Dampak Pelemahan Rupiah - Sektor Konsumer Dinilai Cukup Tahan Uji

NERACA

Jakarta - PT Bahana Sekuritas menilai perusahaan sektor konsumer cukup tahan uji dalam menghadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Analis Bahana Sekuritas, Deidy Wijaya dalam kajiannya menyampaikan pelemahan yang terjadi secara gradual membuat perusahaan memiliki waktu untuk melakukan penyesuaian harga secara perlahan,”Meski demikian, tidak dipungkiri ada beberapa perusahaan konsumer yang mengalami tekanan,"ujarnya di Jakarta, kemarin.

Menurut dia, terdapat tiga hal mendasar yang bisa dicermati dalam melihat fleksibilitas perusahaan dalam menyesuaikan harga barang yakni apakah barang tersebut adalah bahan kebutuhan utama, tingkat persaingan dan tersedianya barang penganti atau "substitute goods" di pasar, serta tingkat harga barang.

Deidy memaparkan, PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP), dan PT Mayora Indah adalah tiga perusahaan yang paling "resilient" terhadap pelemahan rupiah. Dirinya menjelaskan, GGRM dan HMSP memiliki bahan baku mayoritas dari dalam negeri. Sedangkan MYOR, meskipun sebagian besar bahan baku terpengaruh dengan depresiasi rupiah, namun perusahaan makanan itu juga memiliki penjualan ekspor.”Beban biaya dalam dolar AS bisa di-'offset' dengan pendapatan dolar yang dihasilkan," katanya.

Sementara itu, Deidy juga menyampaikan bahwa terdapat tiga perusahaan yang sensitif terhadap pelemahan rupiah yakni PT Erajaya Swasembada (ERAA), PT Mitra Adiperkasa (MAPI), dan PT Ace Hardware (ACES). Dirinya menilai, masalah yang dihadapi ketiga perusahaan itu yakni karena porsi impor yang cukup besar serta tidak memiliki banyak ruang untuk memotong belanja operasional.”Kemampuan perusahan untuk menaikkan harga cukup terbatas, sehingga akan berpengaruh terhadap permintaan," katanya.

Di tempat terpisah, Helen Tanzil, Sekretaris Perusahaan ACES mengungkapkan, kebijakan pemerintah yang menaikkan tarif Pajak Penghasilan (PPh) impor yang naik dari 2,5% menjadi 10% tidak membuat kinerja perseroan terpengaruh.”Sejak awal produk-produk ACES sudah dikenakan PPh impor, jadi kenaikan PPh impor tidak berpengaruh signifikan bagi perusahaan sehingga tidak berpengaruh bagi ekspansi dan investasi ke depannya,"ungkapnya.

Helen menambahkan, lantaran kenaikan PPh impor tak berpengaruh signifikan bagi ACES, maka tidak ada perubahan proyeksi kinerja untuk tahun 2018 ini. Hingga akhir tahun ini ACES menargetkan  penjualan sebesar Rp 6,8 triliun atau naik 15% dari Rp 5,9 triliun pada akhir tahun lalu. Sementara itu, laba bersih diharapkan naik 16% menjadi Rp 900 miliar dari Rp 777,7 miliar pada akhir 2017.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…