Tekan Jumlah Saham Bergerak Liar - BEI Kaji Kembali Aturan Suspensi Saham UMA

NERACA

Jakarta – Mempertimbangkan dampaknya yang luas bagi investor, PT Bursa Efek Indonesia (BEI) masih melakukan peninjauan kembali terkait aturan suspensi untuk saham-saham yang tingkat pergerakan sahamnya sangat signfikan. Aturan ini juga sebagai dasar suspensi bagi saham yang masuk kategori unusual market activity (UMA).

Inarno Djayadi, Direktur Utama BEI mengatakan, memang kecenderungan saham yang masuk dalam kategori tersebut adalah saham-saham baru dan saham dengan kapitalisasi atau free float saham yang kecil. “Tujuannya ini memang untuk cooling down dahulu. Kami masih review kira-kira aturannya masih sesuai atau tidak,” ujarnya di Jakarta, kemarin.

Tentu dengan adanya kajian baru terhadap aturan ini agar jumlah saham-saham yang masuk dalam kategori UMA ataupun saham yang disuspensi karena pergerakan saham yang liar dapat berkurang. Sebelumnya, Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan BEI, Kristian Sihar Manullang pernah bilang, saat ini ada persepsi menyimpang di investor, di mana saat saham dinyatakan UMA, investor justru menganggap itu waktu yang tepat untuk melakukan aksi beli. “Justru kita harusnya hati-hati, menahan diri dulu, lebih baik pilih saham lain yang mungkin lebih murah dengan fundamental bagus juga,"kata Kristian.

Biasanya, saham yang terbilang liar dan masuk UMA adalah saham dengan kapitalisasi pasar dan free float kecil. Sebut saja PT MD Pictures Tbk (FILM) yang sudah naik hingga 635% sejak awal listing pada 7 Agustus lalu. Setelah masuk UMA, saham FILM ini dihentikan perdagagannya oleh BEI sejak 21 Agustus 2018.  Kemudian saham baru lainnya adalah PT Andira Agro Tbk (ANDI) yang naik 295% sejak IPO pada 16 Agustus. Terbaru, saham PT Majapahit Inti Corpora Tbk (AKSI) masuk kategori UMA setelah melesat 91,49% dalam sebulan terakhir.

Pihak BEI sendiri sebelumnya telah melaporkan ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tiga saham yang terindikasi sebagai saham gorengan. Ketiganya dinilai memiliki pergerakan indeks perdagangan yang dinilai kurang wajar. Ketiga saham tersebut adalah PT Wicaksanan Overseas International Tbk (WICO), PT Nusa Konstruksi Enjiniring Tbk (DGIK) dan PT Kapuas Prima Coal Tbk (ZINC). Penetapan adanya indikasi saham gorengan atau semu oleh BEI, dilihat dari fix allotment-nya.

Kata analis Binaartha Sekuritas, Muhammad Nafan Aji, investor pemula diminta untuk menghindari jenis saham yang bergerak di luar kebiasaan dibandingkan sebelumnya.”Biasanya, investor pemula akan tergiur masuk ke suatu saham yang harganya tiba-tiba naik. Padahal, bisa saja saham itu sedang 'digoreng' oleh pemodal besar," paparnya.

Dia mengatakan, investor dapat memilih saham berbasis kinerja fundamental, misalnya kinerja keuangannya seperti laba bersih, pendapatan serta return on asset (ROA), dan return on equity (ROE).

 

BERITA TERKAIT

Manfaatkan Aplikasi Travoy - Perjalanan Mudik Makin Terencana, Tenang dan Nyaman

Baru di pacu kecepatan 80 km dalam ruas tol Jagorawi, Toyota Avanza milik Abay (42) akselerasinya tidak lagi agresif. Padahal…

Peduli Bencana Alam di Jawa Timur - Uni Charm Donasikan Produk Higienis Bagi Korban

Bantu meringankan korban bencana gempa bumi di Jawa Timur, PT Uni Charm Indonesia Tbk memberikan donasi kepada salah satu wilayah…

Dampak Konflik Timur Tengah - Laju IHSG Bakal Bergerak Berfluktuasi

NERACA Jakarta – Konflik timur tengah kembali memanas pasca serangan Iran ke Israel. Dimana kondisi ini tentu saja memberikan dampak…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

Manfaatkan Aplikasi Travoy - Perjalanan Mudik Makin Terencana, Tenang dan Nyaman

Baru di pacu kecepatan 80 km dalam ruas tol Jagorawi, Toyota Avanza milik Abay (42) akselerasinya tidak lagi agresif. Padahal…

Peduli Bencana Alam di Jawa Timur - Uni Charm Donasikan Produk Higienis Bagi Korban

Bantu meringankan korban bencana gempa bumi di Jawa Timur, PT Uni Charm Indonesia Tbk memberikan donasi kepada salah satu wilayah…

Dampak Konflik Timur Tengah - Laju IHSG Bakal Bergerak Berfluktuasi

NERACA Jakarta – Konflik timur tengah kembali memanas pasca serangan Iran ke Israel. Dimana kondisi ini tentu saja memberikan dampak…