Bonus dan Prestasi

 

Oleh: Dr. Edy Purwo Saputro, MSi

Dosen Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Solo

Secara teoritis, bonus dan prestasi adalah saling terkait karena prestasi membutuhkan bonus untuk memacu spirit kerja lebih baik lagi sementara bonus adalah pencapaian yang harus didapat ketika berhasil mencapai target tertentu. Tidak hanya di ekonomi, bahwa bonus dan prestasi juga berlaku secara universal, termasuk juga di olah raga dan hal ini bisa terlihat dari prestasi Asian Games ke-18 yang berlangsung pada 18 Agustus - 2 September 2018. Sukses pembukaan dan penutupan Asian Games memberikan suatu gambaran betapa di tengah keterpurukan rupiah dan ancaman perang dagang, ternyata Indonesia mampu menjadi tuan rumah ajang bergengsi di level Asia yaitu Asian Games.

Setali tiga uang dengan prestasi yang dicapai menjadi 5 besar maka pemerintah serius menjanjikan bonus. Bahkan, Menpora Imam Nahrawi menegaskan akan secepatnya bisa mencairkan bonus untuk para atlet yang telah mengharumkan nama bangsa Indonesia di level Asia. Paling tidak, penegasan Menpora adalah tindaklanjut dari instruksi Presiden Jokowi agar bonus atlet secepatnya dicairkan. Di satu sisi, percepatan pencairan bonus bagi para atlet adalah bagian dari komitmen pemerintah terhadap prestasi para atlet di semua cabor. Tidak bisa dipungkiri bahwa para atlet juga menjadi pahlawan karena bisa mengharumkan nama bangsa terutama ditengah persaingan yang sangat ketat. Artinya, prestasi adalah rangkaian dari proses panjang pembinaan dan latihan dari hulu ke hilir.

Di sisi lain, semua cabor memiliki peluang yang sama untuk mendulang medali, meski diakui ada tingkat persaingan yang berbeda antar cabor. Paling tidak, hal ini terlihat dari cabor bulutangkis yang sangat ketat dan generasi Liem Swie King dan Rudi Hartono memang telah lewat, begitu juga generasi Icuk, Haryanto Arbi dan Taufik Hidayat dan kini tergantikan dengan generasi Ginting dan Jo Jo. Meski demikian, cabor pencak silat memang luar biasa karena mampu mendulang banyak medali bagi Indonesia. Terkait ini maka pemerintah melalui kementerian olah raga perlu memetakan sejumlah cabor agar ke depan prestasi olah raga nasional bisa lebih baik lagi. Artinya, perlu identifikasi dari sejumlah cabor agar ada perlakuan dan pembinaan yang berbeda dari setiap cabornya.

Komitmen terhadap pemetaan tersebut tentu harus juga didukung dengan alokasi dana pembinaan dan pelatihan yang tidak kecil. Kisah Zuhri menjadi teladan bagi Indonesia bahwa dengan model pembinaan yang sederhana ternyata mampu berprestasi di level dunia, maka pembinaan secara lebih profesional diharapkan mampu melahirkan lebih banyak lagi atlet di level internasional di berbagai cabor. Memang ini tidak mudah dan tidak ada kata terlambat untuk segera memulainya. Oleh karena itu, momen pasca Asian Games menjadi sangat tepat untuk melakukan pemetaan demi pembinaan semua cabor secara sistematis dan berkelanjutan. Selain itu, bertepatan dengan tahun politik maka ini adalah langkah strategis untuk mencari simpati publik melalui bidang olah raga.

Pemerintah memang berkepentingan terhadap kemajuan prestasi olah raga semua cabor demi peningkatan prestasi olah raga. Pencarian bibit-bibit atlet bisa dimulai dari sistem penjaringan secara profesional atau amatir, baik di tingkat RT-RW atau daerah dan juga nasional. Sistem berjenjang dari penjaringan itu sendiri bisa menjadi tolak ukur terhadap kemampuan persaingan antar atlet sehingga beralasan jika kemudian ada atlet lokal, nasional dan internasional.

Meskipun demikian, jangan sampai terjadi pembajakan antar atlet hanya demi prestasi yang sifatnya sesaat, terutama untuk ajang porda di daerah. Oleh karena itu, pasca Asian Games pemerintah perlu lebih memperhatikan juga nasib para atlet ketika mereka tidak bisa lagi berprestasi atau pensiun karena bagaimanapun juga mereka pernah juga berprestasi. Siapa kita? Indonesia. Selamat ….

BERITA TERKAIT

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…

BERITA LAINNYA DI

Dunia Kepelautan Filipina

  Oleh: Siswanto Rusdi Direktur The National Maritime Institute (Namarin)   Dunia kepelautan Filipina Tengah “berguncang”. Awal ceritanya dimulai dari…

Dilemanya LK Mikro

Oleh: Agus Yuliawan Pemerhati Ekonomi Syariah Kehadiran lembaga keuangan (LK) mikro atau lembaga keuangan mikro syariah (LKM/LKMS) dipandang sangat strategis.…

Antisipasi Kebijakan Ekonomi & Politik dalam Perang Iran -Israel

    Oleh: Prof. Dr. Didik Rachbini Guru Besar Ilmu Ekonomi, Ekonom Pendiri Indef   Serangan mengejutkan dari Iran sebagai…