Gejolak Nilai Tukar Rupiah - Mark Dynamic Menuai Berkah Selisih Kurs

NERACA

Jakarta - Terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memberikan dampak bisnis sebagian pelaku usaha karena membengkaknya biaya operasional yang kebutuhan bahan pokoknya berasal dari impor. Hal inipula yang dirasakan PT Mark Dynamics Indonesia Tbk (MARK), namun demikian perseroan tetap optimistis dapat memenuhi target kinerja yang ditetapkan.

Presiden Direktur MARK, Ridwan menyatakan bahwa kinerja perseroan tetap pada pertumbuhan yang ditetapkan, meskipun volatilitas rupiah cukup tajam dalam beberapa bulan terakhir.”Meskipun sebagian besar komponen biaya berdenominasi dolar AS, penjualan kami mayoritas untuk pasar ekspor. Sehingga kami malah mendapat berkah dari hal ini," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Ridwan menjelaskan, perseroan saat ini memiliki struktur biaya produksi dengan komponen impor yang tinggi, dengan kisaran sekitar 50% dari total biaya untuk bahan baku. “Meski sebagian besar komponen biaya kami berdenominasi dolar, penjualan kami mayoritas untuk pasar ekspor sehingga kami membukukan pendapatan yang lebih tinggi dari selisih kurs,” ungkapnya.

Saat ini, porsi ekspor MARK mencapai 90% dari total penjualan perseroan. Dimana komposisi ekspor yang sangat dominan tersebut menjadi skema natural hedging bagi perseroan sehingga mampu mempertahankan struktur biaya rendah. Adapun, produsen catakan sarung tangan karet nasional ini menargetkan pendapatan sepanjang tahun ini dapat mencapai Rp310,5 miliar. Hingga semester I/2018, perseroan sudah mengantongi Rp155,45 miliar atau mencapai 50,1% dari target pendapatan perseroan sepanjang 2018.

Sementara itu, perseroan menargetkan laba bersih setelah pajak dapat mencapai Rp72 miliar pada 2018. Hingga semester I/2018, perseroan pun sudah meraup Rp36,54 miliar, atau sekitar 50% dari total target laba bersih 2018. Berdasarkan catatan perseroan, saat rupiah sempat melemah pada 2017 lalu, kinerja perseroan cenderung tidak terpengaruh bahkan tetap membukukan kenaikan. “Dengan nilai tukar rupiah sempat menyentuh Rp15.000, kami optimistis target 2018 tetap dapat tercapai,” kata Ridwan.

Ridwan menjelaskan, perseroan juga menjaga pengelolaan utang tetap pada level sesuai, terutama yang berdenominasi dolar. Rasio perputaran utang tercatat masih lebih besar dibanding rasio perputaran piutang. Rasio perputaran utang pada 2016 sebesar 25,6 dan 9,7 pada 2017 , sedangkan rasio perputaran piutang pada 20 1 6 sebes ar 4 ,8 dan 4,2 pada 2017.

Perseroan juga memiliki pinjaman bank dalam mata uang dolar yang ditujukan untuk membiayai modal kerja dengan rasio terhadap modal yang masih rendah yaitu sebesar 0,16 pada 2017, sehingga perseroan masih dapat meminimalisasi dampak fluktuasi nilai tukar dolar.

 

 

BERITA TERKAIT

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Optimis Pertumbuhan Bisnis - SCNP Pacu Penjualan Alkes dan Perluas Kemitraan OEM

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnis lebih agresif lagi di tahun ini, PT Selaras Citra Nusantara Perkasa Tbk. (SCNP) akan…

Astragraphia Tetapkan Pembagian Dividen 45%

NERACA Jakarta -Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) memutuskan untuk membagikaan dividen sebesar Rp34 per…

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta - Indeks harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (23/4) sore ditutup naik mengikuti penguatan…