Penjualan Produk Online Indonesia Melejit Hingga Rp 910 Triliun

NERACA

Jakarta– Penjualan barang-barang secara online di Indonesia ternyata meningkat pesat. Diharapkan dalam lima tahun ke depan, volume penjualan akan meningkat delapan kali lipat hingga mencapai US$ 65 miliar atau setara Rp 910 triliun, menurut laporan terbaru dari McKinsey & Company berjudul “The digital archipelago: How online commerce is driving Indonesia’s economic development”.

Pertumbuhan ini akan dengan jelas membawa keuntungan finansial bagi ekonomi, meningkatkan kesetaraan sosial dan gender, sembari meningkatkan inklusi keuangan dan pertumbuhan ekonomi di luar pulau Jawa. “Sudah ada berbagai riset mengenai dampak teknologi digital pada ekonomi Indonesia,” ujar Presdir PT McKinsey Indonesia Phillia Wibowo dalam keterangan tertulisnya diterima Neraca, akhir pekan lalu.

Menurut dia, yang kurang hingga saat ini dan yang menjadi fokus laporan kami, adalah dampak pada sektor riil. Riset kami menunjukkan bahwa bukan hanya bagaimana penjualan online meningkat pesat, namun juga bagaimana kondisi ini menguntungkan bagi ekonomi, dan sekaligus mendorong kesetaraan sosial.

Indonesia adalah pasar perdagangan online terbesar di Asia Tenggara, dengan estimasi penjualan senilai sekitar US$ 8 miliar atau setara Rp 112 triliun pada 2017, yang merupakan hanya 5% dari total penjualan ritel. Evolusi perdagangan online di negara-negara lain memperlihatkan bahwa Indonesia saat ini menyerupai Tiongkok pada 2010, dengan penetrasi e-tailing, PDB per kapita, penetrasi internet, pembelanjaan ritel, dan urbanisasi ada di tingkatan yang serupa. Berdasarkan pertumbuhan perdagangan online Tiongkok yang sangat cepat dari 3% pada 2016 meningkat menjadi 16% saat ini, sangat mungkin bagi Indonesia untuk bertumbuh dengan kecepatan yang sama atau bahkan lebih cepat dikarenakan kegemaran masyarakat Indonesia dalam menggunakan ponsel pintar dan media sosial.

Phillia mengatakan, ekspansi perdagangan online di Indonesia membawa berbagai keuntungan bagi ekonomi. Pertama, perdagangan online mendorong konsumsi. Penjualan offline bukan saja bergeser ke platform online; akan tetapi, perdagangan online mendorong penjualan menjadi lebih banyak. Riset McKinsey menunjukkan bahwa sekitar 30% dari perdagangan online – dengan penjualan senilai US$3 miliar (Rp 42 triliun) di 2017, merupakan pembelanjaan tambahan. Proporsi ini kemungkinan akan meningkat menjadi US$22 miliar (Rp 308 triliun) pada 2022 berkat meluasnya perdagangan online ke daerah-daerah dimana ada kebutuhan konsumen yang belum terpenuhi.

Kedua, perdagangan online mendorong ekspor dari Indonesia dengan mempermudah para penjual untuk mencari dan memenuhi permintaan dari luar negeri. Sektor perhiasan di Indonesia sudah menikmati hasilnya, dengan adanya perajin-perajin yang menjual produk mereka ke para pemborong lokal, yang lalu menjual kembali ke peritel luar negeri seperti di Eropa dan Amerika Serikat. “Kami memperkirakan bahwa perdagangan online bisa menghasilkan hingga US$26 miliar (Rp 364 triliun) per tahun dalam bentuk produk ekspor baru di Indonesia pada 2022,” ujarnya.

Ketiga, perdagangan online akan mendorong penciptaan lapangan pekerjaan. Saat ini, perdagangan online menyokong empat juta pekerjaan, yang naik hingga 26 juta pada 2022. Beberapa bentuk pekerjaan akan berpindah dari dunia offline ke online, namun dampak keseluruhan akan positif. Satu hal yang akan sangat penting adalah memastikan bahwa para pekerja mempunyai kemampuan dan dukungan yang diperlukan untuk bertransisi ke pekerjaan baru.

Keempat, dan mungkin yang terpenting, adalah dampak signifikan pertumbuhan perdagangan online pada kesetaraan sosial. Para konsumen di daerah-daerah kecil di luar Jawa tidak hanya mendapatkan pilihan produk yang lebih beragam, namun mereka juga bisa membeli produk-produk tersebut dengan harga lebih murah dibanding sebelumnya.

Di luar pulau Jawa misalnya, harga produk online lebih rendah antara 11-25% dibanding peritel tradisional. Selain itu, perdagangan online mendorong inklusi keuangan.Perdagangan online telah memungkinkan 300.000 pemilik usaha mikro. Terakhir, perdagangan online mendukung kesetaraan gender karena memudahkan perempuan-perempuan untuk berpartisipasi dalam ketenagakerjaan, baik paruh waktu ataupun dari jarak jauh. Kini, usaha yang dimiliki oleh perempuan menyumbang 35% ke penjualan online, dua kali lipat dibandingkan dengan penjualan offline. mohar

BERITA TERKAIT

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…

BERITA LAINNYA DI Berita Utama

MESKI TERJADI KETEGANGAN IRAN-ISRAEL: - Dirjen Migas: Harga BBM Tak Berubah Hingga Juni

Jakarta-Dirjen Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengungkapkan harga bahan bakar minyak (BBM)…

PREDIKSI THE FED: - Tahan Suku Bunga Imbas Serangan Iran

NERACA Jakarta - Ketegangan konflik antara Iran dengan Israel memberikan dampak terhadap gejolak ekonomi global dan termasuk Indonesia. Kondisi ini…

PEMERINTAH ATUR TUGAS KEDINASAN ASN: - Penerapan Kombinasi WFO dan WFH

Jakarta-Pemerintah memutuskan untuk menerapkan pengombinasian tugas kedinasan dari kantor (work from office-WFO) dan tugas kedinasan dari rumah (work from home-WFH)…