Transformasi dan Inovasi Airnav - Mamacu Kompetensi Layanan Navigasi Berkelas Dunia

Pesatnya pertumbuhan penerbangan dalam negeri tiap tahunnya menjadi tantangan bagi Perusahaan Umum Lembaga Penyelenggara Pelayanan Navigasi Penerbangan (Perum LPPNPI) atau Airnav Indonesia sebagai garda terdepan pemandu layanan lalu lintas penerbangan agar selamat, teratur dan efisien. Pasalnya, tugas dan tanggung jawab AirNav Indonesia tidaklah ringan mengingat Indonesia memiliki tingkat kebutuhan dan permintaan terhadap jasa transportasi udara yang cukup besar. Indikator pertumbuhan tersebut dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah pergerakan pesawat akibat penambahan jumlah armada, penambahan rute dan jadwal penerbangan secara signifikan.

Airnav Indonesia mencatat pada 2015 jumlah pesawat di Indonesia mencapai 1.260.194 pergerakan dan melonjak menjadi 1.521.278 pergerakan pada 2016. Kemudian pertumbuhan pergerakan pesawat di Indonesia tahun lalu sebesar 8% di atas pertumbuhan regional Asia Pasifik yang sebesar 5,8%. Direktur Utama PT Angkasa Pura II, M Awaludin membenarkan, penerbangan pesawat Indonesia terus tumbuh dan bahkan sudah kelebihan daya tampung atau over capacity. Disampaikannya, bandara Soekarno Hatta (Soetta), Tangerang akan mengalami kelebihan daya tampung baik penumpang maupun penerbangan pada 2025. Over capacity tersebut, lanjutnya, terjadi menyusul sepanjang 2017, jumlah penumpang di bandara Soetta mencapai 63,015,620 jiwa. Angka tersebut naik 8% jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang sebelumnya hanya mencapai 58,195,484 penumpang.

Senada dengan jumlah penumpang, total pergerakan pesawat pada tahun 2017 pun mengalami kenaikan drastis mencapai 8% jika dibandingkan 2016. Dari sebelumnya 413,781 pergerakan, menjadi 447,390 pergerakan.”Di tahun 2025 kita kalkulasi akan menembus 100 juta penumpang. Itu sudah dengan Terminal 4, karena kita akan tambah dan runway 3. Ini sudah maksimal," ujar Awaludin.

Di tahun 2017, kata Awaludin, bandara Soetta sudah masuk dalam kategori bandara yang terpadat nomor 7 di dunia dan nomor 1 di tingkat Asia Pasifik. Hal tersebut disebabkan traffic penerbangan yang sangat tinggi. "Kalau kita lihat 30 tahun lalu saat Soetta baru dibangun, masih belum ada apa-apa. Tapi sekarang tahun 2017, setiap harinya Bandara Soetta ada sekitar 1.300 penerbangan baik take off dan landing. Ini tidak terbayangkan sebelumnya," ungkapnya.

Tidak hanya bandara Soetta yang over capacity, tetapi masih banyak bandara lainnya, seperti bandara Polonia Medan saat beroperasi, bandara Husein Sastranegara Bandung, Bandara Depati Amir Bangka Belitung dan lain-lain. Dibalik pesatnya pertumbuhan penerbangan atau kondisi yang over capacity, tentu saja merepotkan semua pihak. Tengok saja, pilot yang terbang memasuki wilayah Jakarta harus mengantri panjang dalam waktu yang cukup lama saat akan berangkat dan harus holding atau terbang berputar-putar menunggu giliran untuk mendarat saat melakukan pendekatan untuk mendarat ke Bandara Soetta. Sudah tentu, kondisi ini akan membakar bahan bakar lebih banyak, yang berarti biaya operasional membengkak.

Kemudian bagi penumpang, lama perjalanan menjadi tidak menentu karena antrean dapat memakan waktu dari bilangan puluhan menit bahkan sampai bilangan jam yang berarti bisnis terganggu. Sementara bagi crew AirNav Indonesia yang bertugas memberikan layanan, kondisi seperti ini juga sangat memberatkan. Mengatur puluhan pesawat dengan kecepatan tinggi di udara pada waktu bersamaan yang terus bergerak maju dan semuanya ingin mendapatkan pioritas, sungguh suatu kondisi yang menuntut konsentrasi tinggi, ketelitian, serta mental yang kuat.

