Ini Tiga Kebijakan Stimulus Bagi Petani Kedelai

NERACA
Jakarta – Tahun 2018 disebut tahun kedelai. Betapa tidak, Kementerian Pertanian tengah berupaya keras untuk menuju swasembada kedelai di tahun ini. Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementan Sumardjo Gatot Irianto mengungkapkan, sejumlah kebijakan publik telah dan akan diimplementasikan untuk menstimulasi minat petani lokal dalam menanam kedelai.

Di tingkat petani, lanjut Gatot, terdapat setidaknya tiga kebijakan utama yang direalisasikan oleh pemerintah. Pertama, pemberian insentif kepada petani dalam bentuk bantuan benih dan saprodi. Kedua, jaminan harga penjualan kedelai di tingkat petani yang menguntungkan. Ketiga, penerima bantuan pemerintah komoditi tanaman pangan (padi dan jagung) diwajibkan menanam kedelai.

Gatot juga menjelaskan, swasembada kedelai bakal direngkuh dengan sejumlah program. “Yakni program bantuan pemerintah seluas 546.586 Ha, pengembangan Desa Mandiri Benih kedelai seluas 2.000 Ha, pengembangan sistem budidaya pola tumpangsari padi gogo-kedelai dan jagung-kedelai seluas 5.000 Ha dan pembinaan swadaya petani seluas 200.000 Ha,” ujar Gatot kepada Neraca, Minggu (2/9).

Untuk penambahan lahan kedelai, Gatot mengungkapkan, pemerintah melakukan optimalisasi pengembangan lahan PATB (Perluasan Areal Tanam Baru) dengan memanfaatkan lahan di bawah tegakan tanaman tahunan, lahan perhutanan sosial, lahan belum diusahakan/terlantar, lahan eks tambang, lahan pekarangan dan lahan rawa. Selain itu, pengembangan teknik rekayasa sistem budidaya tumpangsari padi gogo- kedelai dan jagung-kedelai. Juga, zonasi (pewilayahan) benih kedelai secara nasional untuk mendorong pengembangan industri benih sehingga tidak bergantung dari pulau Jawa.

Menurut dia, proyeksi produksi kedelai berdasarkan renstra 2015-2045 terus meningkat. Dibandingkan dengan angka produksi kedelai 2017 sebanyak 538.728 ton, produksi kedelai 2018 cenderung meningkat. Berdasarkan angka ARAM 2018 prakiraan produksi kedelai mencapai 982.598 ton atau meningkat 82,39% dibanding tahun 2017.

Khusus untuk kebijakan pemerintah mengenai harga kedelai agar menguntungkan petani, Kementan mendorong Bulog membeli kedelai hasil produksi petani dengan mengacu pada Permendag 27 tahun 2017 seharga Rp8.500 per kg. Pemerintah juga mengenakan tarif bea masuk kedelai impor 10-20%, sehingga dapat meningkatkan harga jual kedelai nasional yang saat ini harganya sangat dipengaruhi harga kedelai impor. Saat ini tarif bea masuk kedelai impor 0%.

Regulator melakukan penelitian intensif khususnya pemuliaan kedelai berbiji besar untuk tempe yang selama ini bahan bakunya 80% dari kedelai impor yang berbiji besar. Beberapa varietas yang telah dilepas di antaranya varietas Grobogan, Biosoy 1 dan Biosoy 2.

“Kementan terus berusaha meningkatkan produksi dalam negeri dengan mendorong petani menanam kedelai. Selain itu, Kementan melakukan advokasi dan edukasi kepada masyarakat tentang keunggulan kedelai nasional yang lebih sehat dan segar dibandingkan dengan kedelai

impor. Termasuk melakukan promosi produk pangan lokal. Kementan juga mendorong pengrajin tahu tempe memanfaatkan kedelai lokal sebagai bahan baku utama, model ini telah digunakan oleh mitra pengrajin tahu tempe seperti AT Tempe, Javara, dan lainnya,” sambung Gatot.

Kecuali tentang ikhtiar pemerintah dalam menggapai swasembada kedelai, kata Gatot, sejumlah kendala juga mewarnai produktivitas kedelai dalam negeri. Antara lain, sebut Gatot, kurangnya minat petani menanam kedelai karena nilai jual hasil panen tidak menguntungkan jika dibandingkan komoditas lain terutama jagung. Lalu, terbatasnya ketersediaan benih unggul bermutu baik dari segi jumlah maupun kualitas saat diperlukan.

Hal lainnya terkait jaminan pemasaran dan daya saing produk kedelai di Indonesia. “Ketiadaan jaminan pemasaran hasil kedelai, menyebabkan harga jual kedelai di tingkat petani rendah.  Kebijakan impor yang tidak memihak petani lokal dan murahnya harga kedelai impor menyebabkan semakin melemahnya daya saing kedelai nasional,” lanjut Gatot. (agus)

BERITA TERKAIT

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…

BERITA LAINNYA DI Industri

Konflik Iran dan Israel Harus Diwaspadai Bagi Pelaku Industri

NERACA Jakarta – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memantau situasi geopolitik dunia yang tengah bergejolak. Saat ini situasi Timur Tengah semakin…

Soal Bisnis dengan Israel - Lembaga Konsumen Muslim Desak Danone Jujur

Yayasan Konsumen Muslim Indonesia, lembaga perlindungan konsumen Muslim berbasis Jakarta, kembali menyuarakan desakan boikot dan divestasi saham Danone, raksasa bisnis…

Tiga Asosiasi Hilir Sawit dan Forwatan Berbagi Kebaikan

NERACA Jakarta – Kegiatan promosi sawit dan bakti sosial diselenggarakan Forum Wartawan Pertanian (Forwatan) bersama tiga asosiasi hilir sawit yaitu…