Mempersiapkan SDM Hadapi Revolusi Industri 4.0

NERACA

Yogyakarta – Beberapa bulan lalu Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo meminta kepada masyarakat untuk mengambil bagian dalam revolusi industri 4.0 yang sudah dilakukan oleh negara negara maju di berbagai belahan dunia, karena konsep Industri 4.0 sebagai bagian dari upaya meningkatkan daya saing Indonesia di era digital dan pada intinya, jika kita menerapkan industri 4.0 bisa mendapatkan hasil yang maksimal yaitu, peningkatan pendapatan, penghematan biaya serta efisiensi operasional.

Apalagi, Indonesia memiliki modal besar untuk sukses menerapkan industri 4.0. Setidaknya, terdapat dua hal yang mendukung pengembangan industri di era digital, yaitu pasar yang besar dan jumlah sumber daya manusia yang produktif seiring dengan bonus demografi.

Untuk memastikan kesiapan industri nasional dalam revolusi industri 4.0. Akhir pekan kemarin, sejumlah wartawan dari berbagai media nasional berkumpul disalah satu hotel yang ada di kota Yogjakarta untuk mengadakan Workshop Pendalaman Kebijakan Industri dengan Forum Wartawan Industri (Forwin).

Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara mengatakan saat ini pemerintah bersama pemangku kepentingan terkait semakin memperkuat kolaborasi dalam upaya melakukan transformasi ke arah implementasi revolusi industri 4.0 di Indonesia.

“Revolusi industri 4.0 merupakan sebuah lompatan besar di sektor manufaktur, dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi secara penuh. Tidak hanya dalam proses produksi, melainkan juga di seluruh rantai nilai agar meningkatkan kualitas dan efisiensi dalam proses produksi,” kata di Yogyakarta, akhir pekan kemarin.

Kepala BPPI tersebut mengungkapkan banyak negara mulai menata sektor industrinya supaya mampu menopang kegiatan perekonomiannya secara menyeluruh. Jadi, mereka telah menyiapkan diri untuk penerapan revolusi industri 4.0, antara lain melalui konektivitas yang kuat. Oleh karena itu, industri nasional perlu melakukan pembenahan, terutama pada aspek penguasaan teknologi digital yang menjadi kunci utama untuk penentu daya saing dan peningkatan produktivitas di era industri 4.0.

Ngakan juga mengatakan saat ini Kemenperin berencana membentuk Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Industri. Nantinya badan ini akan bertugas dalam meningkatkan kompetensi SDM di sektor industri, terutama untuk menghadapi revolusi industri 4.0. "Memang kita melakukan reorganisai perpresnya (peraturan presiden) sudah turun dan memang itu ada Badan Pengembangan SDM di Kemenperin," kata dia.

Ngakan mengungkapkan Badan Pengembangan SDM Industri ini merupakan reorganisasi yang sebelumnya bernama Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kemenperin. Dengan adanya badan tersebut, maka diharapkan akses SDM akan semakin luas.

"Dan ini kita melihat dari making industri 4.0 peran manusia menjadi sentral dan penting. Maka dari itu tidak sungkan-sungkan Kemenperin merombak dengan mengangkat status Pusdiklat yang ada sekarang menjadi badan," jelasnya.

Di tempat yang sama, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Abdul Rochim mengatakan implementasi industri 4.0 diyakini mampu meningkatkan ekspor makanan dan minuman olahan nasional hingga empat kali lipat, dari target tahun ini sekitar USD12,65 miliar yang akan menjadi sebesar USD50 miliar pada 2025.

“Di dalam roadmap, telah ditetapkan bahwa industri makanan dan minuman merupakan satu dari lima sektor manufaktur kita yang sudah siap dan tengah diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir memasuki era revolusi industri 4.0 di Tanah Air,” ujarnya.

Rochim mengatakan, pihaknya sedang menyusun rencana aksi dan rancangan insentif teknologi terkait implementasi industri 4.0 untuk produsen makanan dan minuman olahan dalam negeri. “Tahun depan, kami akan melaksanakan kegiatan pelatihan ekspor, temu bisnis dan promosi investasi bagi industri agro,” tuturnya.

Sementara di periode tahun 2019-2020, Kemenperin bakal melakukan perbaikan alur aliran material, menetapkan pilot project, dan memfasilitasi bantuan cyber-physical systems dalam rangka penerapan industri 4.0 di sektor penghasil produk makanan dan minuman olahan.

“Jadi, pada 2021, implementasi industri 4.0 diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor produk pertanian serta produk makanan dan minuman olahan, seperti beras, ayam, gula, makanan laut olahan, cokelat, tepung kanji, serta buah dan sayur olahan,” pungkasnya. (iwan)

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…