Terobosan AirNav Indonesia - Menjawab Layanan Navigasi Efisien, Efektif dan Selamat

Kala itu landasan bandara sudah sudah terlihat dan dari ruang kokpit sang pilot sudah memberitahukan kepada penumpang bahwa dalam waktu dekat, pesawat akan segera landing di bandar udara Internasional Ngurah Rai, Denpasar. Ketinggian pesawatpun sudah diturunkan, namun selang beberapa menit suara sang pilot dari ruang kokpit pesawat kembali memberitahukan penumpang, pesawat tidak bisa landing karena otoritas navigasi belum memberikan izin karena alasan ada pesawat kenegaraan yang siap take off. “Ya saat itu, ada kunjungan raja Arab Saudi yang berlibur ke Bali,”ujar Iwan (30) menceritakan pengalaman pahitnya harus berputar-putar di udara sambil menunggu pesawat raja Arab take off.

Mendengar informasi tersebut, kata Iwan, sontak aja sebagian penumpang mulai gelisah karena sejatinya jadwal kedatangan harus sesuai jadwal harus molor atau delay dan begitu juga sebaliknya, penumpang yang berangkat jadi terganggu. Pengalaman yang sama juga disampaikan Santi (27),  pesawat tujuan Yogyakarta yang ditumpanginya malam hari mendadak jauh dari lampu –lampu terang runway bandara yang menuntut pesawat untuk landing.

Pegawai salah satu perusahaan bank swasta ternama ini, mengaku jengkel ketika pesawat yang ditumpangi berputar-putar di atas bandar udara Internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta. Selama 90 menit, dia dan penumpang lain tak memperoleh penjelasan memuaskan. Mereka mulai harap-harap cemas menanti kapan roda pesawat menyentuh landasan pacu, setelah beberapa jam sebelumnya terbang dari bandar udara Internasional Soekarno-Hatta, di Cengkareng, Banten.”Selama 1,5 jam kami berputar-putar menunggu landing. Alasannya menurut saya tidak bermutu, masak karena cuaca dan latihan militer. Soalnya penerbangan lain mengalami hal sama. Bahkan ada yang lebih lama, sampai dua jam berputar saja di udara," ceritanya.

Diakuinya kondisi terbang berputar dengan berbagai alasan, termasuk antre turun karena bandara padat, hampir dirasakan Santi disemua maskapai penerbangan baik yang full service ataupun low cost carrier. Disampaikannya, dirinya, dibawa berputar-putar di udara menjadi sesuatu yang menjengkelkan apalagi tanpa ada penjelasan yang memadai. “Waktu kita terbuang habis, padahal naik pesawat sejatinya bisa lebih menghemat waktu.”ungkapnya.

Kata Santi, diajak pesawat berputar-putar menjadi sangat resah dan apalagi mereka penumpang yang sedang hamil akan lebih cemas lagi dengan pikiran yang tidak-tidak. Keluh kesah yang dirasakan Iwan dan Santi, merupakan bagian kecil dari sebagian penumpang pesawat akibat padatnya penerbangan di Indonesia. Tidak mau disalahkan, mereka para pilot dan maskapai penerbangan pun juga mengeluhkan hal yang sama karena menyita waktu dan yang pasti boros akan bahan bakar pesawat bila harus berputar-putar di udara. Alhasil kondisi ini, menjadi kambing hitam tidak becusnya peran Perum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan Indonesia (Perum LPPNPI) atau lebih dikenal dengan AirNav Indonesia dalam mengatur layanan navigasi penerbangan.

Perlu dipahami, bahwa kelancaran dan efisiensi kegiatan operasi penerbangan tidak hanya dipengaruhi oleh pelayanan navigasi penerbangan, tetapi juga faktor – faktor lain seperti kapasitas runway, konfigurasi taxiway, kapasitas apron juga fasilitas penunjang lainnya. Pesatnya pertumbuhan pergerakan lalu lintas penerbangan pada kenyataannya juga kurang diimbangi oleh ketersediaan infrastruktur bandara sebagai tempat melayani kegiatan lalu lintas pesawat penerbangan dan penumpang. Ketidak-seimbangan kondisi tersebut seringkali mengakibatkan terganggunya operasional penerbangan yang berujung pada terjadinya penundaan penerbangan, pembatalan penerbangan dan penumpukan penumpang di ruang terminal bandara, hingga permasalahan berupa adanya maskapai yang berebut terbang saat “golden time”, baik saat pagi maupun pada sore hari.

 

Kolaborasi dengan AP II

 

Direktur Utama PT Angkasa Pura II, M Awaludin mengakui, penerbangan pesawat Indonesia terus tumbuh dan bahkan sudah kelebihan daya tampung atau over capacity. Disampaikannya, bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang akan mengalami kelebihan daya tampung baik penumpang maupun penerbangan pada 2025. Over capacity tersebut, lanjutnya, terjadi menyusul sepanjang 2017, jumlah penumpang di bandara Soetta mencapai 63,015,620 jiwa. Angka tersebut naik 8% jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebelumnya hanya mencapai 58,195,484 penumpang.

Senada dengan jumlah penumpang, total pergerakan pesawat pada tahun 2017 pun mengalami kenaikan drastis mencapai 8% jika dibandingkan 2016. Dari sebelumnya 413,781 pergerakan, menjadi 447,390 pergerakan.”Di tahun 2025 kita kalkulasi akan menembus 100 juta penumpang. Itu sudah dengan Terminal 4, karena kita akan tambah dan runway 3. Ini sudah maksimal," ujar Awaludin.

