Pasar Diminta Tidak Panic Selling - Yakinkan Investor Masih Jauh Dari Krisis

NERACA

Jakarta – Tren indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) terus tertekan seiring sentimen negatif terkoreksinya nilai tukar rupiah terhadap dollar AS. Pelemahan indeks BEI ini mendorong beberapa pelaku pasar melakukan aksi jual, sehingga memberikan kepanikan terhadap investor lainnya.

Melihat kondisi tersebut, pihak BEI ikut bereaksi untuk menjaga stabilitas pasar modal dari rasa kekhawatiran investor. Rencananya, kata Direktur Utama BEI, pihaknya akan mengadakan temu muka bersama dengan para pelaku pasar untuk menjelaskan kondisi perekonomian Indonesia saat ini. Pasalnya, ditengah fundamental ekonomi Indonesia yang baik, namun investor beramai-ramai meninggalkan pasar saham. “Dalam pertemuan tersebut akan ditekankan bahwa ekonomi Indonesia saat ini jauh berbeda dengan kondisi negara-negara yang sedang mengalami krisis,”ujarnya di Jakarta, kemarin.

Diakuinya, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS ini akan berlanjut akibat faktor eksternal seperti pelemahan mata uang Argentina, Brazil dan Lira. Buntut dari pengaruh eksternal tersebut, kata Inarno juga menekan IHSG. Meski demikian, dirinya meyakinkan bahwa kondisi perekonomian Indonesia saat ini masih bisa dibilang bagus dan sangat jauh dari krisis tahun sebelumnya.

Sebelumnya, Direktur Perdagangan dan Pengaturan BEI, Laksono Widodo pernah bilang, fundamental pasar modal masih positif dan hal tersebut terlihat dari kinerja emiten yang tumbuh positif.”Kalau kami lihat, laporan keuangan perusahaan publik periode Juni semua menunjukkan perbaikan dan itu juga menunjukkan fundamental ekonomi Indonesia yang bagus," tegasnya.

Dirinya menambahkan bahwa posisi IHSG yang hampir menyentuh level 6.000 poin juga merupakan salah satu indikator positif bagi perekonomian nasional. Sementara ekonom PT Bahana Sekuritas, Satria Sambijantoro dalam risetnya mengungkapkan, nilai tukar rupiah berpotensi stabil pada Rp 15.000-Rp 15.200 per dolar Amerika Serikat (AS) dalam beberapa bulan ke depan. Prediksi tersebut belum memperhitungkan adanya potensi koreksi lanjutan sebelum akhir tahun karena faktor eksternal.”Dalam beberapa bulan, kita lihat rupiah berpotensi stabil di Rp 15.000-Rp 15.200/US$ tanpa memperhitungkan adanya potensi koreksi lanjutan sebelum akhir tahun karena faktor eksternal."ujarnya.

Disampaikannya, depresiasi tajam rupiah dalam beberapa hari terakhir kemungkinan merupakan cerminan dari kurangnya pasokan dolar AS di pasar domestik, dan pelaku bisnis tertekan potensi adanya depresiasi lanjutan. Meskipun demikian, tim riset Bahana Sekuritas meyakini ketakutan pebisnis akan reda begitu rupiah mencapai level psikologis Rp 15.000, posisi yang sangat atraktif bagi eksportir untuk mulai menukar dolar AS milik mereka dan menukarkannya dengan aset berdenominasi rupiah. (bani)

 

BERITA TERKAIT

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Metropolitan Land Raih Marketing Sales Rp438 Miliar

NERACA Jakarta – Emiten properti, PT Metropolitan Land Tbk (MTLA) atau Metland membukukan marketing sales hingga kuartal I-2024 sebesar Rp…

Hartadinata Tebar Dividen Final Rp15 Per Saham

Rapat umum pemegang saham tahunan (RUPST) PT Hartadinata Abadi Tbk. (HRTA) akan memberikan dividen final tahun buku 2023 sebesar Rp15…

Kenaikan BI-Rate Positif Bagi Pasar Modal

NERACA Jakarta  - Ekonom keuangan dan praktisi pasar modal, Hans Kwee menyampaikan kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) atau BI-Rate…