unggul yang dibutuhkan di era industri digital saat ini, sekaligus tujuan investasi yang kondusif bagi dunia,” ia menuturkan.

Soal proses pendidikan, tak ada syarat khusus atau batasan ijazah untuk masuk L’Académie. Menurut Olivier Ducourant dari “42”, belajar-mengajar akan lebih santai dan berbasis proyek sehingga lebih gampang dipahami. “Tidak ada syarat khusus atau batasan ijazah, hanya tes masuk yang perlu diikuti untuk bergabung di L’Académie. Seluruh materi pembelajaran dan evaluasi akan disediakan oleh 42. Yang unik dari L’Académie, kami akan melanjutkan metode teacher-free namun peer-to-peer dan project-based learning yang sudah berhasil diterapkan oleh 42 di banyak negara lain,” ujarnya.

Sebelumnya, Ketua Yayasan Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer (STIMIK) Primakara Denpasar, I Made Artana memaparkan data mengejutkan. Menurutnya, saat ini Indonesia tengah darurat tenaga profesional di bidang programmer. Saat ini, ia menjelaskan, semua pihak baik swasta maupun pemerintah tengah berkonsentrasi terhadap pembentukan star-up.

“Bagaimana agar star-up atau usaha rintisan ini bisa hidup, gitu ya. Tapi ada satu kesenjangan, kita kekurangan programmer dalam jumlah yang banyak. Kita ini darurat, kekurangan programmer. Jadi, kita dalam kondisi darurat,” kata Artana.

Menurutnya, ada tiga bidang penting dalam membangun usaha rintisan digital yakni programmer, hustler dan hipster. Kalau programmer-nya kurang meski dua lainnya banyak, tentu usaha rintisan digital itu tidak akan bisa berjalan.

"Sama kayak restoran, ada tukang masak, tukang saji dan marketing. Kalau tukang saji dan marketing-nya siap, tapi tukang masaknya tidak ada, tidak bisa jalan," papar dia.

Menurutnya, ada banyak perusahaan rintisan yang membutuhkan programmer. Saat ini, jumlah startup terus tumbuh. Artinya, dibutuhkan ratusan pula pekerja di bidang programmer setiap tahunnya. "Kalau di Indonesia tentu jumlahnya mencapai puluhan ribu,” papar dia.

"Di Jakarta kita ambil contoh, orang-orang IT itu sudah dipenuhi oleh orang India. India memiliki sangat banyak programmer. Kita di Indonesia meluluskan puluhan sampai ratusan ribu mahasiswa IT. Tapi, yang memilih menjadi programmer itu tidak banyak. Padahal kampus-kampus IT itu sebenarnya melahirkan programmer,"sambungnya.

Untuk mencetak programmer memang membutuhkan waktu. Tak secepat kilat Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dari India soal tenaga kerja di bidang programmer.

BERITA TERKAIT

Bantu UKM Kembangkan Bisnis, Salesforce Luncurkan Pro Suite

  NERACA Jakarta - Salesforce meluncurkan edisi terbaru Pro Suite yang tersedia di market Indonesia. Sebuah solusi yang fleksibel, terukur,…

Menggabungkan Seni dan Teknologi, Ink Lords Kenalkan Desain Kemasan dari Makhluk Mitologi Indonesia

  Menggabungkan Seni dan Teknologi, Ink Lords Ciptakan Desain Kemasan dari Makhluk Mitologi Indonesia NERACA Jakarta - Minat terhadap ‘Creative…

Kolaborasi dengan Timezone - Coocaa Indonesia Bagi THR TV 86 Inch dan Ratusan Juta Rupiah

Coocaa, sebagai brand TV no. 1 di Indonesia berkolaborasi dengan Timezone Indonesia ingin berbagi kebahagiaan serta perasaan dan pengalaman yang…

BERITA LAINNYA DI Teknologi

Bantu UKM Kembangkan Bisnis, Salesforce Luncurkan Pro Suite

  NERACA Jakarta - Salesforce meluncurkan edisi terbaru Pro Suite yang tersedia di market Indonesia. Sebuah solusi yang fleksibel, terukur,…

Menggabungkan Seni dan Teknologi, Ink Lords Kenalkan Desain Kemasan dari Makhluk Mitologi Indonesia

  Menggabungkan Seni dan Teknologi, Ink Lords Ciptakan Desain Kemasan dari Makhluk Mitologi Indonesia NERACA Jakarta - Minat terhadap ‘Creative…

Kolaborasi dengan Timezone - Coocaa Indonesia Bagi THR TV 86 Inch dan Ratusan Juta Rupiah

Coocaa, sebagai brand TV no. 1 di Indonesia berkolaborasi dengan Timezone Indonesia ingin berbagi kebahagiaan serta perasaan dan pengalaman yang…