Di tahun 2017, kata Awaludin, bandara Soetta sudah masuk dalam kategori bandara yang terpadat nomor 7 di dunia dan nomor 1 di tingkat Asia Pasifik. Hal tersebut disebabkan traffic penerbangan yang sangat tinggi. "Kalau kita lihat 30 tahun lalu saat Soetta baru dibangun, masih belum ada apa-apa. Tapi sekarang tahun 2017, setiap harinya Bandara Soetta ada sekitar 1.300 penerbangan baik take off dan landing. Ini tidak terbayangkan sebelumnya," ungkapnya.

Maka mensiasati kepadatan tersebut, PT Angkasa Pura (AP) II terus berbenah infrastruktur dengan berupaya menyelesaikan proyek landasan ketiga sesuai target, yaitu pada 2019. Dapat dipastikan, beroperasinya landasan ketiga dapat meningkatkan frekuensi lalu lintas pesawat hingga 114 pergerakan per jam dan masalah antrean pesawat akan teratasi. 

Vice President Corporate Communication PT Angkasa Pura (AP) II, Yado Yarismano mengatakan, pesatnya peningkatan lalu lintas penerbangan berpotensi menimbulkan beberapa masalah, di antaranya rendahnya on time performance (OTP) maskapai, kurang efektifnya pergerakan pesawat di airside, dan juga kurang optimalnya penggunaan slot penerbangan. Karena itu, pihaknya bergegas merampungkan transisi manajemen operasi bandara dengan pendekatan teknologi, yaitu menyelesaikan proyek Airport Operation Control Center (AOCC) serta melakukan peningkatan kapasitas airside dengan membangun east cross taxyway (ECT) serta landasan ketiga. Apabila pembangunan ECT selesai maka diperkirakan pergerakan pesawat di Bandara Soekarno-Hatta bisa mencapai 86 per jam. 

Sementara AirNav juga melakukan pembenahan layanan navigasi berupa harmonisasi antara efisiensi, efektifitas dengan tetap menjaga dan meningkatkan standard keselamatan serta kualitas pelayanan. Tentunya dengan standar tersebut, diharapkan bisa mampu menurunkan rasio serius insiden, mengeliminasi dan mitigasi hazards yang dapat membahayakan keselamatan penerbangan. Kata Direktur Utama Airnav Indonesia, Novie Riyanto, salah satu akselerasi layanan navigasi penerbangan seiring dengan pesatnya industri penerbangan dalam negeri ialah melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan navigasi penerbangan.”Ini merupakan langkah untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi penyelenggara pelayanan navigasi terbaik di Asia Tenggara,”ujarnya.

Peralatan navigasi penerbangan terdiri dari peralatan communication, navigation, surveillance, danautomation (CNS-A). Sejak 2013, yang jumlah peralatan CNS-A yang dimiliki Airnav Indonesia terus meningkat. Pada 2013, jumlah peralatan CNS-A adalah 1.432 set, kemudian meningkat pada 2014 menjadi 1.530 set, kembali bertambah pada 2015 menjadi 1.707 set, dan pada 2016 menjadi 1.879 set.

Novie mengungkapkan, seluruh investasi peralatan navigasi penerbangan tersebut telah sejalan dengan program pengembangan bandar udara, upaya peningkatan konektivitas ke wilayah terpencil Indonesia, dukungan terhadap program peningkatan sektor pariwisata, serta yang tak kalah pentingnya ialah peningkatan terhadap kualitas layanan navigasi penerbangan yang mengutamakan keselamatan dan efisiensi.”Salah satu inovasi yang telah diterapkan melalui program investasi ini ialah implementasi prosedur performance-based navigation (PBN) yang berdampak terhadap peningkatan kapasitas ruang udara, peningkatan keselamatan dan efisiensi penggunaan bahan bakar pesawat," ucap Novie.

Gayungpun bersambut, terobosan dalam pengembangan SDM dan investasi alat dalam menunjang kinerja AirNav untuk peningkatan kapasitas penerbangan mendapatkan dukungan dari Kementerian Perhubungan. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Agus Santoso mengatakan, peningkatan kapasitas pergerakan pesawat di Soekarno-Hatta dibutuhkan mengingat pertumbuhan angkutan udara dan posisi bandara Soekarno-Hatta yang merupakan hub utama penerbangan domestik.”Sejak AirNav beroperasi sampai saat ini, kapasitas pergerakan di Soekarno-Hatta meningkat dan mendukung pertumbuhan angkutan udara. AP II (Angkasa Pura II) bangun T3 (Terminal 3) untuk kapasitas penumpang, sedangkan AirNav meningkatkan kapasitas pergerakan pesawat," ujarnya.

 

 

 

 

BERITA TERKAIT

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Sentimen Bursa Asia Bawa IHSG Ke Zona Hijau

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (18/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Anggarkan Capex Rp84 Miliar - MCAS Pacu Pertumbuhan Kendaraan Listrik

NERACA Jakarta – Kejar pertumbuhan bisnisnya, PT M Cash Integrasi Tbk (MCAS) akan memperkuat pasar kendaraan listrik (electric vehicle/EV), bisnis…

Sektor Perbankan Dominasi Pasar Penerbitan Obligasi

NERACA Jakarta -Industri keuangan, seperti sektor perbankan masih akan mendominasi pasar penerbitan obligasi korporasi tahun ini. Hal tersebut disampaikan Kepala…