Pelemahan Rupiah Dipengaruhi Kondisi Negara Berkembang

 

 

NERACA

 

Jakarta - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi bergerak melemah sebesar 45 poin menjadi Rp14.866 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.821 per dolar AS. Research Analyst FXTM Lukman Otunuga mengatakan bahwa mata uang rupiah kembali dipengaruhi oleh pandangan investor mengenai pasar negara berkembang secara umum, dengan perhatian khusus pada ekonomi Turki, serta meningkatnya tensi ketegangan perang dagang.

"Berbagai pengaruh eksternal tetap menjadi faktor utama dalam pergerakan nilai tukar rupiah. Investor terus memantau sinyal gejolak lebih lanjut untuk mata uang pasar berkembang," katanya di Jakarta, Rabu (12/9). Di tengah situasi itu, lanjut dia, investor cenderung menghindari aset berisiko, apalagi Presiden Amerika Serikat Donald Trump menambah tarif kepada Tiongkok.

Ia menambahkan indikasi mata uang negara berkembang lainnya seperti rupee India dan rand Afrika Selatan yang melemah terhadap dolar AS dapat menahan sentimen beli terhadap mata uang pasar negara berkembang. "Dari aspek teknis, dolar AS dapat bergerak ke level Rp14.900 per dolar AS," katanya.

Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 35 poin ke Rp14.856 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.821 per dolar AS. "Permintaan dolar AS masih cenderung meningkat seiring dengan kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat dan diikuti data ekonomi yang positif," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.

Ia mengemukakan indeks optimisme usaha kecil di Amerika Serikat naik menjadi 108,8 pada Agustus dari bulan sebelumnya 107,9. Data selanjutnya yang menjadi perhatian pelaku pasar, yakni PPI (Producer Price Index). "Jika rilis data PPI sesuai estimasi, maka kenaikan dolar AS berpotensi berlanjut terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah" katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, Presiden AS Donald Trump yang menegaskan mengenakan tarif tambahan pada barang asal Tiongkok senilai 267 miliar dolar AS, di luar dari rencana tarif pada barang senilai 200 miliar dolar AS masih membuat kekhawatiran pelaku pasar. "Faktor itu membuat pelaku pasar 'wait and see' dan cenderung menahan dananya untuk masuk ke pasar negara berkembang," katanya.

BERITA TERKAIT

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…

BERITA LAINNYA DI Jasa Keuangan

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat

Pembiayaan Tumbuh Positif, Aset Bank Muamalat Meningkat NERACA Jakarta – PT Bank Muamalat Indonesia Tbk mencatatkan total aset bank only…

TASPEN Bagikan Ribuan Paket Sembako Melalui Kegiatan Pasar Murah dan Bazar UMKM

TASPEN Bagikan 1.000 Paket Sembako NERACA Jakarta - Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai Negeri (Persero) atau TASPEN berkomitmen untuk terus…

LinkAja Raih Pendanaan Strategis dari Mitsui

  NERACA Jakarta – LinkAja meraih pendanaan investasi strategis dari Mitsui & Co., Ltd. (Mitsui) dalam rangka untuk saling memperkuat…