Redam Gejolak IHSG - OJK Menilai Belum Perlu Intervensi Pasar

NERACA

Jakarta – Melorotnya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS memberikan efek terhadap performance kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Namun demikian, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai belum memberikan langkah khusus untuk meredam fluktuasi IHSG di pasar modal.

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Hoesen mengatakan, OJK belum akan memberikan insentif apapun terhadap pasar modal saat ini seperti buyback tanpa RUPS ataupun menurunkan minimal batas bawah saham. “Protokol tersebut akan dilakukan apabila memang sudah waktunya intervensi dilakukan,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Disampaikanya, OJK tidak akan melakukan intervensi terlalu dini dengan pelbagai pertimbangan. Oleh karena itu, saat ini OJK juga akan melakukan pembicaraan dengan para pelaku besar dan meyakinkan masyarakat mengenai investasi di pasar modal. Pihak OJK menegaskan, saat ini fundamental ekonomi Indonesia masih kuat. Sehingga, penurunan pasar belum saatnya dikuatirkan, tetapi justru saat untuk masuk ke pasar modal karena valuasi saham sudah murah. “Panik itu kalau going concern, hukum dan finansial bermasalah," jelasnya.

Sementara Direktur Bursa Efek Indonesia, Laksono Widodo mengatakan, penurunan indeks saat ini sepenuhnya berasal dari sentimen yang berasal dari luar negeri. Secara fundamental, sesungguhnya tak ada masalah.”Di saat terakhir investor domestik masuk, memang jadi siklus seperti itu dan terpengaruh sentimen dari luar," paparnya

Laksono menjelaskan, sebenarnya apa yang sudah dilakukan oleh pemerintah sudah masuk akal seperti pembatasan impor untuk menjaga rupiah. Laksono berharap, hal tersebut bisa memperbaiki kondisi pasar saat ini. Pihak BEI sendiri memastikan investor asing masih percaya dengan kondisi perekonomian di Indonesia di tengah pelemahan mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS). Sisi positif yang bisa dilihat, yaitu meski ekonomi dalam negeri melemah, investor asing masih masuk..

BEI mencatatkan rata-rata transaksi harian di kisaran Rp6-7 triliun. Dimana 51% di antaranya merupakan transaksi investor dalam negeri, sedangkan sisanya adalah investor asing. Sebelumnya, ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira pernah bilang, kejatuhan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan ekonom bakal terus berlanjut hingga tahun 2019, mendatang. Pasalnya, tren kenaikan suku bunga Amerika Serikat alias Fed rate bakal masih terus terjadi.”Tahun 2019 harus diwaspadai kebijakan bunga acuan Fed yang akan naik 3 kali lagi. Kondisi ini bisa memicu pelemahan kurs lebih dalam," ujarnya.

Lebih lanjut Ia mengkritisi kinerja perdagangan Indonesia yang kurang optimal, dimana hal itu bisa menimbulkan kekahwatiran pada investor asing. Indonesia diyakini harus memperbaiki neraca eksternal seperti defisit transaksi berjalan atau CAD”Dari dalam negeri kinerja perdagangan kurang optimal. Neraca perdagangan terus mengalami defisit. Ini berimbas juga pada defisit transaksi berjalan yang menembus 3% pada triwulan II 2018. Investor asing juga melepas kepemilikan surat utangnya. Yield spread antara SBN 10 th dan Treasury bond melebar," jelasnya.

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…