 

Modernisasi Peralatan

 

Maka menjawab tuntutan layanan navigasi penerbangan yang efektif dan efisien, Airnav Indonesia terus berbenah diri dengan tetap menjaga dan meningkatkan standard keselamatan serta kualitas pelayanan navigasi penerbangan. Direktur Utama Airnav Indonesia, Novie Riyanto mengatakan, salah satu akselerasi navigasi penerbangan seiring dengan pesatnya industri penerbangan dalam negeri ialah melakukan peremajaan dan modernisasi peralatan navigasi penerbangan.”Ini merupakan langkah untuk mewujudkan visi perusahaan menjadi penyelenggara pelayanan navigasi terbaik di Asia Tenggara,”ujarnya.

Peralatan navigasi penerbangan terdiri dari peralatan communication, navigation, surveillance, danautomation (CNS-A). Sejak 2013, yang jumlah peralatan CNS-A yang dimiliki Airnav Indonesia terus meningkat. Pada 2013, jumlah peralatan CNS-A adalah 1.432 set, kemudian meningkat pada 2014 menjadi 1.530 set, kembali bertambah pada 2015 menjadi 1.707 set, dan pada 2016 menjadi 1.879 set.

Novie mengungkapkan, seluruh investasi peralatan navigasi penerbangan tersebut telah sejalan dengan program pengembangan bandar udara, upaya peningkatan konektivitas ke wilayah terpencil Indonesia, dukungan terhadap program peningkatan sektor pariwisata, serta yang tak kalah pentingnya ialah peningkatan terhadap kualitas layanan navigasi penerbangan yang mengutamakan keselamatan dan efisiensi.”Salah satu inovasi yang telah diterapkan melalui program investasi ini ialah implementasi prosedur performance-based navigation (PBN) yang berdampak terhadap peningkatan kapasitas ruang udara, peningkatan keselamatan dan efisiensi penggunaan bahan bakar pesawat," ucap Novie.

PBN ialah prosedur penerbangan dengan bantuan sistem dan teknologi mutakhir yang memungkinkan jarak separasi antara satu pesawat dan pesawat lainnya menjadi lebih dekat sehingga kapasitas ruang udara meningkat. Selain itu, penggunaan teknologi berbasis satelit, automatic dependent surveillance-broadcast (ADS-B) juga semakin gencar dilakukan sehingga area surveillance dapat diperluas terutama untuk daerah-daerah dengan kondisi geografis berbukit seperti Papua."Tahun ini, kami akan mengimplementasikan penggunan ADS-B untuk penerbangan di bawah flight level 29 ribu sehingga jangkauan sistem berbasis satelit untuk pesawat-pesawat yang memiliki transponder dapat diperluas," tutur Novie.

Masih dalam rangka meningkatkan layanan navigasi dan kompetensi navigasi berkelas dunia, Airnav tahun ini menggelontorkan investasi Rp2,6 triliun untuk pengembangan sarana dan prasarana air traffic control (ATC) di seluruh bandra di Indonesia. Angka ini meningkat 20% dari tahun sebelumnya Rp2,2 triliun. Selain itu, pihaknya telah melakukan berbagai program pelatihan untuk meningkatkan kompetensi ATC. Mulai dari mengadakan kursus untuk meningkatkan kemampuan bahasa Inggris sehingga mencapai level 4, sampai mengirim ATC untuk belajar ke luar negeri. "Sejak 2015 setiap tahun kami mengirimkan ATC untuk belajar di London dan Perancis bekerjasama dengan lembaga kelas dunia. Kami juga membuat kursus singkat di Indonesia dengan mendatangkan pengajar-pengajar dari negara maju," jelas Novie.

Selain itu, untuk menambah pengalaman dan wawasan ATC, AirNav juga bekerjasama dengan operator navigasi di negara lain untuk melakukan pertukaran ATC. "Jadi ATC Australia mengontrol di Indonesia, ATC kita juga ke Australia mengontrol di sana. Sejauh ini banyak apresiasi dari luar terhadap kualitas ATC kita," papar Novie.

 

BERITA TERKAIT

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…

BERITA LAINNYA DI Bursa Saham

IHSG Melemah di Tengah Penguatan Bursa Asia

NERACA Jakarta – Mengakhiri perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) Rabu (17/4) sore, indeks harga saham gabungan (IHSG) ditutup…

Danai Refinancing - Ricky Putra Globalindo Jual Tanah 53 Hektar

NERACA Jakarta – Perkuat struktur modal guna mendanai ekspansi bisnisnya, emiten produsen pakaian dalam PT Ricky Putra Globalindo Tbk (RICY)…

Libur Ramadan dan Lebaran - Trafik Layanan Data XL Axiata Meningkat 16%

NERACA Jakarta – Sepanjang libur Ramadan dan hari raya Idulfitr 1445 H, PT XL Axiata Tbk (EXC) atau XL Axiata…